Konten dari Pengguna

Rakyat Sebagai Objek Eksploitasi

Grup GRL
We are Family Business company who has mandatory agenda for our family wealth sustainability. We serve for Think Tank, Training and Fedback for Financial Wealth Growth and preservation. #danapensiun #penasehatkekayaan
18 Oktober 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/musim-panas-india-yang-menakutkan-28926429/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/musim-panas-india-yang-menakutkan-28926429/
ADVERTISEMENT
Sistem fiat adalah mekanisme keuangan di mana uang tidak didukung oleh aset fisik seperti emas atau komoditas lain, melainkan oleh kepercayaan dan kredibilitas pemerintah yang menerbitkannya. Dalam sistem ini, bank sentral memiliki wewenang untuk mencetak uang sesuai kebutuhan, dan nilai mata uang ditentukan oleh kebijakan moneter serta dinamika pasar. Sistem fiat menjadi standar global sejak penghapusan keterkaitan dolar dengan emas pada tahun 1971. Meskipun sistem ini memungkinkan fleksibilitas ekonomi dan kebijakan moneter yang dinamis, banyak kritik menilai bahwa ia lebih banyak mengeksploitasi masyarakat dibandingkan melindungi kesejahteraan mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam narasi ini, kita akan membahas bagaimana sistem fiat mengeksploitasi rakyat, mulai dari dampaknya terhadap inflasi, daya beli, utang pemerintah, ketidaksetaraan ekonomi, hingga kebijakan moneter yang sering kali tidak berpihak pada masyarakat umum.
1. Inflasi dan Penurunan Daya Beli
Salah satu masalah terbesar dalam sistem fiat adalah inflasi, yakni kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus yang menyebabkan penurunan daya beli uang. Karena uang fiat tidak memiliki nilai intrinsik dan bisa dicetak sesuai kebutuhan, bank sentral sering kali menggunakan kebijakan moneter ekspansif untuk menambah suplai uang di pasar. Penambahan suplai uang ini dapat memicu inflasi jika pertumbuhan jumlah uang beredar melebihi pertumbuhan ekonomi.
Inflasi mengikis daya beli masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan tetap. Gaji yang tidak meningkat seiring dengan kenaikan harga menyebabkan rakyat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan yang sama. Pada akhirnya, inflasi menekan standar hidup, terutama kelompok masyarakat menengah ke bawah. Ketika inflasi terjadi, masyarakat dipaksa untuk terus-menerus berlari mengejar kenaikan biaya hidup, sementara nilai simpanan dan tabungan mereka semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
2. Utang Pemerintah dan Pajak yang Menekan Rakyat
Sistem fiat juga memungkinkan pemerintah untuk dengan mudah menambah utang karena mereka dapat mencetak uang untuk menutup defisit anggaran. Namun, utang ini tidak hanya membawa risiko bagi stabilitas ekonomi, tetapi juga menempatkan beban yang berat pada rakyat. Ketika utang pemerintah meningkat, pemerintah biasanya akan mencari cara untuk membiayai utang tersebut, salah satunya melalui kenaikan pajak. Pajak yang tinggi membebani rakyat karena mengurangi pendapatan yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, pencetakan uang untuk membiayai utang juga dapat menyebabkan inflasi, yang berdampak pada penurunan daya beli sebagaimana telah dijelaskan. Pada akhirnya, masyarakatlah yang harus menanggung beban dari kebijakan pemerintah dalam mengelola utang, baik melalui kenaikan pajak, inflasi, maupun pemotongan anggaran untuk pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan.
ADVERTISEMENT
3. Ketidaksetaraan Ekonomi yang Semakin Lebar
Sistem fiat sering kali memperburuk ketidaksetaraan ekonomi karena kebijakan moneter dan fiskal cenderung lebih menguntungkan kelompok elit. Ketika bank sentral mencetak uang atau menurunkan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, keuntungan dari kebijakan ini umumnya lebih dulu dirasakan oleh sektor keuangan dan perusahaan besar yang memiliki akses mudah ke kredit dan modal murah. Di sisi lain, rakyat biasa yang bergantung pada gaji dan tabungan akan merasa dampaknya lebih lambat.
Selain itu, inflasi yang dihasilkan dari kebijakan ekspansif cenderung merugikan mereka yang tidak memiliki aset atau investasi yang nilainya dapat meningkat seiring inflasi. Misalnya, pemilik properti atau saham akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai aset, sementara masyarakat umum hanya akan merasakan kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Hal ini memperlebar kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin, di mana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terpinggirkan.
ADVERTISEMENT
4. Manipulasi Kebijakan Moneter yang Tidak Menguntungkan Rakyat
Kebijakan moneter dalam sistem fiat sering kali dibuat untuk mengatasi masalah jangka pendek tanpa memperhatikan dampak jangka panjang bagi masyarakat luas. Misalnya, penurunan suku bunga oleh bank sentral mungkin dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, tetapi juga dapat mendorong masyarakat untuk mengambil lebih banyak utang. Ketika suku bunga akhirnya dinaikkan kembali, masyarakat yang memiliki banyak utang mungkin akan kesulitan untuk membayar cicilan, yang pada akhirnya menimbulkan masalah keuangan pribadi dan ekonomi makro.
Selain itu, kebijakan moneter yang tidak transparan dan cenderung dipengaruhi oleh kepentingan politik sering kali tidak mencerminkan kebutuhan nyata masyarakat. Bank sentral yang seharusnya independen bisa saja menjadi instrumen bagi pemerintah untuk mendanai defisit anggaran, yang mengarah pada kebijakan moneter yang lebih agresif dan inflasi yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
5. Pencetakan Uang dan Pengurangan Nilai Mata Uang
Dalam sistem fiat, bank sentral memiliki kendali penuh untuk mencetak uang sesuai kebutuhan. Ketika terjadi krisis ekonomi, pemerintah sering menggunakan pencetakan uang sebagai cara untuk membiayai kebijakan fiskal. Namun, pencetakan uang yang tidak terkendali dapat menyebabkan hiperinflasi, seperti yang terjadi di Zimbabwe atau Venezuela, di mana uang menjadi tidak bernilai dan harga barang melonjak tajam. Dalam skenario seperti ini, masyarakat menderita karena mereka tidak lagi bisa membeli kebutuhan dasar dengan uang yang mereka miliki.
Bahkan dalam kondisi yang tidak ekstrem, pencetakan uang yang dilakukan secara terus-menerus tetap berisiko menurunkan nilai mata uang dalam jangka panjang. Pengurangan nilai mata uang ini dapat memperlemah daya saing ekonomi, mempersulit perdagangan internasional, dan menekan tingkat kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
6. Keterbatasan Alternatif bagi Masyarakat
Karena sistem fiat mendominasi ekonomi global, masyarakat tidak memiliki banyak pilihan selain menggunakan uang fiat untuk transaksi sehari-hari. Keterbatasan alternatif ini membuat rakyat sulit untuk melindungi diri dari dampak kebijakan moneter yang merugikan. Misalnya, mereka yang ingin menghindari inflasi mungkin akan mencari investasi lain seperti emas atau mata uang kripto. Namun, tidak semua orang memiliki akses atau pemahaman yang memadai tentang instrumen investasi ini.
Di sisi lain, penggunaan mata uang kripto atau sistem berbasis komoditas juga menghadapi tantangan regulasi dan adopsi massal yang masih jauh dari tercapai. Hal ini menyebabkan masyarakat tetap terjebak dalam sistem fiat yang mungkin tidak memberikan perlindungan yang cukup terhadap nilai uang mereka.
ADVERTISEMENT
7. Rakyat sebagai Objek Eksploitasi dalam Sistem Fiat
Dalam konteks sistem fiat, rakyat tidak lebih dari objek yang dieksploitasi untuk mendukung kebijakan moneter dan fiskal yang sering kali lebih menguntungkan pemerintah dan elit ekonomi. Kebijakan yang diterapkan sering kali tidak mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Pada saat terjadi inflasi, masyarakat yang paling rentan akan merasakan dampaknya lebih dulu, sementara mereka yang memiliki aset dan investasi mungkin dapat melindungi diri dari efek negatif tersebut.
Ketika pemerintah mencetak uang untuk mendanai proyek infrastruktur atau menanggulangi krisis, rakyat sering kali dihadapkan pada peningkatan pajak atau penurunan kualitas pelayanan publik. Kebijakan moneter yang tidak adil dan ketidakmampuan masyarakat untuk melindungi nilai uang mereka menjadi bukti bahwa sistem fiat lebih banyak merugikan rakyat daripada memberikan manfaat.
ADVERTISEMENT
8. Mencari Solusi untuk Mengurangi Eksploitasi dalam Sistem Fiat
Untuk mengurangi eksploitasi dalam sistem fiat, diperlukan kebijakan yang lebih adil dan transparan. Beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan antara lain:
Mengatur kebijakan moneter yang lebih akuntabel dan transparan: Bank sentral harus lebih terbuka dalam proses pengambilan keputusan dan tidak hanya mengejar kepentingan jangka pendek.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap instrumen keuangan yang bisa melindungi nilai aset: Memberikan edukasi finansial dan akses ke instrumen investasi yang lebih stabil, seperti emas atau mata uang kripto.
Mempertimbangkan penggunaan mata uang berbasis komoditas atau CBDC yang terdesentralisasi: Ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menghindari kelemahan dalam sistem fiat.
Kesimpulan
Sistem fiat, meskipun fleksibel, sering kali menjadikan rakyat sebagai objek eksploitasi. Kebijakan moneter yang tidak adil, inflasi yang menekan daya beli, dan utang pemerintah yang membebani masyarakat adalah beberapa bukti nyata bahwa sistem ini lebih banyak merugikan rakyat daripada melindungi mereka. Untuk mewujudkan ekonomi yang lebih adil, diperlukan kebijakan yang berpihak kepada rakyat dan tidak hanya menguntungkan kelompok elit.
ADVERTISEMENT
GRL Capital adalah lembaga riset, Thing tank dan pelatihan yang fokus pada pengembangan kekayaan Insitusi. Dan pendidikan Moneter dalam praktik praktik baik