Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sumpah Pemuda, Sumpah Merana
28 Oktober 2024 12:38 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem fiat, di mana mata uang yang digunakan tidak didukung oleh komoditas fisik tetapi hanya memiliki nilai karena dekrit pemerintah, telah membentuk perekonomian global dalam beberapa dekade terakhir. Dalam sistem ini, otoritas moneter seperti bank sentral dan pemerintah memiliki kendali besar atas pencetakan uang dan kebijakan moneter. Meskipun sistem ini memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk mengatur ekonomi, dampaknya terhadap generasi muda sering kali merugikan. Generasi muda cenderung merana karena kebijakan yang diambil lebih banyak menguntungkan generasi yang lebih tua, yang sudah memiliki aset dan kekayaan yang mapan. Dengan demikian, sistem fiat sering kali memperkuat ketidaksetaraan antar generasi.
ADVERTISEMENT
Inflasi dan Penurunan Daya Beli
Dalam sistem fiat, inflasi merupakan konsekuensi umum dari pencetakan uang yang berlebihan. Ketika bank sentral menambah jumlah uang beredar untuk merangsang ekonomi, nilai uang secara perlahan menurun, dan harga barang serta jasa cenderung naik. Generasi muda, yang baru memasuki dunia kerja dan belum memiliki banyak aset seperti rumah atau investasi, paling terdampak oleh inflasi ini. Mereka yang belum memiliki kekayaan akan merasakan penurunan daya beli yang lebih tajam dibandingkan dengan generasi yang lebih tua, yang sudah memiliki aset yang dapat meningkat nilainya seiring dengan inflasi.
Bagi generasi yang lebih tua, inflasi justru bisa memberikan keuntungan karena mereka memiliki aset seperti properti dan saham yang nilainya cenderung meningkat. Dengan demikian, mereka dapat mengimbangi efek inflasi dan bahkan meningkatkan kekayaan mereka. Sebaliknya, generasi muda yang belum memiliki aset akan terus tertinggal karena biaya hidup yang semakin mahal, termasuk harga rumah, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Ini membuat generasi muda merana, karena mereka harus bekerja lebih keras hanya untuk mencapai tingkat kehidupan yang sama seperti generasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kenaikan Harga Properti yang Tidak Terkendali
Kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral untuk mengatasi krisis ekonomi sering kali melibatkan penurunan suku bunga dan pencetakan uang dalam jumlah besar. Salah satu dampak dari kebijakan ini adalah kenaikan harga aset, terutama properti. Ketika suku bunga rendah, biaya pinjaman menjadi lebih murah, sehingga banyak orang yang berinvestasi dalam properti sebagai bentuk penyimpanan nilai dan investasi jangka panjang. Akibatnya, harga rumah dan tanah melonjak tajam, jauh melampaui pertumbuhan pendapatan generasi muda.
Bagi generasi yang lebih tua, yang sudah memiliki rumah, kenaikan harga properti ini merupakan kabar baik karena nilai aset mereka meningkat. Namun, bagi generasi muda, membeli rumah menjadi semakin sulit karena harga yang terus meroket tidak sebanding dengan kenaikan gaji atau pendapatan mereka. Hal ini memaksa banyak anak muda untuk tetap tinggal bersama orang tua atau menyewa tempat tinggal dengan biaya yang semakin tinggi. Kendali atas properti dan aset oleh generasi yang lebih tua ini menciptakan hambatan besar bagi generasi muda untuk mencapai kemandirian finansial.
ADVERTISEMENT
Beban Utang Pendidikan yang Berat
Selain kenaikan harga properti, generasi muda juga dihadapkan pada masalah utang pendidikan yang kian berat. Dalam beberapa dekade terakhir, biaya pendidikan tinggi telah meningkat secara signifikan, dan banyak anak muda yang harus mengambil pinjaman untuk membayar biaya kuliah. Sistem fiat yang memungkinkan pemerintah dan bank untuk dengan mudah menyediakan pinjaman pendidikan dalam jumlah besar sering kali memicu kenaikan biaya pendidikan itu sendiri, karena lembaga pendidikan tahu bahwa mahasiswa dapat memperoleh akses ke dana melalui pinjaman.
Akibatnya, generasi muda lulus dari perguruan tinggi dengan beban utang yang sangat besar, yang harus mereka bayar dalam jangka waktu yang panjang. Dengan adanya tekanan untuk segera melunasi pinjaman pendidikan, anak muda sering kali merasa terbebani dan sulit untuk menabung atau berinvestasi dalam hal-hal lain seperti membeli rumah atau memulai usaha. Sementara generasi yang lebih tua mungkin tidak menghadapi tantangan utang pendidikan yang sama, generasi muda harus merana di bawah tekanan finansial yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Distribusi Kekayaan yang Tidak Merata
Sistem fiat cenderung memperparah ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan, di mana generasi yang lebih tua, yang sudah memiliki aset selama beberapa dekade, terus menikmati keuntungan dari kenaikan nilai aset tersebut. Sementara itu, generasi muda menghadapi situasi di mana kesempatan untuk memperoleh aset yang sama menjadi semakin sulit. Ketika kebijakan moneter lebih banyak diarahkan untuk mempertahankan stabilitas harga aset daripada menciptakan lapangan kerja atau mendorong pertumbuhan upah, generasi muda yang masih berada dalam fase awal karier mereka menjadi lebih dirugikan.
Ketidakmerataan distribusi kekayaan ini semakin jelas terlihat dalam kepemilikan properti, investasi saham, dan akses terhadap modal untuk memulai usaha. Generasi yang lebih tua memiliki keuntungan dari warisan dan investasi yang sudah berjalan lama, sementara generasi muda harus memulai dari awal dengan biaya hidup yang lebih tinggi dan upah yang stagnan. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana generasi muda merasa sulit untuk keluar dari jerat ketergantungan finansial.
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian Masa Depan dan Penurunan Kualitas Hidup
Ketika generasi muda menghadapi berbagai tantangan seperti inflasi, harga properti yang tinggi, utang pendidikan, dan distribusi kekayaan yang tidak merata, dampak jangka panjangnya adalah penurunan kualitas hidup dan ketidakpastian masa depan. Dengan biaya hidup yang terus meningkat, sulit bagi generasi muda untuk merencanakan keuangan mereka dengan baik, seperti menabung untuk pensiun atau membangun kekayaan untuk masa depan.
Ketidakpastian ini sering kali membuat generasi muda merasa cemas dan tidak percaya diri dalam menghadapi masa depan. Mereka melihat bahwa standar hidup yang dinikmati oleh generasi sebelumnya mungkin tidak akan mereka capai, atau jika mereka bisa, itu memerlukan upaya yang jauh lebih besar. Akibatnya, banyak anak muda yang merasa terjebak dalam sistem yang tidak adil, di mana mereka bekerja keras tetapi hasilnya tidak sepadan dengan usaha yang mereka keluarkan.
ADVERTISEMENT
Mengapa Generasi Tertentu Memegang Kendali?
Dalam sistem fiat, kebijakan moneter dan fiskal sering kali diatur oleh generasi yang lebih tua yang memegang posisi kekuasaan dalam pemerintahan, bank sentral, dan lembaga keuangan. Keputusan-keputusan yang diambil sering kali mencerminkan kepentingan generasi tersebut untuk menjaga nilai aset yang mereka miliki dan menghindari risiko yang dapat mengganggu stabilitas keuangan mereka. Sementara itu, kebutuhan dan aspirasi generasi muda sering kali tidak menjadi prioritas utama dalam pembuatan kebijakan.
Ketika kebijakan lebih berfokus pada melindungi nilai aset seperti saham dan properti daripada mendorong pertumbuhan upah dan penciptaan lapangan kerja baru, generasi muda menjadi semakin sulit untuk mencapai kemandirian ekonomi. Dengan kata lain, generasi yang lebih tua memegang kendali atas kebijakan ekonomi yang lebih menguntungkan mereka sendiri, sementara generasi muda yang merana harus berjuang untuk sekadar bertahan hidup dalam sistem yang tidak berpihak pada mereka.
ADVERTISEMENT
Menuju Masa Depan yang Lebih Adil
Untuk menciptakan masa depan yang lebih adil bagi generasi muda, perlu ada perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang memperhitungkan kebutuhan mereka. Reformasi dalam sistem pendidikan, akses perumahan, dan kebijakan tenaga kerja yang lebih berpihak pada generasi muda dapat membantu mengurangi ketimpangan antar generasi. Selain itu, inovasi dalam teknologi keuangan seperti mata uang kripto dan sistem pembayaran alternatif dapat menawarkan cara bagi anak muda untuk melindungi kekayaan mereka dari inflasi dan memulihkan kedaulatan finansial mereka.
Pada akhirnya, kesadaran akan ketidakadilan yang dihadapi generasi muda dalam sistem fiat harus menjadi pendorong untuk perubahan. Dengan mengatasi akar masalah dan membuat kebijakan yang lebih inklusif, kita dapat menciptakan sistem ekonomi yang memberikan peluang yang adil bagi setiap generasi, bukan hanya bagi mereka yang sudah memiliki kekuasaan dan kendali atas kekayaan.
ADVERTISEMENT