Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Uang Fiat, Uang Pemerintah
13 September 2024 12:02 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Uang fiat adalah bentuk uang yang diterbitkan oleh pemerintah, tetapi tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas atau perak. Nilainya bergantung pada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan bank sentral yang menerbitkannya. Meski uang fiat digunakan di hampir seluruh dunia saat ini, banyak yang berpendapat bahwa uang fiat sebenarnya tidak sepenuhnya memenuhi empat karakteristik dasar dari uang. Empat karakteristik tersebut adalah: sebagai alat tukar yang sah, satuan hitung, penyimpan nilai, dan alat pembayaran yang diterima umum. Dalam tulisan ini, kita akan membahas mengapa uang fiat tidak sepenuhnya memenuhi keempat kriteria tersebut.
ADVERTISEMENT
Pertama, kita lihat fungsi uang sebagai alat tukar yang sah. Secara teori, uang fiat berfungsi dengan baik sebagai alat tukar, karena pemerintah menetapkannya sebagai legal tender atau alat pembayaran yang sah untuk semua transaksi. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan utama uang fiat sebagai alat tukar adalah fluktuasi nilainya yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter dan inflasi. Ketika inflasi meningkat, daya beli uang fiat menurun, sehingga jumlah uang yang diperlukan untuk membeli barang atau jasa meningkat. Ini mengurangi efisiensi uang fiat sebagai alat tukar karena orang harus terus-menerus menyesuaikan harga dan nilai nominalnya dalam transaksi sehari-hari.
Selain itu, karena uang fiat bergantung pada kepercayaan terhadap pemerintah, ketidakstabilan politik dan ekonomi di suatu negara dapat merusak fungsinya sebagai alat tukar. Jika kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah runtuh, nilai uang fiat dapat runtuh bersama dengan kepercayaan tersebut. Sebagai contoh, di beberapa negara yang mengalami hiperinflasi seperti Zimbabwe atau Venezuela, mata uang nasional menjadi hampir tidak berharga karena pemerintah kehilangan kontrol atas inflasi, dan masyarakat mencari alternatif lain seperti mata uang asing atau bahkan barter. Dalam kasus seperti ini, uang fiat gagal menjalankan perannya sebagai alat tukar yang sah.
ADVERTISEMENT
Karakteristik kedua dari uang adalah sebagai satuan hitung. Satuan hitung berarti uang digunakan untuk mengukur nilai barang dan jasa, serta memungkinkan perbandingan harga di pasar. Pada prinsipnya, uang fiat bisa berfungsi sebagai satuan hitung, tetapi lagi-lagi masalah muncul terkait inflasi. Dalam situasi inflasi yang tinggi, harga barang dan jasa dapat berubah dengan cepat, sehingga menyulitkan masyarakat untuk menggunakan uang sebagai alat ukur yang stabil. Misalnya, ketika harga barang-barang kebutuhan sehari-hari melonjak dari hari ke hari, uang tidak lagi bisa memberikan gambaran yang konsisten tentang nilai barang atau jasa. Ini menunjukkan bahwa uang fiat tidak selalu berfungsi dengan baik sebagai satuan hitung dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Lebih jauh lagi, kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh bank sentral, seperti pencetakan uang dalam jumlah besar atau perubahan suku bunga, bisa mengacaukan stabilitas uang fiat sebagai satuan hitung. Ketika terlalu banyak uang dicetak, nilainya menurun akibat inflasi, sehingga angka-angka nominal menjadi tidak relevan atau tidak dapat diandalkan dalam perbandingan harga. Di negara-negara yang mengalami inflasi ekstrem, penggunaan mata uang asing sebagai satuan hitung sering kali menjadi solusi, seperti dolar AS yang digunakan secara luas di beberapa negara yang mata uangnya runtuh.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, mari kita lihat peran uang fiat sebagai penyimpan nilai. Penyimpan nilai adalah fungsi uang yang memungkinkan seseorang menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang untuk digunakan di masa depan. Fungsi ini sangat penting karena memungkinkan individu atau perusahaan menunda konsumsi dan investasi ke waktu yang lebih menguntungkan. Namun, uang fiat memiliki kelemahan besar dalam hal ini. Salah satu faktor utama yang merusak fungsi uang fiat sebagai penyimpan nilai adalah inflasi. Ketika inflasi terjadi, daya beli uang berkurang seiring waktu. Uang yang disimpan saat ini mungkin tidak akan memiliki nilai yang sama di masa depan, sehingga orang-orang cenderung mencari alternatif investasi seperti properti, emas, atau saham untuk menjaga nilai kekayaan mereka.
Sebagai contoh, inflasi tahunan yang moderat sekalipun, katakanlah sekitar 3%, berarti nilai uang yang disimpan akan berkurang sekitar setengahnya dalam 25 tahun. Dalam kondisi inflasi yang lebih tinggi, nilai uang bisa hilang jauh lebih cepat. Hal ini membuat uang fiat menjadi alat penyimpan nilai yang buruk bagi banyak orang. Sementara itu, komoditas seperti emas, yang memiliki nilai intrinsik dan tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan moneter, sering kali dianggap sebagai penyimpan nilai yang lebih baik dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Ketidakmampuan uang fiat untuk mempertahankan nilainya seiring waktu juga bisa dilihat dalam contoh hiperinflasi, di mana uang fiat kehilangan hampir semua nilainya dalam waktu singkat. Di Jerman pada era 1920-an, atau di Zimbabwe pada awal abad ke-21, uang kertas menjadi tidak berharga, dan masyarakat beralih ke bentuk penyimpanan nilai lain seperti properti, barang tahan lama, atau mata uang asing. Ini membuktikan bahwa uang fiat tidak selalu bisa diandalkan sebagai penyimpan nilai dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Akhirnya, kita tinjau fungsi uang fiat sebagai alat pembayaran yang diterima umum. Di sini, uang fiat pada dasarnya memang berfungsi dengan baik di sebagian besar negara modern. Pemerintah mewajibkan penggunaannya untuk membayar pajak, membayar utang, dan membeli barang serta jasa. Meski demikian, ada beberapa keterbatasan dalam fungsinya sebagai alat pembayaran yang diterima umum, terutama di dunia internasional. Tidak semua negara menerima mata uang fiat dari negara lain dalam transaksi lintas batas. Misalnya, dolar AS mungkin diterima di banyak negara karena statusnya sebagai mata uang cadangan global, tetapi mata uang negara-negara kecil atau berkembang sering kali tidak diterima di luar perbatasan mereka. Ini berarti uang fiat tidak universal sebagai alat pembayaran.
ADVERTISEMENT
Selain itu, meningkatnya popularitas mata uang kripto dan sistem pembayaran digital lainnya menunjukkan bahwa ada alternatif yang mulai menantang dominasi uang fiat sebagai alat pembayaran. Mata uang digital seperti Bitcoin, yang tidak terikat oleh kontrol pemerintah atau kebijakan moneter, mulai dianggap sebagai alat pembayaran alternatif di beberapa kalangan. Meskipun mata uang kripto belum diterima secara luas sebagai alat pembayaran, tren ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap uang fiat sebagai satu-satunya alat pembayaran mulai memudar di era digital.
Secara keseluruhan, meskipun uang fiat secara umum dianggap memenuhi empat karakteristik utama dari uang, ada banyak situasi di mana uang fiat gagal memenuhi standar tersebut. Inflasi dan kebijakan moneter sering kali merusak fungsi uang fiat sebagai alat tukar yang stabil, satuan hitung yang andal, dan penyimpan nilai yang aman. Di samping itu, penerimaan uang fiat sebagai alat pembayaran tidak bersifat universal, terutama di luar negeri dan dalam konteks mata uang digital yang mulai berkembang. Ini menunjukkan bahwa meskipun uang fiat tetap dominan di dunia saat ini, ia tidak sepenuhnya memenuhi keempat karakteristik dasar dari uang dalam segala situasi dan kondisi.
ADVERTISEMENT