Konten dari Pengguna

Jati Diri Festival Budaya Tabuik

Debby Rusmiati
Mahasiswa Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia
17 Desember 2021 20:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Debby Rusmiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perayaan Festival Budaya Tabuik, Kota Pariama, Sumatera Barat. By: Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan Festival Budaya Tabuik, Kota Pariama, Sumatera Barat. By: Flickr
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kota Pariaman merupakan sebuah kota kecil di provinsi Sumatera Barat. Kota Pariaman berjarak 56 km dari kota Padang merupakan ibu kota provinsi dengan budaya yang beragam. Sebagai daerah berkembangnya dunia pariwisata, hal ini dapat dilihat pada perjalanan tahunan. Selain itu, pengembangan dan penambahan sejumlah objek wisata terus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Salah satu budaya yang paling menakjubkan dan menarik ribuan hingga ratusan ribu wisatawan adalah Festival Budaya Tabuik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat setiap tahun, dari 1 Muharram hingga 10 Muharram bertepatan dengan Tahun Baru Islam. Tak bisa dipungkiri, Festival Budaya Tabuik yang telah digelar ratusan tahun ini memang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Bahkan saat ini sudah masuk ke dalam kalender wisata dan meraih salah satu nominasi Anugrah Pesona Indonesia 2017 di Provinsi Sumatera Barat, untuk kategori Atraksi Budaya Favorit.
Festival ini sudah ada selama puluhan tahun dan diyakini sudah ada sejak abad ke-19 Masehi. Acara tersebut merupakan bagian dari perayaan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husein bin Ali. Asal usul Festival Budaya Tabuik berkaitan dengan Hussein dan keluarganya tewas dalam perang di ladang Karbala. Kata Tabuik berasal dari bahasa Arab “bahtera” yang berarti peti kayu. Nama tersebut mengacu pada legenda penampakan makhluk berupa kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq.
ADVERTISEMENT
Legenda tersebut menceritakan bahwa setelah kematian cucu Nabi, ada sebuah kotak kayu berisi jenazah Hussein yang dilemparkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda ini, setiap tahun masyarakat Pariaman meniru buraq yang membawa peti di punggungnya.
Di masa lalu, Tabuik juga sangat dipengaruhi oleh penganut Syi'ah di Timur Tengah yang menimbulkan kontroversi di beberapa kalangan. Berbagai spekulasi dan pendapat pun bermunculan tentang apakah tradisi ini milik Syi'ah. Karena sebagian kalangan masyarakat tahu bahwa upacara ini untuk memperingati hari Asyura dan umat Syi'ah di negara-negara lain di dunia biasanya mengadakan upacara ini.
Budaya ini mendoktrin Syi'ah di seluruh dunia merayakan Asyura-misalnya di Irak, Iran dan negara-negara Timur Tengah lainnya untuk memperingati kematian Imam Husein yang menjadi panutan mereka. Komunitas Sunni Pariaman memperingatinya melalui arak-arakan pesta. Seperti yang kita ketahui, Pariaman merupakan salah satu kota yang kental akan budaya Islam dan tentunya telah menolak segala aktivitas yang berbau Syi'ah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1910, antar nagari ada kesepakatan untuk mengatur Festival Budaya Tabuik dengan adat Minangkabau. Negosiasi dilakukan oleh para kepala adat dan nenek moyang sampai menghasilkan kesepakatan. Masyarakat Minangkabau berpegang teguh pada "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" yang memilki arti tidak akan melanggar aturan adat yang sesuai dengan agama.
Tabuik ada dua jenis, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Keduanya berasal dari dua lingkungan berbeda di Kota Pariaman. Tabuik Pasa adalah sebuah kawasan di tepi selatan sungai yang membelah kota dari Pantai Gandoriah. Wilayah Pasa dianggap sebagai tempat lahirnya budaya Tabuik. Tabuik Subarang berasal dari daerah Subarang yang berada di sebelah utara sungai atau daerah yang dikenal dengan Kampung Jawa.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1982, Festival Budaya Tabuik telah menjadi bagian dari kalender wisata Bupati Padang Pariaman. Berbagai penyesuaian pun dilakukan, salah satunya adalah waktu acara puncak rangkaian ritual tabuik ini. Jadi, meskipun prosesi ritual Tabuik awal selalu dimulai pada 1 Muharram saat perayaan Tahun Baru Islam, pelaksanaan acara puncak ini bervariasi dari tahun ke tahun, tidak selalu juga pada tanggal 10 Muharram. Rangkaian dalam acara Tabuik diawali dengan perampasan tanah, pemotongan batang pisang, mataam, pawai jari, pawai sorban, pangkek berkuda, hoyak tabuik dan lempar Tabuik ke laut. Prosesi peletakan batu pertama dilakukan pada awal Muharram. Pemotongan batang pisang dilakukan pada tanggal 5 Muharram. Mataam pada hari ke 7, dilanjutkan dengan sentuhan jari pada malam hari. Keesokan harinya, upacara sorban diadakan.
ADVERTISEMENT
Di puncak, akan ada ritual Tabuik memanjat baju besi dan dilanjutkan dengan hoyak Tabuik. Hari puncak ini dulunya berada pada tanggal 10 penanggalan Hijriah, namun kini berubah setiap tahun antara hari ke 1015 penanggalan Hijriah dan biasanya disesuaikan dengan akhir pekan. Sebagai upacara penutup, sebelum matahari terbenam, Tabuik akan diarak ke pantai dan dibuang ke laut. Setiap tahun puluhan ribu wisatawan dari seluruh pelosok Sumbar akan menyaksikan puncak kegiatan tabuik. Tidak hanya penduduk lokal, festival ini juga menarik minat pengunjung asing sehingga sangat dinantikan setiap tahunnya.
Pantai Gandoriah menjadi pusat perhatian yang seakan menjadi lautan manusia, terutama menjelang arak-arakan Tabuik berbaris menuju pantai. Jadi, jika diberi kesempatan tak ada salahnya festival tabuik ini menjadi program wisata alternatif tahun depan.
ADVERTISEMENT
Selain sebagai acara wisata Festival Budaya Tabuik juga memiliki makna terkait, mulai dari adat untuk menyatukan semua golongan masyarakat. Di sisi lain, Festival Budaya Tabuik menjadikan masyarakat setempat gotong royong untuk menyelenggarakan acara dari awal hingga akhir.
Festival Budaya Tabuik ini juga melibatkan banyak kesenian, salah satunya adalah pertunjukan kesenian gendang Tasa yang dikenal dengan Tabuik Gendang. Dengan staf masing-masing kelas dan termasuk 7 orang. Jika ada musisi yang lelah, selamanya dia akan digantikan oleh orang lain.
Pada hari puncak, pengunjung dan wisatawan dapat menikmati berbagai kuliner khas Sumatera Barat yang terkenal dengan cita rasa dan aromanya yang khas. Selain itu, ada juga terdapat penjual berbagai cinderamata berupa aksesoris dan oleh-oleh asli buatan warga setempat. Begitu juga terdapat berbagai acara seni dan budaya lainnya diadakan di sini.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari segala kontroversi yang ada, seharusnya pemerintah dan masyarakat dapat menegaskan bahwa Festival Budaya Tabuik yang dilaksanakan setiap tahun itu merupakan budaya yang sudah terbentuk sejak lama dan dapat mendongkrak dunia pariwisata Indonesia terutama untuk Sumbar sendiri. Hal ini dapat menjadikan wisatawan berlama-lama untuk tinggal di Kota Pariaman dan akan berdampak terhadap ekonomi untuk masyarakat setempat. Tentu masyarakat dan pemerintah harus siap memfasilitasi kebutuhan wisatawan. Baiknya pemerintah sebisa mungkin mengkomunikasikan dimana Festival Budaya Tabuik dapat mengubah wajah Kota Pariaman menjadi daerah tujuan wisata hingga ke tingkat internasional.