Konten dari Pengguna

Cinta Sejajar Terpisah

Gusti Imam Nugroho
Gusti Imam Nugroho adalah Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI, dan sebagai Anggota Organisasi Internal/external Kampus di Universitas Indraprasta PGRI, Ia juga berprofesi sebagai Guru di salah satu sekolah di DKI Jakarta.
23 Juli 2023 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gusti Imam Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Ilustrasi Cinta Sejajar Terpisah//Sumber:Dok.Pribadi"
zoom-in-whitePerbesar
"Ilustrasi Cinta Sejajar Terpisah//Sumber:Dok.Pribadi"
Di sebuah kota kecil yang indah, hiduplah dua jiwa yang berbeda namun menyatu dalam kesukaan yang sama: menulis dan membaca buku.
"Ilutrasi Perpustakaan Awal Pertemuan Gustava dan Dara//Sumber:Dok.Pribadi"
Pertemuan mereka terjadi secara kebetulan di sebuah perpustakaan, di mana ke ditengah kota, keduanya sering kali berkumpul untuk mencari inspirasi dari halaman-halaman yang tercetak.
"Ilustrasi Perpustakaan Pertemuan Awal Gustava dan Dara//Sumber:Dok.Pribadi"
Namun, seiring berjalannya waktu, rasa saling mengenal dan memahami satu sama lain tumbuh, dan takdir menyatukan mereka dalam kisah cinta yang indah.
ADVERTISEMENT
Gustava, seorang pemuda tampan berusia dua puluh lima tahun, memiliki sifat yang penyabar dan pikiran yang terbuka. Ia mengisi hari-harinya dengan menulis cerita pendek dan puisi yang menggambarkan perasaannya tentang dunia di sekitarnya.
Di sisi lain, ada Dara, seorang wanita cantik berusia dua puluh tiga tahun, dengan rambut cokelat lembut dan matanya yang cerah. Dia adalah seorang pecinta buku dengan hati yang peka terhadap cerita-cerita yang menggetarkan jiwa.
"Ilustrasi Ruangan Perpustakaan Perbincangan mereka Berdua diruangan perperpustakaan ini//Sumber:Dok.Pribadi"
Ketika Gustava dan Dara berada dalam satu ruangan yang sama, energi kreativitas mereka saling berdesakan dan mengalir begitu indah. Mereka tidak pernah lelah berbicara tentang kisah-kisah yang mereka temui dan mencurahkan perasaan mereka tentang karakter-karakter yang mereka cintai dalam novel-novel mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, takdir memiliki rencana lain untuk mereka.
Pada suatu hari, datanglah berita yang menyedihkan. Orang tua Gustava, yang berdomisili di kota besar, mengalami krisis keuangan yang parah dan tidak memiliki pilihan selain memutuskan untuk pindah ke luar kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Gustava merasa terpukul, karena dia tahu dia harus ikut bersama keluarganya.
Ketika Gustava dan Dara duduk berdua di tepi sungai untuk berbicara tentang situasi ini, tangis tak terbendung pun pecah dari mata mereka berdua. Cinta yang mereka rasakan satu sama lain semakin dalam, tetapi keadaan tak memungkinkan untuk tetap bersama. Gustava ingin menunda kepindahannya, tetapi dia merasa bertanggung jawab atas keluarganya. Sementara Dara, meskipun merasa kehilangan, memahami bahwa Gustava harus berada di samping orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Dalam kepedihan yang mendalam, mereka memutuskan untuk mengikuti takdir dan melepaskan satu sama lain. Pada malam terakhir mereka bersama, mereka duduk berdampingan di perpustakaan, tangan saling menggenggam erat, mencoba mengabadikan setiap momen bersama dalam hati mereka.
"Ilustrasi Ruangan Perpustakaan Pertemuan Terakhir Gustava dan Dara//Sumber:Dok.Pribadi"
"Cinta sejati tak selalu berarti bersama selamanya," bisik Gustava dengan lembut.
"Aku akan selalu mengingatmu dan cerita-cerita kita," sahut Dara dengan mata berkaca-kaca.
"Aku pun Juga, akan selalu mengenang kebersamaan kita,"Sahut Gustava dengan tersenyum.
Sampai hari Gustava berangkat, mereka saling menulis surat cinta dan menceritakan cerita-cerita yang mungkin mereka temui di masa depan. Mereka berjanji untuk terus menggali imajinasi mereka melalui kata-kata dan mengenang kenangan indah mereka bersama.
Ketika Gustava akhirnya meninggalkan kota kecil itu, matahari terbenam dengan indahnya di balik langit yang biru.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, Gustava dan Dara menjalani kehidupan masing-masing, tetapi kenangan tentang cinta mereka dan kesukaan yang sama akan selalu membawa harapan dan inspirasi di hati mereka.
Cinta mereka mungkin terpisahkan oleh jarak dan waktu, tapi semangat menulis dan membaca buku yang mereka cintai tetap hidup dalam jiwa mereka. Keduanya menemukan kenyamanan dan kedamaian dalam kesenangan mereka, dan di dalam kisah-kisah yang mereka ciptakan, cinta mereka tetap abadi, menginspirasi orang lain dalam setiap halaman yang mereka tulis.