Konten dari Pengguna

Perjalanan Pahit Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Gusti Imam Nugroho
Gusti Imam Nugroho adalah Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI, dan sebagai Anggota Organisasi Internal/external Kampus di Universitas Indraprasta PGRI, Ia juga berprofesi sebagai Guru di salah satu sekolah di DKI Jakarta.
6 November 2024 9:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gusti Imam Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Berkumpulnya Guru guru//sumber:Dok.Pribadi"
zoom-in-whitePerbesar
"Berkumpulnya Guru guru//sumber:Dok.Pribadi"
Indonesia adalah sebuah negeri yang tumbuh dan berkembang berkat pengorbanan para guru. Mereka adalah pahlawan yang tanpa pamrih memberikan dedikasi yang tak terhitung jumlahnya dalam mencerdaskan anak bangsa. Tanpa mereka, negara ini mungkin tidak akan menjadi seperti sekarang. Namun, meskipun peran mereka sangat besar dalam membangun fondasi pendidikan, guru-guru di negeri ini seringkali tidak mendapatkan pengakuan yang layak. Mereka diguguh dan dibungkam, dihargai hanya dalam kata-kata, tetapi seringkali diperlakukan dengan sangat tidak adil dalam kenyataan.
ADVERTISEMENT
Guru adalah manusia yang paling berbakti pada negeri ini. Mereka bukan hanya mengajar, tetapi juga membentuk karakter dan masa depan bangsa. Meskipun gaji yang mereka terima jauh dari cukup, banyak guru yang tetap memilih untuk mengabdi. Gaji yang jauh dari memadai, terutama di daerah-daerah pedesaan, tak menyurutkan semangat mereka. Dalam beberapa daerah, guru hanya menerima gaji antara Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000 per bulan. Angka yang sangat minim, yang hampir tak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan keluarga.
Di tengah kesulitan ekonomi ini, guru tetap berdedikasi. Mereka mengajarkan ilmu dan membimbing anak-anak dengan hati, berusaha memberikan yang terbaik meski kondisi tidak memungkinkan. Tidak jarang mereka harus menghadapi kenyataan pahit di mana upah yang diterima tak sebanding dengan kerja keras yang dilakukan. Namun, meskipun hidup serba kekurangan, para guru ini tetap mengabdi dengan sepenuh hati, karena mereka memahami bahwa mencerdaskan generasi penerus adalah panggilan hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Bukanlah hal yang mudah untuk menjadi seorang guru di Indonesia. Banyak orang yang enggan memilih profesi ini karena gaji yang tidak menjanjikan dan ketidakpastian masa depan. Profesi guru seringkali dipandang sebelah mata, dan hanya sedikit yang memahami betapa besar tanggung jawab yang diemban oleh seorang pendidik. Untuk menjadi seorang guru, seseorang tidak hanya membutuhkan keterampilan akademik, tetapi juga hati yang tulus dan tekad yang kuat. Mengapa? Karena seorang guru adalah orang yang bukan hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, membimbing, dan melindungi anak-anak di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
"Mengajar dikelas//Sumber:Dok.pribadi"
Namun, meskipun guru dilahirkan dari hati yang tulus dan niat untuk mencerdaskan bangsa, mereka seringkali dihargai dengan sangat rendah. Pendidikan kita menghadapi banyak tantangan, dan salah satu yang terbesar adalah bagaimana menghargai mereka yang telah mendidik dan mempersiapkan generasi masa depan. Jika guru terus diperlakukan seperti ini, bagaimana kita bisa berharap bangsa ini akan maju?
ADVERTISEMENT
Di tengah kemajuan zaman, peran guru semakin terasa terpinggirkan. Teknologi dan media sosial telah mengambil alih sebagian besar proses belajar, namun kehadiran seorang guru tetap tak tergantikan. Meskipun demikian, masih banyak guru yang harus menghadapi kenyataan pahit: mereka tidak dihargai. Dalam banyak kasus, guru diperlakukan seolah-olah hanya pelengkap dalam proses pendidikan, dan masalah-masalah yang muncul di sekolah sering kali disalahkan sepenuhnya pada mereka.
"Mengajar dikelas//Sumber:Dok.pribadi"
Terlebih lagi, sejumlah kasus di berbagai daerah menunjukkan bahwa para guru seringkali menjadi sasaran tuduhan yang tidak adil. Misalnya, ketika seorang anak melakukan kesalahan seperti merokok di sekolah, orang tua seringkali lebih memilih menyalahkan guru yang menegur anak mereka, daripada memahami bahwa guru hanya berusaha mendidik anak-anak mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang baik. Tidak jarang juga, ketika seorang anak mengalami kecelakaan di luar sekolah, guru menjadi pihak yang disalahkan karena dianggap tidak cukup mengawasi anak tersebut. Padahal, tanggung jawab pendidikan bukan hanya berada di tangan guru, tetapi juga orang tua dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
" Mengajar dikelas//sumber:dok.pribadi"
Penting untuk dipahami bahwa mendidik anak bukan hanya tanggung jawab seorang guru, tetapi juga orang tua dan masyarakat. Guru hanya memiliki waktu terbatas dengan murid-muridnya, sedangkan pembentukan karakter dan perilaku anak lebih banyak terjadi di rumah. Oleh karena itu, orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anak, memberikan pengawasan yang baik, dan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Jika ada kesalahan yang dilakukan oleh anak di sekolah, alangkah baiknya jika orang tua memberikan dukungan kepada guru, bukan malah menyalahkan mereka.
Namun kenyataannya, banyak orang tua yang melimpahkan segala tanggung jawab mendidik anak pada guru, bahkan dalam hal-hal yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka. Ini menciptakan beban yang sangat besar bagi guru dan membingungkan bagi mereka yang berusaha memberikan yang terbaik dalam mendidik. Guru tidak bisa menjadi pengganti orang tua. Mereka hanya berperan dalam membimbing dan mengajar, sedangkan pendidikan yang paling penting terjadi di rumah.
ADVERTISEMENT
Guru seringkali berada dalam posisi yang serba salah, terjepit antara harapan yang tinggi dari masyarakat dan keterbatasan yang mereka hadapi dalam tugas sehari-hari. Di satu sisi, guru diharapkan untuk mendidik dan membentuk generasi penerus bangsa dengan cara terbaik, namun di sisi lain, mereka sering kali tidak diberikan dukungan yang memadai, baik dalam hal sumber daya, kebijakan, maupun penghargaan yang layak. Mereka diguguh — diharapkan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, sementara segala kekurangan, keterbatasan, dan tantangan yang mereka hadapi sering kali dianggap sebagai bagian dari "tugas" mereka yang harus diterima dengan lapang dada.
Namun, lebih tragis lagi, mereka sering dibungkam oleh sistem yang tidak mendukung mereka. Sistem pendidikan yang kurang memberi ruang bagi kebebasan kreativitas guru, kurangnya apresiasi terhadap usaha mereka, serta tekanan dari berbagai pihak yang tidak memahami betul tantangan yang mereka hadapi dalam mendidik, semakin membuat posisi guru semakin terpinggirkan. Dalam banyak kasus, guru malah menjadi sasaran dari kekurangan dan kegagalan sistem pendidikan yang ada, yang seringkali tidak memberikan solusi atau dukungan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Sebagai pendidik, guru memegang peran yang sangat besar dalam mencerdaskan generasi muda. Mereka bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian murid-muridnya. Seorang guru harus menjadi teladan, pemimpin, pembimbing, dan teman bagi siswa. Mereka berperan dalam membentuk pola pikir, keterampilan, serta nilai-nilai kehidupan yang akan membekali anak-anak dalam menghadapi tantangan di masa depan. Meskipun demikian, kontribusi besar ini sering kali terabaikan, bahkan sering dipandang sebelah mata.
Guru diguguh, namun sering kali tidak dihargai atau didukung. Di tengah tuntutan yang terus meningkat untuk menghasilkan siswa yang berprestasi, guru sering kali dipaksa untuk bekerja dengan sumber daya yang terbatas, dengan gaji yang jauh dari cukup, serta dengan tekanan yang sangat besar. Tidak hanya itu, mereka juga dihadapkan pada sistem yang kadang membatasi kebebasan mereka dalam mengajar. Keinginan untuk menciptakan suasana belajar yang inovatif dan menyenangkan sering kali terkendala oleh kebijakan yang terlalu kaku atau kurang mendukung. Tugas administratif yang menumpuk, standar penilaian yang rigid, serta tekanan untuk mengikuti kurikulum yang sudah ada, membuat guru merasa terkungkung dalam rutinitas yang kadang tidak memberi ruang bagi kreativitas dan pendekatan yang lebih efektif dalam mendidik.
"Momen Muhadoroh//Sumber:dok.pribadi"
Jika kita menghargai guru, maka kita juga sedang menghargai pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang berkualitas adalah salah satu fondasi utama untuk kemajuan suatu bangsa. Untuk mencapainya, kita harus mengakui peran guru sebagai pahlawan yang membentuk masa depan. Kita harus memberi mereka penghargaan yang layak, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan yang nyata. Jika guru dihargai dan didukung dengan benar, maka pendidikan akan berkembang dengan baik, dan bangsa ini akan semakin besar.
ADVERTISEMENT
namun saatnya kita bangkit untuk memberikan mereka suara, pengakuan, dan penghargaan yang pantas. Karena dengan menghargai guru, kita juga sedang menghargai masa depan kita sendiri. Jika guru diberdayakan, maka pendidikan akan maju, dan jika pendidikan maju, maka bangsa ini akan menjadi lebih besar dan lebih kuat. Masa depan bangsa dimulai dari menghargai guru hari ini.