Yuk Ketahui! Elemen, Fungsi, dan Teori Vitruvius Pada Gedung Satai

Hafshah Assalafiyyah
Mahasiswa Arsitektur UPJ
Konten dari Pengguna
25 Desember 2022 9:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hafshah Assalafiyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Penerapan Ilmu-ilmu Arsitektur

Gambar 1. Gedung Sate (Sumber: Gambar Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Gedung Sate (Sumber: Gambar Pribadi)
ADVERTISEMENT
Gedung Satai merupakan bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1920—1924 dan berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Bangunan ini dirancang oleh sebuah tim arsitek yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks, serta Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh V.L. Sloors. Nama dari Gedung Satai ini diambil karena terdapat ornamen 6 tusuk sate di atas menara sentral. Saat ini, Gedung Satai digunakan sebagai pusat pemerintahan kota Bandung atau sering disebut dengan ‘Gedung putihnya Bandung’. Tak hanya sebagai pusat pemerintahan, Gedung Satai ini juga dijadikan sebagai tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh siapun, sebab bangunan ini merupakan bangunan bersejarah dan memiliki desain arsitektur yang indah. Oleh sebab itu, mari kita kenali penerapan ilmu-ilmu Arsitektur yang terdapat di Gedung Satai ini, khususnya penerapan elemen, kontekstual fungsi, dan teori vitruvius.
ADVERTISEMENT
Elemen ruang terbagi menjadi 2, yaitu elemen vertikal dan elemen horizontal. Elemen horizontal merupakan sebuah elemen yang tersusun dari dua buah titik secara tegak lurus ke atas. Sedangkan elemen horizontal ialah elemen yang tersusun dari dua buah titik yang sejajar dengan horizon atau mendatar. Elemen vertikal pada Gedung Satai ini terdapat pada tiang-tiang penyanggah yang tegak lurus ke atas dan pada tiang-tiang yang berada di sekeliling aula barat. Sedangkan elemen horizontal terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu elemen horizontal atas dan elemen horizontal bawah. Elemen horizontal atas terdapat pada bagian atap yang menjadi pelindung dari hujan dan panasnya matahari, pada bagian plafond yang menjadi langit-langit, dan pada bagian pagar pada interior yang terdapat di aula barat. Elemen horizontal bawah pada Gedung Satai ini terdapat pada bagian halaman, yaitu pada conblock perseginya dan terdapat pada bagian lantai dari aula barat Gedung Satai ini. Setelah pembahasan mengenai elemen ruang dan pengolahannya, pembahasan selanjutnya ialah mengenai kontekstual menurut fungsinya.
ADVERTISEMENT
Kontekstual kedudukan elemen dan objek arsitektur dalam arti dan makna terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah menurut letaknya, menurut sifatnya, menurut maknanya, menurut fungsinya, dsb. Namun, saat ini yang akan kita bahas adalah menurut fungsinya. Surasetja (2007) berpendapat bahwa “… arsitekur merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan manusia. Bagaimanapun juga unsur-unsur fungsi, ruang, bentuk dan ekspresi akan menentukan bagaimana arsitektur dapat meninggikan nilai suatu karya, memperoleh tanggapan serta mengungkapkan suatu makna” (hlm.1). Diketahui bahwa Gedung Satai berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan resmi pemerintahan, tempat kerja pemerintahan provinsi barat, dan tempat wisata. Sedangkan bagian halamannya berfungsi sebagai tempat terbuka hijau serta menimbulkan kesan yang luas dan indah pada Gedung Satai tersebut. Pembahasan terakhir dari Gedung Satai ini ialah mengenai teori Vitruvius.
Gambar 2. Teori Vitruvius (Sumber: Gambar Pribadi)
Marcus Vitruvius Pollio atau yang biasa disebut dengan Vitruvius merupakan seorang tokoh arsitek dan penulis dengan judul buku “De Architecture Libri Decem” atau yang terkenal dengan “Ten Books on Architecture” di era Romawi serta komandan artileri. Beliau mengeluarkan definisi dan prinsip dasar mengenai arsitektur. Salah satunya ialah teori Vitruvius yang akan dibahas saat ini. Menurut Kirawan & Setiawan (2015) “Teori ini yang digunakan sebagai acuan, yaitu teori dari dalam bukunya yang berjudul “The Ten Books on Architecture” pada buku pertama, chapter tiga, poin dua mengatakan bahwa semua harus dibangun dengan menerapkan tiga aspek, yaitu kekuatan (firmitas) yang mencakup penyaluran beban yang baik dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat, kegunaan/fungsi (utilitas) mencakup pengaturan ruang yang baik, didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan, penghawaan, dan lain sebagainya), dan keindahan (venustas) meliputi seni, keindahan, dan tampak. Utilitas dan firmitas menghasilkan bentukan dasar sebagai bagian dari venustas” (hlm. 599).
ADVERTISEMENT
Bedasarkan teori viruvius yang pertama ialah kekuatan (firmitas). Kekuatan atau firmitas dari Gedung Satai ini sudah terbilang cukup kuat dan kokoh. Material yang digunakan pada dinding Gedung Satai ini ialah kepingan batu alam dan batu bata guna penguapan tidak terjadi terlalu cepat sehingga kenyamanan dari ruangan tersebut meningkat. Kontruksinya pun menggunakan balok beton dan juga tiang-tiang. Gedung Satai ini telah berdiri sejak tahun 1924 hingga sekarang, tetapi bangunan ini masih berdiri dengan kokoh. Kedua, kegunaan (utilitas). Gedung Satai ini mempunyai kegunaan sebagai pusat pemerintahan Jawa Barat yang digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan resmi dan juga tempat kerja dari pemerintahan provinsi Jawa Barat. Tak hanya itu, Gedung Satai ini juga dijadikan tempat wisata sebab gedung ini merupakan bangunan bersejarah. Halaman dari Gedung Satai ini dapat berfungsi sebagai tempat terbuka hijau yang menimbulkan kesan luas dan indah. Ketiga, keindahan (venustas). Konsep desain arsitektur dari Gedung Satai ini sangat indah karena gaya tradisional Indonesia dan konsep kontruksi Eropa dikolaborasikan. Ornamen 6 tusuk satai yang terdapat di atas menara sentral menjadi cirikhas dari Gedung Satai ini. Arsitek bangunan ini pun memadukan model arsitektur Islam dan Hindu sehingga desain dari bangunan ini terlihat lebih indah. Indahnya bangunan ini pun dapat dibuktikan dari para wisatawan yang banyak berkunjung setiap harinya dan mengambil banyak foto terhadap bangunan ini.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui penerapan dari ilmu-ilmu arsitektur terhadap Gedung Satai, wawasan dan pengetahuan kita menjadi bertambah terkait bangunan bersejarah ini bukan? Kita tak lagi hanya mengetahui dari sisi asal-usul atau sejarah Gedung Satainya saja, melainkan dari sisi arsitekturnya juga telah kita ketahui. Demikian pembahasan mengenai penerapan ilmu-ilmu arsitektur, khususnya elemen ruang, kontekstual fungsi, dan teori vitruvius terhadap objek arsitektur Gedung Satai. Mulai sekarang, yuk kenali bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia dari sisi arsitekturnya juga!