PSSI-PT LIB Beda Suara, Soal Apa?

13 April 2017 8:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Petinggi di peluncuran Gojek Traveloka Liga 1. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petinggi di peluncuran Gojek Traveloka Liga 1. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) beda suara terkait penggunaan Kode Disiplin untuk Liga 1 musim ini. PSSI mengindikasikan pihaknya bakal menggunakan Kode Disiplin dengan merujuk pada Indonesia Super League (ISL) 2014, sementara PT LIB menginginkan untuk menggunakan rujukan kepada Indonesia Soccer Champhionship (ISC).
ADVERTISEMENT
Kode Disiplin merupakan aturan yang dibuat oleh PSSI terkait dengan penyelengaraan kompetisi. Secara garis besar, hal itu mengatur mengenai besaran denda uang atau sanksi yang diberikan kepada pemain, pelatih, ofisial, suporter dari sebuah tim yang terbukti melanggar regulasi kompetisi.
Misalkan, pemain terbukti menganiaya wasit, maka masa hukumannya dan denda yang dijatuhkan akan merujuk kepada Kode Disiplin. Hukuman tersebut kemudian akan dijatuhkan oleh Komite Disiplin PSSI.
Pelaksana Tugas Sekretaris Jendral (Plt Sekjen) PSSI, Joko Driyono, mengatakan bahwa Kode Disiplin yang akan digunakan untuk Liga 1 akan merujuk pada Kode Disiplin ISL 2014. Akan tetapi, jika memang nantinya harus Kode Disiplin ISC 2016, maka harus terlebih dahulu digelar rapat Komite Eksekutif (Exco) untuk memutuskan persoalan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kode disiplin dari PSSI itu prinsipnya berlaku untuk semua kompetisi di bawah naungan PSSI. Kecuali, Exco menetapkan peraturan khusus tentang perubahan. Dan, perlu ditekankan bahwa kompetisi ISC 2016 lalu bukan di bawah naungan PSSI," ujar Joko di Kantor PSSI, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (12/4/2017).
Ketum PSSI Letjen Edy Rahmayadi (tengah) bersama dengan Wakil Ketua Djoko Driyono (kiri) menyaksikan latihan tim nasional sepakbola Indonesia di Tangerang, Banten. (Foto: Muhammad Iqbal)
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PSSI Letjen Edy Rahmayadi (tengah) bersama dengan Wakil Ketua Djoko Driyono (kiri) menyaksikan latihan tim nasional sepakbola Indonesia di Tangerang, Banten. (Foto: Muhammad Iqbal)
Idelanya, kata Joko, esensi Kode Disiplin dari tahun ke tahun perubahannya tidak drastis. Itu sebabnya kecil kemungkinan akan terjadi kombinasi Kode Disiplin antara ISL 2014 dengan ISC 2016 mengenai penegakan disiplin dari Kode Disiplin dan untuk digunakan dalam regulasi Liga 1 nanti.
"Jadi dalam kompetisi Liga 1 nanti kalau boleh distrukturkan ada yang namanya Laws of The Game yang menjaganya adalah wasit. Kemudian ada yang disebut regulasi kompetisi yang menjaganya adalah operator. Jika ada pelanggaran kedisiplinan yang menjaganya adalah Komite Disiplin (Komdis)," kata Joko.
ADVERTISEMENT
"Dibawahnya, ada lagi yang namanya manual liga, yang memastikan bahwa semua yang dijalankan sesuai dengan yang diharapkan, di bawahnya lagi KF Plan untuk memastikan kualitas penyelenggaraan lebih baik," sambungnya.
Menurutnya, semua yang dirujuk oleh PT LIB, akan dikomunikasikan dengan Komdis PSSI untuk memproteksi disiplin Liga 1. Dan, menggunakan kode disiplin tahun 2014, lanjut Joko, merupakan hal yang valid.
"Kenapa tidak pakai Kode Disiplin ISC 2016? Karena pada minggu lalu Komisi Yudisial telah bertemu dengan Komdis, Komisi Etika dan Komisi Banding untuk sepakat menggunakan rujukan (Kode Disiplin) ISL 2014," pungkasnya.