Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Yuk, Move On dari Menabung ke Investasi
6 Januari 2020 16:16 WIB
Tulisan dari Halofina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Ah, saya gak butuh investasi. Menabung saja udah cukup.”
“Emangnya kenapa harus investasi? Menabung bukannya sama aja ya?”
ADVERTISEMENT
Selama ini pernahkan mendengar pernyataan seperti di atas? Atau malah kamu pernah tanya kayak gitu juga? Mungkin kamu belum pernah tahu bedanya menabung dan investasi, jadinya belum punya bayangan tentang pentingnya move on dari menabung ke investasi.
Menurut pakar keuangan Halofina, Mohammad B. Teguh, move on dari menabung ke investasi itu adalah sebuah tahapan yang harus dilalui oleh seseorang. Kalau kamu mau mulai berinvestasi, kebiasaan menabung rutin bisa kamu jadikan langkah awal.
Dua definisi berbeda, namun saling berkaitan. Faktanya menabung saja enggak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita di masa depan. Perlu dipahami juga, investasi itu sesungguhnya bukan untuk menumpuk-numpuk harta ya, tetapi untuk mencapai tujuan investasi di masa mendatang. Prinsipnya sama dengan menabung, hanya saja melalui investasi kita mengharapkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Bagaimna cara menentukan tujuan investasi?
Untuk mulai menentukan tujuan investasi, kamu bisa mulai dari kebutuhan yang sudah pasti kamu harus penuhi di masa depan. Misalnya, biaya pendidikan anak (kuliah) kita kelak, karena kita sadar biaya pendidikan itu selalu meningkat setiap tahunnya, bahkan tingkat inflasinya lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi pada umumnya, mencapai 10-15 persen. Nah itu sebabnya alasan utama untuk mempersiapkannya dari sekarang.
Berapa biaya yang harus saya kumpulkan melalui investasi?
Nah, untuk memudahkan pertanyaan ini kita simulasikan menggunakan tujuan investasi mempersiapkan pendidikan (kuliah) anak. Pertama nilainya tentu bervariasi, tergantung dari universitas yang dipilih (kampus negeri/swasta, lokal atau luar negeri), sehingga nominalnya akan sangat berbeda dan cara pemenuhannya juga akan berbeda.
ADVERTISEMENT
Chairman & Co-founder Halofina, Eko P. Pratomo, punya satu cara mudah buat menghitung estimasi kebutuhan biaya kita di masa depan, yaitu dengan menggunakan aturan 72, sebuah metode sederhana menghitung cepat untuk mengetahui berapa lama uang kamu untuk menjadi dua kali lipat di tingkat imbal hasil tertentu.
Misalkan saat ini kamu punya uang Rp 50 juta, nah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan nilainya Rp 100 juta jika diinvestasikan pada instrumen investasi dengan tingkat imbal hasil 6 persen p.a? Dengan aturan 72 kita bisa menghitungnya dengan rumus 72:6=12, artinya jangka waktu yang dibutuhkan adalah 12 tahun.
Aturan 72 juga bisa digunakan untuk menghitung future value (nilai masa depan) karena adanya inflasi. Sebagai contoh ilustrasi kita gunakan biaya pendidikan kuliah tadi. Misalkan saat ini anak kita usianya 6 tahun yang artinya masih ada 12 tahun untuk mempersiapkan biayanya (asumsi anak kita masuk kuliah di usia 18 tahun). Jika tingkat inflasi pendidikan misalkan 6 persen p.a, artinya jika biaya kuliah S1 saat ini Rp 50 juta, itu artinya 12 tahun ya biayanya menjadi Rp 100 juta.
ADVERTISEMENT
Jadi, saya harus move on dari menabung ke investasi?
Survey Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 mengatakan tingkat literasi keuangan di Indonesia masih berada di bawah 40 persen, atau bisa dikatakan sangat rendah. Salah satu aspek survei yang dilakukan terkait apakah seseorang memahami konsep inflasi dan implikasinya terhadap kondisi keuangan dan kehidupannya.
Jika seseorang memilih untuk menabung saja tanpa berinvestasi, maka hampir pasti bahwa harta yang dia miliki akan terkena inflasi. Sementara dengan investasi, kamu bisa memilih instrumen investasi yang return-nya di atas nilai inflasi. Tujuannya agar nilai aset yang kamu miliki terus naik dan tidak tergerus inflasi di masa depan.
ADVERTISEMENT
Sebagai ilustrasi, kita coba buat perbandingan menabung dengan berinvestasi di produk reksadana pasar uang dengan modal Rp 1 juta. Reksadana pasar uang dipilih, karena secara portofolio asetnya banyak di alokasikan di instrumen deposito dan surat utang (obligasi) jangka pendek, sehingga karakteristiknya cenderung stabil seperti tabungan.
Berdasarkan informasi dari situs bank swasta di Indonesia, untuk nominal simpanan Rp 1 juta tingkat imbal hasil yang ditawarkan hanya 0,15 persen p.a, yang artinya dalam setahun kita hanya mendapatkan imbal hasil sebesar Rp 1.500 (belum termasuk potongan pajak dan biaya administrasi bulanan).
Berbeda ketika kalian menginvestasikan uang tersebut di produk reksadana pasar uang. Merujuk pada data di Bloomberg (pada saat tulisan ini dibuat), produk reksadana pasar uang jika di rata-rata memberikan imbal hasil 5,45 persen p.a, yang artinya dalam setahun kalian mendapatkan imbal hasil sebesar Rp 54.500 (tanpa ada potongan pajak). Semoga dari ilustrasi yang diberikan kalian paham kenapa investasi merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk melawan inflasi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui instrumen investasi apa yang sesuai dengan tujuan investasi yang kamu ingin capai, kamu bisa menggunakan aplikasi Halofina sebagai penasihat dan pengelolaan keuangan digital kamu.
Dengan Halofina , kamu tinggal memasukan data diri dan keuangan kamu, untuk mendapatkan rekomendasi Lifeplan, dan rekomendasi investasi yang sesuai dengan profil risiko dan profil menabung kamu.
Yuk, move on dari menabung ke investasi!