Gunakan Hak Suaramu! Jangan Salah Pilih!

Hamdi
Hamdi Alumni PP. Annuqayah Guluk Guluk Sumenep Madura, Kini Aktif mengajar dan menulis di berbagai media Online. (Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. - Pramoedya Ananta Toer)
Konten dari Pengguna
14 Februari 2024 10:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hamdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Camera Samsung A 05
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Camera Samsung A 05
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kontestasi Politik 5 tahunan kini telah hadir kembali. Bagi setiap warga Indonesia di manapun anda berada, ayo datang ke TPS masing-masing. Gunakanlah hak suaramu sebaik mungkin. Jangan dibuang, jangan disobek, karena kertas kecil ini penentu masa depan Negara kita. Rabu, 14 Februari 2024.
ADVERTISEMENT
Melansir dari Web, bahwa Negara Indonesia termasuk dari 20 Negara yang menganut faham demokrasi. Yang di dalamnya kita harus memilih pemimpin. Kalau saya ditanya? Mana lebih baik antara negara kerajaan dan Demokrasi?. Secara sepontan saya akan menjawab “Negara Demokrasi lebih baik”. Karena semua warga bisa berkesempatan untuk berkontribusi.
Merujuk Buku yang ditulis Yusdani, Fiqih Politik Muslim (2012). Hal. 103” Konsep demokrasi yang diterima secara prinsipiil melibatkan orang banyak. Artinya , sekali lagi mau ditegaskan bahwa politik selalu adalah urusan “Umum” atau “Publik”. Prinsip ini tidak dapa ditelikung dengan manipulasi uang, media, dan eksploitasi budaya patronase yang masih kuat.
Perlu diingat! bahwa dalam menentukan pemimpin tidak serta merta mengikuti nafsu. Kita harus berdasarkan istikharah, meminta petunjuk tuhan,Istisyarah, musyawarah, dalam hal ini melalui bertanya kepada yang lebih senior dalam masalah politi, serta banyak mencari info, baik di media, di Web serta koran-koran.
ADVERTISEMENT
Coba kita menelusuri tokoh nasional, Kiai Sa’id Aqil Siraj, tentang politik, beliau mengatakan dalamhal pemimpin harus didasarkan atas prinsip berikut:
1. As-sidqu wal amanah (kejujuran dan penuh tanggung jawab), merunut dari beberapa referensi bahwa kejujuran itu menempati peringkat pertama dalam hal kesuksesan. Dengan moda as-sidqu ini, ketikan calon terpilih tidak akan melakukan korupsi.
2. Al-adalah, keadilan, kenapa? Karena ini sudah tertera dalam pancasila “keadilan bagi seluruh rakyat indonesia”. Ketika pemimpin mengamalkan adalah, insyaallah pemimpin yang akan terpilih nanti akan terpatri dalam jiwanya sifat adalah. Ini juga didengungkan oleh para ulama salafus shaleh, antara lain, Al-Ghazali, Al- Baqillani dan sebagaimnya.
3. As- Syura, permusyawaratan. Ada sebuah pernyataan menarik, apabila ada seseorang mengaku muslim, namun selalu mempertahankan erogansi kekuasaan dan bersikap otoriter. Itulah orang yang kardiman (karepah tibik beih- maduranya) kata anak-anak sekarang.
ADVERTISEMENT
4. Al- Musawah, Egalitariansisme. Seorang pemimpin harus selalu memperhatikan segala tindak tanduknya baik dirinya maupun orang lain. Ketika pemimpin telah memiliki 4 sifat tersebut, insyaallah mampu memegang negara Besar ini.
Kemaren lusa saya kedatangan tamu, membawa ratusan lembar surat undangan. Dia berkata “jangan lupa hari Rabu supaya menghadiri undangan ini di TPS 4”. Dengan lirih saya jawab “pasti hadir”.
Alhamdulillah pemilihan kali ini, Rabu,14 Februari cuaca mendukung, mendung, namun, bersahabat. Di Desa Saya Moncek Tengah Lenteng, masyarakat antusias dalam menyukseskan pesta demokrasi ini.
Kenapa harus memilih?
Berbincara masalah pencoblosan saya ingat guru saya, Almarhum Kiai Lutfi, ketika ia mengajar saya pada tahun 1997 disaat menduduki di Bangku MTS Tanwirul Hija Cangkreng Lenteng Sumenep “ menentukan pemimpin hukumnya wajib, orang yang tidak memilih alias golput, maka hukumnya dosa”.
ADVERTISEMENT
Berarti melihat pernyataan beliau. Orang yang tidak memilih ia masuk kategori penentang pemerintah. Taat kepada pemerintah, sebenarnya telah di jelaskan Al-Qur’an – As-Sunnah. “atiiullah wa atiiur rasul, taatlah kepada Allah dan Rasulnya” bentuk taat dalam penafsiran ini salah satunya memilih pemimpin.
Hal ini juga didukung para ulama bahwa menurut al- Ghazali, memilih pemimpin itu wajib, karena tanpa pemimpin negara ini akan hancur. Bahkan ada sebuah pernyataan. Bahwa taat kepada pemimpin yang dhalim wajib, selama tidak menyuruh berbuat maksiat.
Perlu diingat! dalam memilih pemimpin, kita harus memperhatikan unsur spritual, bahkan unsur ini menjadi dasar dalam menentukan pemimpin, lebih-lebih dalam memilih Presiden, kita harus melihat dulu, Kepribadiannya, Keuletannya, kepiawannya dalam memimpin rapat, hingga apakah ia berkeadaban.
ADVERTISEMENT
Keadaban seseorang bisa kita telusuri melalui, perkataannya, apakah senang menyakiti senior, apakah ia memiliki sopan santun yang baik. Perhatikan setiap calon yang anda dalam Surat Suara, baca bismillah.
Saya akan mengutip satu lagi sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pemimpin yaitu serat centini, didalamnya ada tulisan menarik “bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang jujur”. Konsep ini juga sesuai dengan Konsep Kiai Sa’id Aqil Siraj.
Ayo datang ke TPS masing-masing, gunakan hak suaramu, tentukan pemimpin sesuai dengan kategori yang ditawarkan Kiai Said Aqil Siraj. Anda memilih kami senang.