Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Fenomena Drama Korea terhadap Khalayak
31 Desember 2020 13:25 WIB
Tulisan dari Hasan Widiatmoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Globalisasi yang terjadi saat ini telah membawa perubahan dalam kehidupan antar negara. Terlebih dengan adanya globalisasi media, informasi yang menyebar di beberapa negara menjadi seragam dan membawa suatu kebudayaan baru. Kebudayaan yang terbawa ini juga menyebar ke beberapa negara dimana informasi itu masuk. Seperti perkembangan industri hiburan di Korea yang saat ini sudah sangat maju dan berkembang. Terbukti dari gelombang Korean Wave yang saat ini terus menjamur ke seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk budaya pop Korea Selatan yang tersebar secara global di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia (Shim, 2006: 25). Korean wave memang telah dipersiapkan untuk dipasarkan ke dunia internasional sejalan dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah sejak masa pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998) yang slogan politiknya “Creation of the New Korea” (Yeon, 2008: 16-17). Istilah Korean Wafe sendiri pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Beijing pada pertengahan 1999 di Cina sebagai suatu keterkejutan terhadap pesatnya pertumbuhan popularitas hiburan dan budaya di Cina, Sejak saat itu, ledakan budaya pop Korea meningkat dan mencapai tahap penetrasi aktif di berbagai belahan Asia. Budaya, pakaian, makanan, dan apa saja tentang Korea sangat cepat sekali menjadi trend yang di gemari oleh khalayak di dunia. Salah satu pengaruh penting dari Korean Wave adalah melalui Drama Korea. Jauh sebelum fashion dan musik, Drama Korea telah berhasil mengambil hati banyak khalayak di dunia. Drama Korea telah berhasil lebih dahulu mendunia baik di Asia maupun di Amerika.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan negara maju yang masuk, diserap secara masif oleh masyarakat. Ia menjadi konsumsi masyarakat secara terus menerus hingga menjadi kebudayaan baru bagi kehidupan masyarakat tersebut. Inilah yang memicu timbulnya budaya populer atau budaya pop. Budaya pop adalah budaya yang dibentuk oleh masyarakat yang secara tidak sadar diterima dan diadopsi secara luas dalam masyarakat . Masyarakat membentuk budaya baru dari budaya-budaya yang mereka serap melalui informasi yang mereka peroleh dari kehadiran media global. Munculnya budaya pop ini, dikhawatirkan menghilangkan budaya asli suatu negara. Budaya pop mendorong orang untuk up to date agar tak ketinggalan jaman. Menurut William budaya popular adalah budaya yang banyak disukai, dan karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang (Storey:2003:10). Keberadaan budaya populer sendiri merupakan wujud perlawanan terhadap kemapanan nilai-nilai budaya tinggi yakni budaya yang dihasilkan oleh kaum-kaum intelektual. Namun kini budaya populer sudah tidak lagi dianggap sebagai budaya rendahan karena kaum intelektual pun telah terpapar oleh budaya popular.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, penyebaran budaya populer dari Korea dimulai sejak tahun 2002 setelah Piala Dunia Korea Selatan dan Jepang. Momen tersebut yang diselenggarakan di stasiun televisi Indonesia, kemudian digunakan untuk memperkenalkan drama seri Korea Selatan atau K-Drama. Trans TV menjadi stasiun televisi pertama yang menayangkan K-Drama berjudul Mother’s Sea pada 26 Maret 2002. Lalu menyusul Indosiar dengan Endless Love pada 1 Juli 2002. Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat setiap tahunnya.
Popularitas yang diraih oleh budaya Korea disebabkan juga karena terdapat unsur politikal di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai drama serial yang ditayangkan yang hanya berkisar pada drama sejarah dan percintaan. Selain itu, nasionalisme juga memegang peranan penting, bahwa media dan pemerintah Korea memainkan peranan aktif untuk menjaga agar Korean Wafe tetap hidup dan berkembang. Kebanggaan akan budayanya membuat orang Korea percaya bahwa budaya pop mereka akan disukai oleh semua orang di seluruh dunia. Oleh karenanya, setiap insan hiburan Korea merepresentasikan dirinya sebagai perwakilan dari Korea Selatan. Bagi masyarakat Asia, Korean Wafe sebagai wajah baru tidak bersifat mengancam karena mereka Asia.
ADVERTISEMENT
Hal ini semacam Asianisme, suatu pencarian akan budaya alternatif di tengah dominasi Barat. Budaya Korea kemudian menjadi budaya yang diminati karena adanya sensibilitas Asia yang terangkum dalam industrialisasi. Bagaimana budaya populer Korea meraih popularitasnya disadari penulis sebagai landasan untuk melihat sejauh mana fenomena ini dapat bertahan dalam industri hiburan global. Cenderung memahami budaya Korea sebagai budaya hibrid yang mencampur Barat dan Asia –termasuk penetrasi demokrasi (nilai Barat) di Korea yang membuka kesempatan bagi industri hiburan untuk berkembang– sehingga muncul Korean Wafe seperti yang dikenal publik sekarang. Posisi ini melandasi pemikiran bahwa sebenarnya budaya Barat tetap berada di posisinya sementara budaya Korea memang meningkat popularitasnya.
Drama Korea merupakan salah satu media di mana budaya popular itu terbentuk. dalam penyebaran budaya dan kini semakin digemari di kalangan khalayak, para khalayak merasa bahwa menonton drama Korea adalah suatu kebutuhan, dengan menggunakan media televisi, sehingga hal ini membuat stasiun televisi yang mampu memiliki peran yang penting dalam kebutuhan mereka. Hal ini tentu membuat stasiun televisi tersebut semakin mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga semakin besar kemungkinan bahwa media dan pesan yang mereka produksi memiliki efek terhadap penonton. Efek yang ditimbulkan dengan adanya fenomena Korean Wafe ini membuat terkikisnya budaya Indonesia di kalangan generasi penerus bangsa, karena mereka lebih tertarik memelajari budaya korea yang disuguhkan menarik melalui kemasan-kemasan drama koreanya. Penggunaan bahasa korea pun juga sudah sangat digandrungi di kalangan masyarakat, dan hal ini terbukti dengan banyak bermunculan lembaga-lembaga yang membuka kursus bahasa korea. Kepedulian generasi bangsa akan budaya sendiri ditakutkan akan luntur karena mereka memandang budaya korea lebih menarik untuk dipelajari dan dinikmati. Itulah mengapa menyebutkan hal ini adalah soft counter culture penjajahan secara halus melalui budaya.
ADVERTISEMENT