Konten dari Pengguna

Quarter Life Crisis: Sebuah Fase Hidup

Hanifah
Psikolog Klinis, Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
4 November 2023 10:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kesehatan mental ibu atau wanita alami depresi. Foto: aslysun/Shuttterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kesehatan mental ibu atau wanita alami depresi. Foto: aslysun/Shuttterstock
ADVERTISEMENT
Banyak di antara kita, khususnya generasi yang saat ini sedang ada di rentang usia 20-35 tahun, mungkin sering mengkambinghitamkan permasalahan hidup yang dialami dengan alasan "sedang ada dalam fase quarter life crisis". Apakah Anda salah satunya?
ADVERTISEMENT

Sebenarnya apa itu quarter life crisis?

Quarter life crisis adalah sebuah periode dalam hidup, di mana dihadapi saat memasuki usia dewasa, yang kita ketahui sebagai seorang dewasa tentunya akan ada banyak tantangan serta tuntutan dalam fungsi kehidupan. Ekspektasi yang dimiliki dan ditujukan pada individu dewasa ini tentunya dapat berpotensi menimbulkan kecemasan dan stres apabila tidak dapat ditangani dengan baik. Quarter life crisis relevan dialami oleh individu yang ada dalam kisaran usia 20-35 tahun.
Mengapa pada usia tersebut rentan mengalami stres dan cemas sehingga menimbulkan 'krisis' ini? Hal ini dikarenakan pada usia terebut banyak fungsi dan aspek kehidupan yang dirasa menjadi sangat menantang dan sulit dihadapi, misalnya ketika menghadapi kehidupan pasca lulus kuliah, pilihan dan tekanan di pekerjaan, perkara pasangan, jodoh, ataupun hubungan romantis yang dijalani, serta tanggung jawab yang semakin lama semakin besar dipikul sebagai seorang pribadi dewasa yang seutuhnya.
ADVERTISEMENT

Apakah Quarter life crisis adalah sesuatu yang buruk dan perlu dihindari?

Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, tentunya akan sangat bergantung pada bagaimana sudut pandang kita dalam melihat masalah dan peluang.
Di satu sisi, quarter life crisis dapat menjadi turning point atau titik balik dalam hidup kita. Apakah kita melihat masalah dalam hidup sebagai sebuah ancaman ataukah sebuah tantangan?
Pada usia ini, ada banyak tuntutan yang hadir sebagai pintu gerbang menuju pribadi yang lebih dewasa, yang tentunya harus mampu bertanggung jawab seutuhnya atas segala pilihan.

Lalu, apa saja masalah yang biasa dialami dalam fase quarter life crisis ini?

Masalah yang paling tinggi ditemui saat menghadapi quarter life crisis adalah terkait finansial. Hal ini sangat wajar karena pada usia terebut kita memiliki tuntutan untuk dapat hidup lebih mandiri. Kemandirian finansial adalah hal yang sering menjadi alasan. Kita yang akan dan telah menyelesaikan bangku pendidikan, memiliki tuntutan untuk bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, tidak lagi bergantung pada orang tua dalam hal keuangan.
ADVERTISEMENT
Masalah selanjutnya yang biasa dihadapi dalam quarter life crisis adalah perkara karier dan pekerjaan. Dream job, kadang tidak semudah yang dibayangkan untuk mendapatkannya. Bahkan yang sudah bekerja pun kerap kali mengeluh karena ternyata bidang yang digeluti tidak seusai harapan.
Perkara jodoh atau masalah relasi dengan pasangan pun acap kali membuat kita kebingungan. Siapa teman hidup yang akan mendampingi kita ke jenjang lebih serius? Untuk yang sudah punya pasangan pun, kadang menjadi pertanyaan, "apakah benar dia orang yang tepat menjadi pendampingku kelak?
Belum lagi ketika semakin dewasa, lingkaran pertemanan semakin menyempit. Merasa kesepian karena lingkaran pertemanan terbatas bisa menjadi pemicu stres. Mungkin pada usia ini, secara kuantitas kita tidak memiliki teman yang banyak, tapi bisa memperdalam hubungan yang lebih berkualitas dari circle yang ada.
ADVERTISEMENT
Kita pun tidak bisa terlalu sering bergantung pada orang lain karena masing-masing tentu punya rutinitas dan kesibukan, sehingga sekalipun mereka adalah sahabat karib kita, tidak ada jaminan untuk selalu stand by untuk diri kita. Siapa yang pernah mengalami hal tersebut? Apakah Anda salah satunya?

Lalu, apa bedanya quarter life crisis dengan later life crisis?

Later life crisis cenderung dialami ketika kita menyadari bahwa kita telah gagal mencapai goals atau tujuan dan rencana-rencana hidup; sedangkan quarter life crisis biasanya berakar dari permasalahan diri, di mana kita tidak memiliki tujuan atau rencana apa pun dalam hidup, atau ketika tujuan hidup kita tidak realistis.
Jadi, cobalah untuk mengecek kembali rencana hidup Anda saat ini, apakah sudah tersusun dan terencana dalam langkah-langkah yang realistis dan bisa Anda capai sesuai dengan kemampuan yang dimiliki?
ADVERTISEMENT
Atau mimpi yang terlalu melangit sehingga menjadi sangat sulit Anda raih? Kita bisa coba renungkan hal tersebut dalam diri.

Quarter life crisis adalah hal yang normal

Ada dalam fase quarter life crisis adalah hal yang wajar. Kita tidak dapat mengelak dari tuntutan dan tanggung jawab yang menyertai peran kita sebagai seorang pribadi dewasa.
Tapi apa yang membuat quarter life crisis sedemikian rupa menjadi sebuah tekanan yang sulit dilalui? Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhinya.

1. Karena kita membandingkan diri dengan orang lain

ADVERTISEMENT
Selalu membandingkan diri dengan orang lain. Melihat pencapaian-pencapaian orang lain sebagai sebuah hal yang semakin membuat kita merasa iri. Apakah tidak lelah membandingkan diri ini? Padahal hidup bukan ajang balapan. Masing-masing punya jalur dan waktu mekarnya sendiri, bukan?

2. Adanya tuntutan sosial

Kita memang hidup di negara dengan lingkungan yang sangat unik, di mana orang-orang bisa jadi terlalu 'peduli' (baca: memiliki rasa ingin tahu yang tinggi) terhadap kondisi kita, sehingga sering kali bisa dianggap menekan.
Atau bisa juga kita yang terlalu sensitif, sehingga bisa menambah beban pikiran sendiri. Padahal, bisa jadi pertanyaan-pertanyaan tersebut datang hanya karena basa-basi.
ADVERTISEMENT

3. Manajemen stres yang kurang efektif

Jika memiliki masalah, biasanya apa yang Anda lakukan supaya merasa lebih baik? Menangis, nonton film yang disukai, lakukan hobi, atau mengurung diri? It's okay, setiap orang memiliki caranya masing-masing. Merasa sedih, kecewa, ataupun marah adalah hal yang wajar.
Tapi untuk mengatasi masalah, kita juga perlu mengelola emosi secara tepat agar masalah tidak berlarut.
Jika stuck hanya pada satu cara, kita perlu mencoba cari cara lain untuk mengatasinya.
Quarter Life Crisis: You're not that special, karena semuanya juga mengalami fase ini. Bukan hanya Anda, semua orang pada usia ini sangat wajar mengalaminya. Hanya saja banyak yang mungkin kita tidak tahu, banyak juga yang menyimpan dalam diam. Tapi, mengenali sejauh mana kita 'mampu' dan tahu 'batasan' yang kita miliki juga penting. Sehingga bisa mengukur diri, kapan kita bisa atasi seorang diri, kapan kita perlu bantuan orang lain.
ADVERTISEMENT

Manusia pada akhirnya tidak dapat hidup sendiri

Quarter life crisis ini bisa dianggap sebagai sebuah ancaman dan membahayakan, tapi bisa juga menjadi suatu kesempatan diri untuk bertumbuh dan berkembang. Bayangkan jika hidup Anda selalu datar tanpa masalah, yang mana hal tersebut bisa jadi adalah sebuah masalah, tentu jika demikian maka tidak akan memiliki dorongan untuk memperbaiki dan mengembangakan diri. Masalah bukanlah untuk dihindari, tapi dihadapi, tentu untuk menghadapinya perlu cara-cara yang tepat.

Jadi apa yang bisa dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis?

1. Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.
Belajar banyak hal dan cara baru untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi. Kalau satu cara yang Anda lakukan sudah buntu, coba cari cara lain. Mungkin ada cara-cara yang belum Anda coba, jangan berhenti pada satu hal saja.
ADVERTISEMENT
2. Cari sumber daya di sekitar Anda untuk bisa menghadapi tantangan hidup.
Berjejaring, brainstroming, speak up kalau memang Anda membutuhkan bantuan sekitar. Ambil hal-hal baik yang ada di lingkungan. Jangan berhenti hanya di diri sendiri.
3. Cari kelebihan dalam diri untuk jadikan kekuatan hadapi tantangan.
Membandingkan diri dengan orang lain sering kali membuat kita selalu merasa 'kurang', sampai kita lupa pernah melakukan hal baik atau memiliki kelebihan. Identifikasi apa saja kelebihan yang ada dalam diri. Jangan sampai hal baik yang ada dalam diri tertutup kabut gelap karena terlalu sering melihat rumput tetangga.
4. Buatlah rencana yang realisitis
Punya mimpi yang idealis itu baik, tapi perlu membumi agar Anda bisa memetakannya dalam rencana-rencana realistis yang rasional untuk mencapainya. Sesuaikan dengan kemampuan yang Anda miliki. Buatlah skala prioritas.
ADVERTISEMENT
5. Change mindset
Open your mind. Anggaplah ini sebagai tantangan hidup dan kesempatan untuk bertumbuh. Bukankah tidak semua harapan harus terjadi dan tidak semua yang terjadi adalah harapan Anda?
6. Evaluasi diri
Kalau cara yang satu gagal, evaluasi apa yang kurang dan masih harus diperbaiki, baik dalam langkah yang diambil atau diri kita secara pribadi. Mungkin dengan demikian bisa membantu kita lebih mengenal 'siapa kita' dan apa 'kelebihan yang kita miliki'.
Akhir kata, apakah kita membutuhkan quarter life crisis?
Tentu saja. Kita membutuhkan masalah untuk bisa keluar dari zona nyaman, agar bertumbuh menjadi seorang pribadi yang lebih dewasa dan bertanggung jawab atas segala pilihannya. Quarter life crisis adalah katalis dan hal yang lumrah, bukan untuk dihindari tapi dihadapi.
ADVERTISEMENT
Bahkan, quarter life crisis ini adalah sebuah kesempatan dan tantangan. Dan untuk dapat keluar dari krisis, kita perlu mengambil tindakan, juga berani dalam mengambil risiko.
So, It's a normal process.
Jadi, apakah Anda telah siap menghadapi quarter life crisis?