Mulai Terbiasa Tanpa Kamu

Hartini
Saya adalah Mahasiswa Institut Teknologi bisnis Ahmad dahlan jakarta
Konten dari Pengguna
19 Februari 2022 16:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hartini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan sedih Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan sedih Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Malam yang panjang dikala aku termenung memikirkah hari itu.! kau dan aku terlihat bahagia tertawa bersama melukis kisah cinta yang membara, saling menceritakan kisah yang kita lewati bersama di mana ada kamu di sampingku.
ADVERTISEMENT
Hadirmu cukup memberi warna dalam langkahku, bagaimana tidak kau seolah-olah datang untuk tinggal yang padahal kau datang hannya untuk singgah. Aku salah telah menawarkanmu rumah yang padahal kau hanya datang untuk sekejap saja, lantas siapa yang salah atas ketidak pahaman ini.? mungkinkah aku yang terlalu berantusias padamu atau mungkin rasaku yang keliru.
Sungguh ini di luar kemampuanku, kau hadir hanya untuk mencari tau siapa aku, bukan agar tau aku. harus kah aku menyalahkan diriku setelah semua menjadi runtuh dan sudah tidak bisa utuh. Hatiku mengalahkan logika ku, yang terus menuntut aku untuk sekedar menyembuhkan luka ini. Bukan-bukan tentu bukan untuk melupakan kenangan itu tapi hannya untuk sembuh.
Sebisa mungkin aku berusaha untuk pergi dari luka yang menyayat hati, agar rasaku mati dan tidak salah memilih lagi. Aku dengan rasaku kembali tanpa dirimu disisi, bukankah aku baik-baik saja sebelum kamu ada, lantas mengapa ketika kau memilih untuk pergi, ragaku merasa sendiri. Jejakmu masih tertinggal, delapan langkahmu pun masih kudengar. Mengapa seperih ini, harusnya aku baik-baik saja ketika kau berhenti untuk memilih di sini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana bisa aku melupakanmu yang sedangkan kau tidak memiliki rekam jejak yang buruk dalam ingatanku, tapi kenapa.? bukankah dengan kau pergi tanpa alasan adalah kesalahan, ya kesalahan yang selama ini aku benarkan. Sadarkan aku dalam lamunku bahwa semua adalah kenyataan yang memang harus ku terima.
Mungkin untuk melepaskanmu butuh waktu, tapi percayalah hatiku sungguh ikhlas atas kepergianmu. Kadang semua memang tidak harus pada arah yang mungkin telah ku siapkan, akan tetapi ada kalannya semua keluar dari jalur yang ku perkirakan. Aku sembuh, tentu kadang aku harus berpikir bahwa aku bukanlah korban tetapi aku juga adalah pelaku, karena jika aku pantas mungkin kau masih disini, namun nyatanya kau pergi yang membuat simpul bagiku bahwa kita memang tidak sejalan.
ADVERTISEMENT
Cukup bagiku kisah denganmu jika esok berganti yang ku sebut bukan nama kamu lagi, melainkan menerima kenyataan pada diri bahwa kamu lebih memilih untuk pergi daripada di sini menjadi sandaran raga dan hati. Kisahmu masih di sini walau kau telah jauh pergi, entah rasaku yang mati atau mungkin aku tidak membutuhkan dirimu lagi.
Kepergianmu cukup menjelaskan bahwa cinta yang ku anggap utuh belum tentu mengubah batinmu menjadi redup, tapi hanya akan mengubah pandangmu berubah sedu. Kepergianmu menutup hatiku jika berharap pada manusia hanyalah semu. Kau pergi maupun ikut mengakhiri hati yang dulu pernah ku susun rapi untuk raga yang tidak di hargai kini.