news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Balasan untuk Surat Cinta Laura yang Mengatasnamakan Corona

Haris Firmansyah
Penulis buku 'Petualangan Seperempat Abad'.
Konten dari Pengguna
10 April 2020 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Balasan untuk Surat Cinta Laura yang Mengatasnamakan  Corona
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Cinta Laura Kiehl menuliskan surat di akun Instagram pribadinya. Dalam surat terbuka tersebut, ia mengambil sudut pandang orang pertama sebagai COVID-19. Mewakili sang virus, ia meminta maaf atas kedatangannya dalam kehidupan manusia yang telah sukses mengacaukan tatanan dunia.
ADVERTISEMENT
Menurut penuturan virus Corona, manusia patut diberikan peringatan atas kelalaian mereka selama ini. Oleh sebab itu, Corona merasa berhak menegur manusia yang kerap melupakan nilai kemanusiaan. Dengan cara, menebar teror wabah ke seantero dunia.
Kok jadi manusia yang salah? Narasi tersebut sama saja dengan orang yang berkata, “Jangan-jangan kitalah virusnya.” Cinta Laura membuat citra Corona sebagai pihak yang memutarbalikkan fakta dan justru menyalahkan umat manusia itu sendiri. Padahal manusia yang berbuat salah itu hanya sebagian saja, tetapi yang kena Corona ini bisa semua orang, lho.
Saya yakin Corona sendiri tidak pernah menunjuk Cinta Laura sebagai juru bicaranya. Achmad Yurianto pun tidak.
Atas nama keadilan pers, kita perlu memberikan hak jawab kepada virus Corona. Benarkah kedatangannya ke dunia untuk menghukum manusia? Ataukah dia justru membantahnya karena sadar diri bukan netizen yang berhak menghakimi orang?
ADVERTISEMENT
Dengan bantuan Ningsih Tinampi yang sudah berpengalaman mencicipi Corona, kami memanggil virus tersebut untuk menuliskan surat balasan kepada Cinta Laura yang mengaku-ngaku sebagai COVID-19.
"Surat Balasan untuk Cinta Laura si Covid-19 KW"
Saya COVID-19. Asli. Selain saya, fake account. Jika membaca nama saya, mungkin kamu bakalan berpikir bahwa saya sudah tidak bisa ikut seleksi Timnas U-19 karena umurnya sudah lewat. Maaf, angka di belakang nama saya itu bukan umur, tapi tahun kelahiran saya, yaitu 2019.
Maafkan saya karena telah datang tanpa pemberitahuan. Lagipula kalau datangnya pakai membunyikan klakson, itu Corona mobil keluaran Toyota, kali. Bukan jenis virus.
Kamu tidak perlu tahu bagaimana bentuk saya. Dibandingkan alam semesta, ukuran saya ini lebih kecil daripada butiran debu. Rumor aja bakalan minder. Namun, kecil-kecil begini, saya tidak bisa disepelekan. Sebagian orang mengerti akan hal ini dan mereka berdiam diri di rumah supaya tidak berurusan dengan saya. Namun, beberapa orang masih bisa meremehkan saya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya pencipta lagu dangdut yang memplesetkan nama saya sebagai Comunitas Rondo Mempesona. Ya Wuhan! Nggak ada takut-takutnya ya warga +62 ini. Cina yang jadi negara sahabat bagi Indonesia sudah lebih dulu saya berikan pelajaran. Eh, Indonesia tidak mau belajar dari sahabatnya. Padahal nenek moyang sudah memberikan wejangan untuk belajar dari Cina. Kejarlah ilmu sampai ke Negeri Cina, ceunah.
Kabar bahagianya, Raja Dangdut memberikan penghormatan tertinggi untuk sepak terjang saya dengan menciptakan lagu bertema Corona secara proper. Di lagu tersebut, saya tampak berwibawa dan punya andil besar dalam mengubah dunia. Makasih, Bang Haji Rhoma Irama.
Tujuan saya menulis surat ini adalah untuk menyanggah seorang artis bernama Cinta Laura yang mengatasnamakan saya, menulis surat teruntuk manusia.
ADVERTISEMENT
Demi Wuhan, saya tidak merasa terwakilkan oleh surat tersebut.
Disebutkan saya hadir di tengah kerumunan manusia karena bosan melihat perilaku manusia yang menyimpang dari kemajuan. Maaf-maaf saja, saya nggak ada masalah dengan perkembangan manusia. Mau peradaban maju sampai ada mobil terbang atau kembali ke zaman batu, nggak ada pengaruhnya untuk saya.
Saya juga tidak peduli dengan cara manusia bersosialisasi. Saya tidak pernah terpikir untuk mengkritisi manusia yang sering mengkritik pemimpinnya. Saya tidak mau ikut campur urusan manusia. Jadi, tolong jangan politisir saya.
Saya ingin klarifikasi di sini. Alasan eksistensi saya di Bumi ini sama seperti kamu, wahai manusia. Saya hanya ingin berkembang biak. Saya dan kamu sama-sama statusnya numpang hidup di Bumi, kan? Sebab konon yang punya sertifikat Bumi adalah Sunda Empire.
ADVERTISEMENT
Kalau cara saya berkembang biak justru mengancam kehidupan umat manusia, sungguh, itu di luar kuasa saya. Itu kan hukum alam yang sudah berlaku berjuta tahun lamanya. Saya bisa apa? Kalau kamu sih masih bisa cuci tangan.
Kalau kamu merasa kehadiran saya berdampak pada naiknya angka kematian, lalu kamu melawan dengan memperbanyak keturunan, coba dipikir sekali lagi. Semakin tinggi populasi manusia, bukankah justru semakin banyak inang untuk tempat saya bersarang? Koreksi jika saya salah. Jika kamu yang benar, silakan perbanyak angka positif kehamilan untuk menyaingi angka positif Corona.
Yang saya setujui dari isi surat Cinta Laura hanyalah poin terakhirnya saja: yang terpenting dalam hidup ini adalah satu hal, yaitu kehidupan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Jadi, tidak perlu berterima kasih kepada saya untuk langit yang lebih cerah dan sungai yang lebih jernih. Itu semua karena manusia yang mulai membatasi aktivitas dalam mengejar dunia. Daripada repot-repot mengucapkan terima kasih untuk saya yang sebenarnya biang kerok pandemi ini, lebih baik kamu menghaturkan terima kasih kepada tenaga medis yang menyabung nyawa demi kehidupan umat manusia. Merekalah pahlawan untuk kaummu.
Terakhir, pesan saya untuk Cinta Laura. Lain kali kalau mau nulis surat, jangan ngaku-ngaku virus Corona. Kan bisa ngaku sebagai virus Cinta.
Sekian.
Salam,
Covid-19 Asli, Bukan Kaleng-kaleng