Perang Dunia III, Perang Dunia Shinobi Keempat, dan Perang Selebgram

Haris Firmansyah
Penulis buku 'Petualangan Seperempat Abad'.
Konten dari Pengguna
14 Januari 2020 15:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi world war 3. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi world war 3. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
Banyak skenario bagaimana kiamat akan terjadi. Salah satunya adalah perang (tanpa mengurangi rasa hormat kepada alam dengan perubahan iklimnya yang mulai menunjukkan tanda-tanda bahaya). Perang dunia ketiga disebut-sebut akan segera dimulai pasca meletusnya perseteruan antara Amerika Serikat dan Iran.
ADVERTISEMENT
Warganet dunia sih tidak ada takut-takutnya. Kebanyakan dari mereka menjadikan isu ini sebagai stok meme. Sampai sempat jadi trending topic Twitter segala, pertanda hal itu dianggap lelucon semata. Padahal kalau betulan perang, bakalan enggak seru, apalagi lucu.
Cerita Perang Dunia Ketiga tidak akan semenarik film Marvel bertajuk Civil War yang mengundang Spider-Man dan Ant-Man sebagai penggembira. Meskipun nanti pemain utamanya adalah Captain America melawan Iran Man.
Negara-negara yang baku hantam hanya akan membuat anak-anak korban perang kehilangan indahnya masa kecil dan digantikan dengan trauma sebagai cenderamata. Anak-anak yang sejak dini sudah merasakan sakit dan kelaparan akibat dari kehancuran negaranya bisa tumbuh besar menjadi seperti Pain Akatsuki.
Bukan, bukan penerjemah dari IndoXXI itu. Lagipula, apa hubungannya jadi korban perang dan ketertarikan bikin subtitle film bajakan sebagai hobi bin passion? Maksudnya, Pain Akatsuki yang memimpin kelompok ninja kriminal Akatsuki di komik Naruto itu lho.
ADVERTISEMENT
Pain Akatsuki si anak yatim piatu penyintas perang itu akhirnya menjadi ekstremis dengan ideologi berbahaya ketika dewasa. Ia percaya bahwa kedamaian dunia bisa tercipta jika setiap manusia mengalami ketakutan dan kesakitan secara kolektif. Dari situlah dunia bisa di-set ulang menjadi dunia baru yang lebih baik. Hemat kata, Pain ingin seluruh dunia takut padanya dan berada dalam kendali kedua tangannya. Fasis betul.
Akatsuki inilah yang memicu terjadinya perang dunia shinobi keempat di semesta Naruto. Invasi Pain ke desa Konoha sempat membuat beberapa shinobi gugur dalam perang tersebut. Untungnya, Naruto jago bermusyawarah hingga tercapai kata mufakat.
Luluh dengan mulut manis Naruto, otak di balik Pain Akatsuki pun akhirnya mengeluarkan jurus yang mampu membangkitkan orang-orang yang sudah dibunuhnya dengan mengorbankan nyawanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Itu contoh perang di dunia shinobi. Kalau perang di dunia nyata tidak akan mungkin punya akhir seindah itu. Nyawa yang sudah melayang tidak akan bisa di-refund pakai chakra.
Namun, kita punya sosok juru selamat seperti Naruto. Orang itu adalah Prabowo Subianto.
Ketika China mengirimkan kapal nelayan mereka untuk mancing mania di Perairan Natuna, yang bereaksi justru Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan sebelum Edhy Prabowo. Bu Susi membagikan link berita di Twitter tentang China yang sering mencuri ikan di Natuna dan Indonesia yang sering impor ikan beku dari China.
Tunggu, tunggu. Kenapa harus impor dari pencuri kalau Indonesia punya ikan sendiri? Apakah kita sedang hidup di era bajak laut seperti komik One Piece? Oh iya, mungkin kita nggak punya alat pembekunya. Saking “cairnya” pemerintahan kita.
ADVERTISEMENT
Selaku Menteri Pertahanan, Prabowo malah santuy menanggapi isu kedaulatan ini. Pak Prabs bilang kalau China adalah negara sahabat. Benar juga sih, sahabat yang sering minjemin uang.
Pihak yang sering maling ikan saja dibilang sahabat. Tanda Pak Prabs cinta damai seperti Naruto: lupakan kejahatan yang pernah dilakukan seseorang kepada kita, lalu doronglah potensi dirinya untuk berbuat kebaikan.
Itulah mengapa Perang Dunia Ketiga tidak kita butuhkan. Indonesia tidak kebagian tempat di event akbar itu. Dengan China yang jelas-jelas merugikan saja kita bisa memaafkan. Sementara pada praktiknya tidak setiap perang bisa diselesaikan dengan memaafkan dan mengharapkan kebaikan musuh.
Jika undangan Perang Dunia III sampai ke garis perbatasan Indonesia, sepertinya Prabowo mesti mengusirnya secara halus sambil berkata, “Indonesia sedang tutup hari ini.” Mirip dialog Tony Stark ketika menghadapi anak buahnya Thanos.
ADVERTISEMENT
Atau Menhan mulai berpikir serius untuk menggandeng asosiasi dukun ke pusaran konflik Natuna. Nantinya bakalan seperti menyaksikan perang antara Harry Potter cs. melawan Bajak Laut Topi Jerami yang dipimpin Monkey D. Luffy. Tembakan meriam dibalas pakai mantra dan kutukan dari tongkat sihir.
Namun, sebenarnya Indonesia punya peperangannya sendiri. Perang ide seperti apakah Ivan Lanin adalah ahli bahasa atau bukan. Atau perang daring yang lebih merakyat dan bisa disaksikan dalam posisi rebahan sembari scroll timeline, yaitu perseturuan Lucinta Luna vs Keanuagl.
Jika Hollywood punya Keanu Reeves sebagai pacarnya semua orang, Indonesia punya Keanu si selebgram yang hobinya ngegas memarahi semua orang. Keanu biasa membuat video QnA untuk meladeni pertanyaan pengikutnya dengan amarah. Namun, setiap respons beliau yang penuh emosi itulah yang bikin penonton terhibur.
ADVERTISEMENT
Terutama ketika Keanu membacakan pertanyaan dari seorang laki-laki yang entah mengapa mengaku makin cinta dengan cowoknya. Dengan polosnya, Keanu menyebut nama penanya itu berulang-ulang dan bagian itu tidak disensor. Sehingga warganet jadi tahu berkat Keanu bahwa seorang lelaki telah tidak sengaja melela (coming out) perihal orientasi seksualnya.
Banyak orang tertawa dengan reaksi Keanu yang membeberkan tentang aib pengikutnya. Padahal kalau di film ‘Love, Simon’, karakter bocor seperti Keanu ini jadi antagonisnya. Setiap orang punya hak menentukan orientasi seksualnya, tapi untuk memberitahukannya kepada publik itu soal lain. Mereka berhak melela pada waktu yang mereka inginkan. Gara-gara Keanu, jadi ada semacam akselerasi.
Gaya bicara Keanu yang nyablak mengantarkannya pada pertempuran melawan bos terakhir, yaitu Lucinta Luna. Sesi tanya-jawab antara Keanu dan pengikutnya sempat menyinggung Lucinta Luna, membuat yang bersangkutan terpelatuk.
ADVERTISEMENT
Keanu cepat-cepat minta maaf kepada sang ratu. Lucinta memaafkannya tapi pakai acara body shaming. Keanu pun terpicu untuk mengeluarkan pernyataan berbau transphobia. Selanjutnya, warganet mendapatkan pertengkaran yang mereka butuhkan.
Inilah perang yang layak kita dapatkan. Dengan memberikan panggung untuk Ratu Keabadian Lucinta Luna melawan para selebgram medioker, kita sudah membantu mereka menjadi makin terkenal dan sedikit lebih kaya.
Sementara kita? Tetap menjadi penonton dari keributan satu ke keributan lainnya. Sembari berharap Perang Dunia Ketiga tidak akan pernah terjadi.