Konten dari Pengguna

Berubah Atau Mati

19 Mei 2018 13:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berubah Atau Mati
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, pada tahun 2016 lalu terjadi peristiwa yang menjadi pemberitaan utama di semua media massa. Dan ini terkait dengan perkembangan teknologi. Peristiwa nya terjadi di Jakarta, dimana terjadi aksi demonstrasi besar-besaran oleh ribuan supir taksi konvensional. Mereka menuntut pemerintah untuk melarang beroperasinya taksi online, seperti GOJEK, Grab dan Uber di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Apa alasan para supir taksi ini melakukan demo, hingga melakukan tindak anarkis seperti merusak dan merazia kendaraan yang dianggap taksi online sampai menganiaya pengemudi online? Terjadi persaingan yang tidak sehat antara taksi konvensional dan online, yang berakibat berkurang pendapatan para supir taksi konvensional.
Lebih lanjut, para supir taksi ini melihat taksi online melakukan kecurangan karena dengan mudahnya taksi online mengambil semua para pengguna, menyebabkan supir taksi sepi pesanan. Sebenarnya itu terjadi bukan kesalahan taksi online, karena memang para pengguna yang memilih menggunakan jasa transportasi online.
Kok bisa? Para pengguna cukup memesan melalui aplikasi di telepon seluler mereka, kemudian dengan cepat pengguna sudah mendapat pilihan kendaraan dan langsung dijemput ke tempat tujuan. Terlihat sangat mudah kan? Berbeda ketika Anda hendak memesan taksi konvensional. Anda harus mencari atau menghampiri taksinya. Dengan aplikasi, kendaraannya lah yang menjemput Anda.
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu itu adalah efek dari proses digitalisasi. Ketika layanan jasa berpindah ke ranah digital, semua nya menjadi lebih efisien, cepat dan murah. Tapi untuk kasus di Indonesia, sepertinya digitalisasi masih menjadi tantangan terbesar untuk kedepannya. Buktinya terjadi demo anarkis yang dilakukan supir taksi online. Apakah semua masyarakat Indonesia siap berpindah ke digitalisasi? Mungkin ada yang siap dan ada yang belum siap.
Seharusnya digitalisasi di Indonesia bisa dilakukan dengan mudah. Fakta bahwa masyarakat Indonesia pengakses internet terbesar dan pengguna telepon seluler dengan jumlah besar. Tapi mengapa masih terjadi gesekan di masyarakat? Singkatnya, menggunakan telepon pintar belum tentu pengguna nya pintar pula
Perubahan memang pasti terjadi. Termasuk saat perkembangan teknologi menjadi sangat cepat hingga semua hal atau proses dilakukan secara digital. Dan ini juga menyebabkan proses yang dilakukan secara konvensional perlahan-lahan mati karena ditinggalkan oleh pengguna. Jadi ini seharusnya menjadi saat yang tepat bagi semua operator taksi konvensional untuk mulai menggunakan teknologi digital. Karena memang semua pengguna punya akses digital secara personal.
ADVERTISEMENT
Bagaimana solusinya jika sudah terjadi permasalahan seperti ini? Sebenarnya ini sudah dilakukan salah satu operator taksi di Indonesia, yaitu Blue Bird dengan bekerja sama dengan pihak GOJEK. Bentuk kerjasama nya, pengguna bisa memesan taksi Blue Bird melalui aplikasi GOJEK. Perubahan itu jangan dilawan, tapi harus mengikuti perubahan tersebut. Mungkin saja saat Blue Bird membuat aplikasi serupa seperti GOJEK belum tentu pengguna mau memakainya. Karena inti dari teknologi digital adalah mampu menjawab semua permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Pemerintah Indonesia seharusnya lebih cepat tanggap soal ini. Karena mereka adalah pihak yang membuat kebijakan. Bisa dibilang pemerintah lambat dalam melihat perkembangan teknologi. Demo anarkis tidak akan terjadi jika pemerintah merespon cepat perubahan ini. Saran untuk pemerintah dengan kondisi sekarang bisa dengan membuat kebijakan atau aturan yang efeknya memberikan persaingan sehat antara taksi konvensional dan online. Karena sekali lagi, pengguna lah yang menentukan. Karena mereka sebagai pihak yang menggunakan teknologi.
ADVERTISEMENT