Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Akhirnya Via Ferrata Batu Monolit Raksasa Gunung Kelam Resmi dibuka
12 Desember 2019 8:13 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Jalur pendakian Via Ferrata Gunung Kelam, Sintang, Kalbar, resmi dibuka pada Selasa (3/12/2019) - Peserta Pendakian Perdana. Foto: BKSDA Kalbar](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1576111666/stgyju1iv1ybwzoz2ynn.jpg)
ADVERTISEMENT
Pendakian via ferrata – jalur pendakian yang dilengkapi dengan kabel baja dan besi dengan pengaman harness dan penambat, menjadi tonggak baru dalam sejarah pengembangan wisata alam di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Kelam, Sintang, Kalimantan Barat. Demikian, dikatakan oleh Sadtata Noor Adirahmanta, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar), pekan lalu, Selasa (3/12/2019), saat peresmian jalur pendakian via ferrata Gunung Kelam, di aula serbaguna TWA Gunung Kelam.
ADVERTISEMENT
“Pengembangan wisata TWA Gunung Kelam, arahnya jelas. Hutan lestari, masyarakat sejahtera. Bagi kami itu bukan hanya basa basi. Harus dapat terwujud nyata. Ini bukan slogan. Karenanya, kami bangun via Ferrata di Gunung Kelam,” kata Sadtata saat memberi sambutan pada acara peresmian Ferrata Gunung Kelam yang juga dihadiri Bupati Sintang, Jarot Winarno.
Sadtata juga menegaskan, sebagai batu monolit terbesar di dunia dan menjadi jalur pendakian via ferrata tertinggi di Indonesia, pihaknya ingin membawa Gunung Kelam menjadi destinasi wisata alam internasional.
“Karena diamanahkan mengelola TWA Gunung Kelam, saya berpikir bagaimana agar kawasan tetap lestari dan utuh, tetapi masyarakat di sekitarnya tetap happy. Karenanya, saya akan memastikan Gunung Kelam akan menjadi destinasi wisata alam internasional,” kata Sadtata.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Jarot Winarno, Bupati Sintang, mengatakan bahwa dirinya akan mem-branding kalau bicara Sintang, itu Kelam. Sebaliknya, kalau mengatakan Kelam, itu Sintang. “Dari mana bapak. Dari Sintang. Kelamkah. Kira-kira seperti itu misalnya?,” kata Jarot mencontohkan.
Kemudian, secara simbolis, Bupati Sintang memukul gong sebanyak tujuh kali, sebagai pertanda jalur pendakian via Ferrata Gunung Kelam resmi dilaunching. Lalu, disambung dengan pemukulan gong dan pelepasan 28 orang peserta pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam.
“Saat ini kondisinya memang belum sempurna. Pembangunan Via Ferrata Gunung Kelam baru tahap awal. Sambil jalan akan kita perbaiki dan sempurnakan. Ada beberapa hal yang terus dan akan terus dibenahi, dalam upaya mengoptimalisasi konservasi dan pengembangan serta pemanfaatan ekowisata di TWA Gunung Kelam,” kata Sadtata yang juga turut serta mengikuti pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam.
ADVERTISEMENT
Salah satu peserta asal Jakarta, Cheddi Dahlan, yang mendapat kesempatan dari Balai KSDA Kalbar untuk mengikut pendakian perdana Via Ferrata Gunung Kelam terlihat begitu antusias. Menurutnya, banyak orang Indonesia yang mungkin belum mengetahui kalau ada aset kekayaan alam yang sangat menarik, seperti Gunung Kelam yang merupakan salah satu dari 14 batu monolit terbesar dunia.
Sebelum ke Gunung Kelam, pria lulusan MBA dari University of Canberra yang juga pensiunan konsultan pendidikan International Development Program (IDP) Australia, juga pernah mengunjungi batu monolit Ayers Rock, Uluru, di Northern Teritory, Australia.
“Sudah setahun sebelumnya, saya berencana mengunjungi Gunung Kelam. Bangga rasanya, Indonesia memiliki salah satu dari 14 batu monolit terbesar di dunia. Makanya, begitu kesempatan itu datang, walaupaun hanya satu hari sebelumnya mendapat informasi, tanpa pikir panjang, langsung memesan tiket penerbangan menuju Sintang,” kata Cheddi, sesaat sebelum melakukan pendakian Via Ferrata Gunung Kelam.
ADVERTISEMENT
“Saya menyangka, Ayers Rock yang terbesar. Tetapi, ternyata Gunung Kelam justru merupakan batu monolit yang terbesar di dunia. Saya yakin, bukan hanya saya saja. Banyak orang Indonesia yang juga belum mengetahui hal ini. Kalau, ingin tahu lebih jauh, silahkan googling, bisa cari informasinya disana,” kata Cheddi.
Muhammad Rubini Kertapati, Ketua Tim Proyek Konstruksi Via Ferrata TWA Gunung Kelam, mengatakan, dengan pembangunan Via Ferrata Gunung Kelam, memungkinkan orang untuk melakukan pendakian menjadi lebih safety di bandingkan dengan tangga yang sebelumnya. Juga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.
“Yang menarik, selama satu setengah bulan melakukan pekerjaan pembangungan Ferrata Gunung Kelam, kita setiap sore selalu dapat melihat indahnya matahari terbenam dari atas Gunung Kelam. Sedangkan, pagi harinya, saat hendak memulai pekerjaan, kita selalu dapat menyaksikan matahari terbit dari Gunung Kelam. Juga lautan awan yang ada di bawahnya. Indah banget,” kata pria yang juga biasa dipanggil Bibin, usai acara launching Via Ferrata Gunung Kelam.
ADVERTISEMENT
Megah membentang dan menjulang setinggi lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Kelam yang menjadi rumah atau tempat tumbuhnya kantong semar endemik dan langka ‘Nepenthes clipeata’ memang sangat iconik. Cerita masyarakan atau legenda tentang terbentuknya telah menjadi bagian dari kisah yang turun temurun turut mengiringinya. Semua tersebut akan menjadi kemasan yang makin lengkap dengan adanya jalur pendakian via ferrata menuju puncak. Mengantar Gunung Kelam semakin bersinar. Memanggil jiwa-jiwa petualang untuk mencumbuinya.