Konten dari Pengguna

Di Antara Hillary dan Norgay, Siapa yang Lebih Dulu Tiba di Puncak Everest?

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
29 Mei 2021 22:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 6 Juni 2021 22:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Edmund Hillary dan Tenzing Norgay (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Edmund Hillary dan Tenzing Norgay (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
“Siapa di antara Anda berdua yang tiba lebih dulu mencapai puncak ‘Everest’?” tanya seorang pendaki dan explorer senior Indonesia, Don Hasman, kepada pendaki summiter legendaris dunia Sir Edmund Hillary, pada 2004.
ADVERTISEMENT
Sebuah pertanyaan yang tentu saja cukup mengejutkan dan tidak disangka-sangka oleh Hillary. Sebagaimana diceritakan Don Hasman saat dirinya mengenang pertemuannya dengan Hillary, pada pertemuan peringatan 100 tahun berdirinya The Explorer Club. Di mana pria yang juga dikenal sebagai fotografer andal ini, menjadi satu-satunya orang Indonesia yang diundang saat itu.
Pertanyaan salah satu inisiator dan pendiri Federasi Mountaineering Indonesia ini, memang sangat menggelitik dan mewakili keingintahuan dunia. Menurutnya, hingga saat ini, tidak ada yang pernah tahu dan dapat mengungkapkan siapa yang tiba lebih dulu. Namun, sejarah telah mencatat, Sir Edmund Hillary merupakan pendaki pertama yang telah menginjakkan kakinya di Puncak Everest, pada 29 Mei 1953.
Mount Everest tahun 1976. Foto. Dokumentasi pribadi Don Hasman
Empat tahun setelah pertemuan tersebut, pada 11 Januari 2008, Sir Edmund Hillary, wafat dalam usia 88 tahun, di Auckland, Selandia Baru. Sedangkan, Tenzing Norgay, wafat, pada 9 Mei 1986, di usianya yang mencapai 71 tahun, di Darjeeling, India.
ADVERTISEMENT
Melanjutkan ceritanya dalam webinar ‘Pariwisata Gunung Berkelanjutan’ yang diselenggarakan oleh Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) dan Masyarakat Geowisata Indonesia (MAGI), bertajuk ‘Memperingati Pencapaian Puncak Mt Everest pertama 29 Mei 1953 dan seabad usaha perintisan pendakian pertama tahun 1921, pada Sabtu (29/5/2021), Don Hasman mengatakan, saat itu, ia berbicara langsung pada Hillary di teras Golden Ballroom Astoria Waldrof Hotel, New York City, Amerika Serikat, tempat berlangsung pertemuan The Explorer Club yang dihadiri sekitar 1.600 penjelajah dan petualang dari 61 negara.
Menurut pria kelahiran 7 Oktober 1940, waktu itu, Hillary terlihat sedikit kebingungan ketika mendapat pertanyaan dari dirinya. “Sebagai seorang yang sangat diplomatis, dalam bahasa Inggris Hillary menjawab, yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia: Kami berdua secara bersamaan tiba di puncak gunung itu ‘Everest’ pada waktu yang sama,” kenangnya.
Don Hasman, saat menjadi narsum pada webinar 'Pariwisata Gunung Berkelanjutan'
“Saya tahu, ia menyembunyikan sesuatu dan tidak tahu apakah jawabannya itu benar atau tidak. Tetapi itulah adanya. Sampai sekarang tidak ada yang pernah tahu, siapa yang lebih dulu sampai di antara dua orang ini: Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay,” papar Don.
ADVERTISEMENT
Hari Ini 68 Tahun Yang Lalu
Sejak beratus tahun lalu, manusia selalu berusaha melakukan penjelajahan ke berbagai tempat dan kawasan di muka bumi. Melakukan eksplorasi pada setiap sudut benua. Menyelami lautan, menembus batas-batas kutub dan hingga puncak-puncak tinggi dunia. Semuanya ditujukan untuk mempelajari dan memahami alam dan bagaimana memanfaatkannya untuk kesejahteraan umat manusia. Walaupun, dalam perjalanannya ada penyimpangan-penyimpangan akibat sifat serakah yang dimiliki segelintir manusia itu sendiri juga.
Usaha manusia untuk mendaki mencapai puncak-puncak gunung tertinggi di dunia telah dirintis sejak 1921. “Ya, 100 tahun yang lalu,” cerita Don.
Sir Edmund Hillary pada 2004, dipotret oleh Don Hasman saat pertemuan 100 Tahun The Explore Club, di New York. Foto: Dokumentasi Istimewa Pribadi Don Hasman
Dalam perjalanannya, beberapa usaha dan upaya untuk menggapainya mengalami kegagalan. Hukum alam di ketinggian, merupakan salah satu dari banyak hal yang menjadi tantangannya. Diketahui, di atas ketinggian 4.000 meter, kadar oksigen manusia mulai berkurang dan paru-paru manusia butuh penyesuaian untuk menyerapnya. Terutama, bagi mereka yang tinggal di wilayah dataran rendah. Dengan akal dan daya kreatifnya, manusia pun berusaha untuk mencari solusinya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, hari ini, 68 tahun yang lalu, pada 29 Mei 1953, pukul 11.30 waktu setempat, Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay, berhasil berdiri di titik tertinggi dunia ‘Gunung Everest’ yang berada pada ketinggian sekitar 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Don Hasman di Puncak Uhurum Gunung Api Kilimanjaro, 1985. Doc. pribadi Don Hasman
"Everest" menjadi salah satu impian para pendaki dari seluruh penjuru dunia untuk menginjakkan kakinya di puncak tertinggi dunia tersebut. Sebelum Hillary dan Norgay dapat menggapai atap dunia tersebut, hingga pertengahan abad ke-19, tidak ada yang pernah tahu kalau Himalaya, tempat Gunung Everest berada, merupakan wilayah pegunungan yang sangat besar.
“Tetapi, walau bagaimanapun, kita patut bangga. Karena usahanya yang berkali-kali dilakukan untuk mencapai puncak tertinggi, membuat manusia menjadi lebih cerdas dan dalam beradaptasi dengan alam,” pungkas Don.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan keduanya dan berbagai literasi yang menuliskan dan mengenai usaha manusia untuk merintis pencapaian puncak-puncak dunia hingga keberhasilan Hillary dan Norgay, telah menginspirasi dan memotivasi para pendaki dari seluruh dunia.
Don Hasman saat di jalur Lantang, Selatan Gunung Api Rinjani, 2017. Doc. Pribadi Don Hasman
Tidak terkecuali para pendaki dari Indonesia. Berturut-turut sejak 1996, Clara Sumarwati, Serka Asmujiono (anggota Kopassus dari Tim Everest Indonesia 1997), Tim Seven Summits Pria dan Wanita Mahitala Unpar, Tim Seven Summits Wanadri dan beberapa lainnya, telah berhasil mengibarkan sang saka merah putih di titik tertinggi dunia tersebut. Putra-putri terbaik bangsa Indonesia tersebut telah menorehkan literasi bagaimana usaha dan upaya manusia dalam melakukan penjelajahan.