Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ini Alasannya Kenapa Kamu Dilarang Memberi Makan Satwa Liar di Alam Bebas
16 September 2021 8:17 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
‘Makanan gw dibegal sama monyet waktu naik Gunung Merbabu’, ‘Monyet-monyet di Rinjani sampai bisa ambil makanan di dalam tenda loh’, ‘Ada tenda yang diseruduk babi hutan di gunung anu’. ‘Makanan saya dicuri Orang Utan’. Begitu, kira-kira sebagian cerita pengalaman mereka yang diganggu satwa liar saat sedang mendaki gunung.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, setiap kali berkunjung ke alam bebas, baik itu mendaki gunung, hiking, trekking, trail running atau pun kemping, pasti berpotensi bertemu dan memberikan dampak pada alam tersebut. Termasuk pada keberadaan dan kehidupan satwa liar. Karena, pada dasarnya, kawasan yang kamu kunjungi untuk beraktifitas merupakan rumah mereka. Tempat mereka hidup dan berkembang biak. Jadi, sejatinya, saat itu kita semua adalah tamu yang harus menghormati tuan rumah.
Loh, bukannya salah satu cara menghormati tamu, bisa dengan cara membawa makanan kesukaannya. Eits, ini berbeda, justru dengan tidak membawa dan memberi sang tuan rumah makanan yang kamu bawa, merupakan bentuk penghormatan terhadap kehidupan liar.
Loh, saya tidak pernah memberikannya satwa-satwa liar tersebut makanan secara langsung kok. Dalam kenyataannya, kamu memberikan mereka makanan kamu secara tidak langsung. Seperti, membuang sisa-sisa makanan kamu sembarangan. Tetapi, saya hanya membuang biji-bijian, sisa potongan dan kulit buah saja saja kok. Tahukah kamu, kalau bisa saja buah-buahan yang kamu makan sebenarnya masih mengandung bahan pestisida yang akan membahayakan serta mengganggu perncernaan satwa.
ADVERTISEMENT
Dilarang Memberi Makan Satwa Liar
Kalau kamu cermah dan teliti, pasti tulisan ‘Dilarang memberi makan satwa liar’ sering kamu baca saat berkunjung ke kawasan-kawasan konservasi, seperti Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA) dan Suaka Margasatwa (SM). Baik itu secara online dalam poin-poin yang boleh dan tidak dilakukan saat berkunjung ke kawasan konservasi, maupun secara langsung di lapangan – dalam bentuk papan informasi dan larangan. Kecuali, kalau kamu tidak perduli dan mau tahu.
Jadi jangan pernah memberi satwa liar yang kamu temui secara langsung maupun tidak langsung ya. Menyimpan, membersihkan dan merapihkan dengan baik, makanan atau pun sisanya serta menjauhkannya dari jangkauan satwa liar, juga merupakan cara untuk kamu tidak memberi mereka makanan dan minuman.
Mengganggu Keamanan dan Kesehatan Satwa
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, makanan yang kita masak dan makan sehari-hari bukanlah makanan yang baik untuk satwa liar. Termasuk snack atau cemilan, minuman dan lainnya. Makanan dan minuman tersebut dalam jangka pendek dan panjang dapat mengganggu kesehatan mereka. Karena, pencernaan mereka tidak didesign untuk memakan makanan manusia.
Makanan sisa juga dapat menjadi transfer penularan penyakit yang diderita manusia kepada satwa liar yang memakannya.
Mengubah Perilaku atau Kebiasaan Satwa Liar
Para satwa liar sejatinya, bisa mencari makanan dan minuman mereka sendiri di dalam hutan. Mereka, biasa berburu dan mencarinya sesuai waktunya. Mereka juga lebih mengetahui kapan buah, biji-bijian atau dedaunan muda yang mereka bisa makan tumbuh. Dan, mereka juga tahu jenis satwa lain yang bisa mereka makan. Jadi, sebelum kamu datang berkunjung sebagai tamu, mereka toh sudah hidup dan berkembang biak turun temurun sejak lama.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, ‘kebaikan’ kita yang tanda kutip, sebenarnya, perlahan-lahan telah mengubah perilaku dan kebiasaan mereka. Menjadi malas untuk berburu mencari makanan yang biasa mereka makan. Bahkan menjadi lebih agresif diluar kebiasannya.
Monyet-monyet ekor panjang di Gunung Rinjani, menjadi contoh yang nyata. Mereka memperhatikan dan mempelajari gerak gerik manusia. Dimana kamu menyimpan makanan serta membuang sisanya dan lainnya. Sehingga, dengan tingkat kepintarannya meniru, mereka pun dapat membuka dan bahkan merobek tenda untuk mengambil makanan.
Mengenai ini, contohnya seperti yang saya lihat pada akhir Agustus 2021, saat saya mendaki Gunung Rinjani. Waktu itu, di puncak tertingginya yang tidak ada vegetasi, terlihat dua ekor monyet ekor panjang yang sepertinya tahu kalau sering ada manusia pada pagi hari disana. Sehingga keduanya seperti menunggu makanan yang mungkin sebelumnhya sering diberikan kepada mereka. Karena sudah berlangsung bertahun-tahun, perilaku monyet-monyet tersebut menurut saya terus semakin berubah. Bahkan mereka sampai mengikuti manusia hingga puncak.
ADVERTISEMENT
Congoh lain: gangguan serangan babi hutan pada tenda-tenda pendaki di salah satu transit camp di TN Gunung Ciremai, utamanya tenda yang diluar areal transit camp. Karena perubahan perilaku, babi hutan ingin mendapatkan sisa-sisa makanan bekal pendakian yang sering ditinggal begitu saja.
Membuat Satwa Liar Ketergantungan
Akibat berubah perilaku dan kebiasaan satwa liar dalam mencari makanan dan minuman, merekapun menjadi semakin tergantung akan kehadiran manusia. Jadi, kalau melihat orang datang, akan dianggapnya pasti membawa makanan yang sebelumnya belum pernah dimakan, karena terbiasa memakan makanan sisa yang dibuang misalnya, membuat mereka jadi menyukainya. Dan, mereka mengaggapnya lebih mudah menunggu makanan datang yang dibawa oleh manusia.
Satwa liar lain, seperti tupai, racoon, musang atau tikus hutan, juga suka dengan makanan-makanan sisa yang dibuang begitu saja. Hati-hati, bisa saja mereka membawa penyakit yang dapat menyebar kepada manusia melalui gigitannya.
ADVERTISEMENT
Jadi, sejatinya salah satu cara kamu menghormati kehidupan satwa liar adalah dengan tidak memberi mereka makanan secara langsung dan tidak langsung. Yuk, menjadi pejalan yang bijak, cerdas dan bertanggungjawab. Agar alam tetap terjaga kebelanjutan dan kelestariannya.