Kawinda To’i: Pesona dan Kisah Bagian Utara Jalur Pendakian Gunung Tambora

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
17 November 2020 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan dari Pos 4 menju Pos 5 dan tubir puncak Kaldera Tambora, jalur pendakian Kawinda To'i. Foto: Balai TN Tambora
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan dari Pos 4 menju Pos 5 dan tubir puncak Kaldera Tambora, jalur pendakian Kawinda To'i. Foto: Balai TN Tambora
ADVERTISEMENT
Bicara gunung api aktif tertinggi di tanah Sumbawa, seolah tidak akan ada habisnya. Apalagi jika bicara sejarah gelegar letusannya yang menggema ke seantero dunia, pada 10-12 April 1815, hingga di tetapkan sebagai letusan gunung api terhebat yang terekam dalam ingatan manusia sepanjang sejarah manusia modern.
ADVERTISEMENT
Kalau bentang dan lanskap alamnya, Tambora punya pesonanya sendiri. Utamanya kaldera yang bak cawan raksasa. Berdiameter lebih dari 7 kilometer dan menghujam jauh ke dalam dasarnya 1,4 kilometer – kaldera gunung api aktif terdalam di dunia.
Bukan hanya itu, berdiri anggun di Semenanjung Sanggar, pulau Sumbawa, Tambora yang agung tidak hanya menyajikan pesona alam, tetapi juga menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitarnya. Ia menjadi hulu beberapa sungai dan mata air yang mengairi wilayah Dompu dan Bima.
Sejak ditasbihkan sebagai Taman Nasional Tambora ke-51, pada 11 April 2015, di Doroncanga, Dompu – pada puncak peringatan 200 tahun erupsinya – menjadi bukti akan penting dan berharganya kawasan ini. Keberadaannya, menambah khazanah pelestarian alam Nusantara.
ADVERTISEMENT
Berada di pesisir utara Semenanjung Sanggar, Desa Kawinda To’i, titik awal pendakian jalur ini, merupakan salah satu penghasil madu utama di Tambora.
Desa yang berada di ketinggian kurang dari 20 meter di atas permukaan laut (mdpl), memiliki panorama pantai yang indah. Menariknya, pesisir pantai desa, menjadi pilihan kawanan penyu sebagai tempat untuk menetaskan telur-telurnya.
Suasana pedesaannya sangat khas dengan penduduknya yang sangat ramah. Itu, akan kamu rasakan begitu menginjakkan kaki di sana. Masyarakat di sini juga dikenal sebagai pencari madu hutan Tambora. Jadi, saat kamu berkunjung, jangan lewatkan untuk membeli madu Tambora sebagai buah tangan.
Memulai Pendakian Jalur Kawinda To’i
Mendaki Tambora melalui jalur Kawinda To’i, kamu akan dibawa melalui medan yang bervariasi. Dapat dikatakan mulai dari titik nol. Kemudian, melewati sungai dan air terjun, hutan tropis dan padang sabana serta lautan pasir berbatu hingga tiba di tubir puncak kaldera pada ketinggian 2.497 mdpl.
ADVERTISEMENT
Ada lima pos pendakian yang kamu harus lalui sebelum tiba di bagian puncak. Di real hutan tambora di Kawinda To’i, masih banyak ditemui lebah madu yang bersarang. Tidak heran, saat kamu mendaki, sesekali akan bertemu para pencari madu.
Hutan Tambora di wilayah ini, masih terjaga dengan baik. Tidak mengherankan, jika banyak peneliti, baik lokal maupun asing, datang meneliti flora dan fauna Tambora di areal Kawinda To’i.
Air Terjun Bidadari di jalur pendakian Kawinda To'i. Foto: Balai TN Tambora
Setelah dari Desa Kawinda To’i, titik awal pendakian sebenarnya, dimulai dari lokasi wisata alam air sungai Oi Marai dan air terjun Bidadari. Menariknya, dari desa, jika cuaca cerah, keelokan pegunungan gunung Tambora.
Sarana dan prasarana serta fasilitas di sekitar sungai dan air terjun telah dilengkapi dengan bangunan shelter, musholla, toilet dan pedestrian jalan menuju air terjun.
ADVERTISEMENT
Kamu juga dapat mengikuti kegiatan river tubing di sungai Oi Marai. Jadi, ini bisa menjadi pilihan setelah kamu mendaki.
Pengunjung sedang berkaktifitas river tubing di Sungai Oi Marai. Foto: Balai TN Tambora
Menuju Pos 1, kamu akan melalui vegetasi hutan yang belum terlalu rapat, kemudian terbuka, dengan dominasi semak dan ilalang. Selain perbukitan yang sebagian besar tubuhnya diselimuti sabana, kamu akan disuguhkan juga panorama pantai, teluk dan laut di Semenanjung Sanggar. Sementara itu, di sisi lain, di kejauhan tampak sebagian lembahan dan punggungan Tambora, hingga kamu tiba di areal pos yang berada di tengah-tengah hutan.
Selanjutnya, kamu akan mulai memasuki hutan yang lebih rapat dengan ukuran pepohonan besar-besar. Sama seperti sebelumnya, medannya belum terlalu menanjak terjal. Sepanjang pendakian, kamu akan disajikan keasrian hutan tropis di Tambora.
ADVERTISEMENT
Ngguwu Oi Nahi, demikian masyarakat sekitar memberi nama Pos 2, yang membutuhkan waktu sekitar 45-60 menit untuk tiba dari pos sebelumnya. Konon, pada 1965, tersebutlah seorang pencari madu yang dikenal ulet bekerja dan gemar bercocok tanam. Sambil mencari madu, sesekali ia menanam beberapa pohon–salah satunya jeruh–di tempatnya beristirahat. Karenanya, tanaman jeruk tersebut masih dapat dijumpai di lokasi ini. Sumber air berupa aliran sungai untuk keperluan pendakian tersedia disini.
Suasana hutan ropis masih sangat terasa di jalur pendakian Kawinda To'i, dengan kerapatan hutan dan besarnya pepohonan. Foto: Balai TN Tambora
Medan pendakian semakin lebih bervariasi saat kamu mendaki menuju Pos 3. Vegetasi hutan semakin rapat. Sesekali aroma menyegarkan dari pepohonan di sepanjang jalur, laksana aroma terapi alami yang akan kamu hirup. Memberikan kesegaran tubuh yang mungkin lelah, mendaki selama kurang lebih dua jam untuk tiba di areal pos yang bernama Ngguwu Aswa. Sumber air juga tersedia disini.
ADVERTISEMENT
Ceritanya, Aswa merupakan yang seorang perantau dari Sampungu, pada 1990, datang bekerja sebagai pencari ani (madu). Karena, begitu banyak madu yang ditemukannya saat itu, ia pun berinisiatif mendirikan gubuk, hingga akhirnya tempat tersebut menggunakan namanya.
Perjalanan kamu berikutnya, akan disuguhkan medan pendakian yang didominasi tanjakan dan tanjakan. Bahkan salah satu tanjakan ada yang dinamakan, ‘Tanjakan Penyesalan’. Cukup panjang dengan kemiringan rata-rata lebih dari 45 derajat. Cukup melelahkan, dengan waktu tempuh untuk tiba di Pos 4 sekitar 1,5 jam.
Terlihat batas begetasi antara hutan dan padang sabana di sekitar Pos 4, jalur pendakian Kawinda To'i. Foto: Balai TN Tambora
Lokasi pos yang berada di batas vegetasi hutan dan padang sabana ini, merupakan tempat yang pas untuk kamu mendirikan tenda untuk bermalam, sebelum, kemudian pagi dini hari keesokan harinya, melanjutkan pendakian menuju puncak. Arealnya cukup luas dan terlindung dengan sumber air yang cukup.
ADVERTISEMENT
Selain dapat melakukan kegiatan pengamatan satwa, kamu juga dapat melihat panorama menarik matahari terbenam dari areal Pos 4.
Puncak Kawinda To’i
Dengan membawa perbekalan secukupnya dan perlengkapan pribadi, selepas Pos 4, kamu akan melalui padang sabana yang luas diselingi hutan cemara, hingga sekitar 1 jam kemudian tiba di Pos 5.
Selanjutnya, medan pendakiannya semakin bervariasi – landai dan menanjak terjal dengan tanah berpasir campur kerikil. Mendekati puncak, vegetasi hutan cemara semakin berkurang. Rumpun edelweis dan cantigi menggantikannya mendominasi jalur pendakian.
Saat-saat mendekati puncak, panorama laut, pesisir pantai dan gunung api Sangeang samar terlihat di kejauhan, akan memanjakan setiap sudut mata kamu.
Membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk kamu tiba di tubir puncak kaldera jalur pendakian Kawinda To’i dari terakhir. Pemandangan magis dan menakjubkan mathari terbit dari puncak siap memanjakan indra penglihatan kamu.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya tubir puncak kaldera sisi lainnya, dari puncak Kawinda To’i, kamu juga dapat melihat, betapa menakjubkan, luas, besar serta dalamnya kaldera raksasa Tambora.
Seorang pendaki sedang berada di tubir puncak kaldera Tambora, jalur pendakian Kawinda To'i.
Jadi, gimana sobat kumparan, sudah menentukan jalur pendakian mana yang akan kamu pilih untuk mencapai tubir puncak kaldera Tambora? Semuanya mempunyai cerita, karakter, keunikan dan kekhasannya sendiri-sendiri. Tidak ada salahnya, kalau kamu mencobanya satu persatu. Salah satunya dengan melalui jalur Kawinda To’i. Jangan lupa untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pengelola Balai TN Tambora.