Kelimutu, Taman Nasional Terkecil di Indonesia dan Cerita 3 Danau Kawahnya

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
14 Juli 2020 22:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tiga Danau Kawah di TN Kelimut. Foto: ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tiga Danau Kawah di TN Kelimut. Foto: ShutterStock
ADVERTISEMENT
Syahdan, diceritakan, di puncak Kelimutu, Ende, Nusa Tenggara Timur, tiga danau kawah yang berbeda-beda warnanya, merupakan tempat bersemayamnya jiwa atau arwah orang-orang yang telah meninggal. Arwah mereka yang ditempatkan pada tiga danau tersebut, sesuai dengan usia dan perilaku semasa hidupnya yang akan diseleksi oleh Konde Ratu (Juru Kunci Arwah). Ketiga danau menjadi saksi bisu bersemayamnya para roh leluhur masyarakat Lio.
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang masa hidupnya berperilaku buruk, meninggal secara tidak wajar, baik itu orang tua ataupun muda, akan ditempatkan di Kawah Tiwu Ata Polo.
Kawasan konservasi yang mempunyai 5.356,50 hektare ini, menjadi taman nasional yang paling kecil luasnya dari 54 Taman Nasional yang dimiliki Indonesia saat ini. Namun, TN Kelimutu menjadi satu-satunya gunung api di Indonesia yang memiliki danau kawah lebih dari satu dengan warna yang berbeda-beda. Pesona ketiga danau dengan lanskap alamnya inilah yang membuat mendunia.
Pengungjung dari mancanegara saat berada di puncak danau kawah Kelimutu. Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
Kelimutu sendiri merupakan nama dari salah satu dari dua puncak gunung tertinggi dalam kawasan konservasi: Gunung Kelimutu (1.690 mdpl) dan Gunung Kelibara (1.731 mdpl).
Lanskap alamnya yang unik dan memesona, tidak lepas dari aktivitas vulkaniknya yang terjadi sejak jutaan tahun yang lalu. Hingga saat ini, geliat aktivitasnya tersebut pun masih terjadi. Inilah yang membuat ketiga warna air danau berbeda dan berubah-ubah. Tidak dapat diprediksi. Yang sebelumnya berwarna merah bisa berubah menjadi hijau. Begitu pun sebaliknya. Tidak hanya itu, tanaman vaccinium (Vaccinium variangevolim) yang tumbuh dominan di sekitar danau, akan mengering begitu Kelimutu menggeliat.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri, tiga danau kawah di puncak Kelimutu memang menjadi daya tarik utamanya. Ketiganya mempunyai nama masing-masing sesuai dengan kepercayaan masyarakat sekitar: Kawah Tiwu Ata mBupu (Danau Arwah Orang Tuan) – airnya biasanya berwarna biru, Berikutnya Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai (Danau Arwah Muda Mudi) – airnya berwarna hijau, dan Kawah Tiwu Ata Polo (Danau Arwah yang Ditenun) – airnya berwarna merah.
Pesona matahari terbit dari puncak Kelimutu yang berpadu dengan pemandangan tiga danau kawahnya benar-benar akan memberikan nuansa yang begitu magis. Niscaya, kamu akan dibuat berdecak kagum dan akan berjanji untuk selalu dapat kembali menyambanginya.
Danau Kawah TN Kelimutu. Foto: Balai TN Kelimutu, Instagram/tamannasionalkelimutu
Masyarakat yang tinggal di sekitar TN Kelimutu, telah berabad-abad lamanya hidup harmonis dengan alam Kelimutu. Suku Lio yang mendiami sekitar Kelimutu, setiap tahun melakukan ritual budaya, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang didapat. Mereka akan melakukan tarian Gawi, persembahan kepada penguasa langit: Du’a Ngga’e. Meminta petunjuk kepada Ratu Konde sang penguasa kawah, agar arwah yang meninggal tidak ditempatkan di Kawah Tiwu Ata Polo.
ADVERTISEMENT
Tetapi, walaupun kawasannya terbilang kecil, sebagai taman nasional, Kelimutu menyimpan beragam kekayaan potensi alam khas timur, khususnya tanah flores. Sebagian di antaranya bahkan jenis langka dan endemik.
Ada kawasan arboretrum hutan di TN Kelimutu seluas 4,5 hektare yang menyimpan koleksi keanekaragaman flora kawasan pelestarian alam ini. Disini kamu dapat mempelajari berbagai perwakilan jenis pohon TN Kelimutu. Tercatat lebih dari 100 spesies flora tumbuh dan berkembang di Kelimutu. Dua jenis diantaranya merupakan endemik: Uta Onga (Begonia kelimutuensis) dan Turuwara (Rhondodenron renschianum).
Untuk faunanya, dari beberapa jenis yang endemik Flores, burung Gerugiwa (Monarcha sp), salah satu yang menarik. Jarangnya terlihat, burung ini dikenal juga sebagai burung arwah. Keunikannya, Gerugiwa memiliki 11 suara yang berbeda. Jadi, kalau saat mendaki kamu dapat melihatnya, kamu termasuk salah satu yang beruntung.
Pati K Du'a Bapu Ata Mata (Pati Ka) - Tradisi memberi makan para leluhur di Danau Kelimutu. Foto: Instagram Balai TN Kelimutu / @tamannasionalkelimutu
Selain itu, setelah maupun sesudah mendaki, kamu juga dapat melihat rumah khas tradisional flores, budaya dan rumah adat beberapa desa penyangga TN Kelimutu, mengunjungi pesanggrahan belanda yang merupakan bangunan peristirahatan dan persinggahan pegawai pemerintah Hindia Belanda, saat akan mengunjungi Danau Kelimutu. Kemudian berkunjung ke Perekonde – tempat yang dipercaya masyarakat Suku Lio sebagai pintu masuk arwah menuju kawah kelimutu.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, nilai-nilai kesakralan leluhur Kelimutu, masih dijaga oleh masyarakat Lio. Salah satunya, melalui Patika Do’a Bapu Ata Mata – ritual memberikan makan arwah leluhur di Situs Pati Ka di areal kawasan danau tiga warna, yang dipimpin seorang Mosalaki.
Ritual yang setiap tahun dilakukan tersebut, biasanya akan dilanjutkan dengan acara makan bersama dan tarian gawi yang dipimpin oleh ketua adat bersama 21 Komunitas Adat. Nah, jika kamu sedang berkunjung ke Kelimutu pada saat itu, kamu pun dapat ikut serta makan bersama. Ini menunjukkan tingginya penghormatan terhadap alam dan ikatan antar desa yang masih terjaga dan berlangsung turun menurun.
Jadi, ingat ya, kalau kamu akan berkunjung ke TN Kelimut, patuhi semua aturan yang berlaku di dalamnya dan hormati adat budaya setempat. Bijak selalu dalam berwisata alam.
ADVERTISEMENT