Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengintip Kembali Thekelan, Jalur Pendakian Tertua Merbabu (Bagian 2)
15 April 2021 21:59 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Waktu semakin sore, kami pun bergegas meneruskan pendakian, meninggalkan Pos 2 Pereng Putih, menuju pos selanjutnya untuk mendirikan tenda sebagai tempat bermalam.
ADVERTISEMENT
Nah, menariknya, jalur pendakian yang sebelumnya melalui bawah atau berada persis dibawah lereng tebing pereng putih, kini dialihkan. Karena, pada 2019, jalur tersebut longsor dan tidak mungkin untuk dilalui lagi.
Kemudian, pada pertengahan tahun yang sama, Balai TN Gunung Merbabu bersama mitra pengelola KOMPPAS, melakukan pembenahan dan perbaikan dengan mengalihkan jalur pendakian. Menurut mereka waktu itu, jalur yang telah disiapkan memiliki pemandangan alam jauh lebih bagus dibandingkan jalur sebelumnya. Juga lebih aman untuk dilalui, karena tidak lagi berada di bibir jurang.
Walapun diawal-awal meninggalkan Pos 2, jalurnya langsung menanjak menuju punggungan ke atas tebing pereng putih, setelahnya sangat aman. Karena, benar-benar berada di atas punggungan yang lebar dan terbuka. Didominasi oleh vegetasi rerumputan.
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan menuju Pos 3 Gumuk Mentul, kami disuguhkan panorama yang sangat indah dan memesona. Setidaknya ada tujuh gunung (Sindoro, Sumbing, Prau, Dataran Tinggi Dieng, Andong, Telomoyo dan Ungaran) dan Rawa Pening yang terlihat saat itu. Pada sisi lain mengarah ke depan, terlihat punggungan jalur menuju puncak Merbabu. Tempat yang dijadikan sebagai area camping ground jalur pendakian Thekelan ini sangat luas dan nyaman.
Malam harinya, cahaya lampu dari kampung, desa dan kota di sekitar Merbabu terlihat seperti barisan jutaan kunang-kunang. Suara beberapa ekor ayam hutan juga mengantar kehadiran sang mentari pagi pada keesokan harinya.
Saat pagi hari tersebut, panorama yang tersaji, tampah semakin memesona. Saya benar-benar terbuai oleh semua itu. Keheningan dan kesunyian alam Merbabu yang menghanyutkan. Rasa yang sudah lama hilang beberapa tahun belakangan ini.
Tidak hanya sampai disana, berikutnya, selepas Pos 3 Gumuk Mentul menuju Watu Gubuk, ternyata juga dialihkan. Setelah melewati jalur pendakian yang didominasi semak dan ilalang hingga melewati Pos 4 Lempong Sampan, medan pendakian kini melewati terlihat lebih cantik. Karena, kini selain semak dan ilalang, medan pendakian pendakian juga didominasi oleh sabana sampai tiba di Watu Gubug.
ADVERTISEMENT
Kawasan Watu Gubug juga dikenal dengan nama gunung Pertapaan atau puncak Pertapaan. Disini banyak batu-batuan berserakan. Diantaranya terdapat sebuah batu berukuran sangat besar dengan lubang ditengahnya yang juga cukup besar hingga dapat di jadikan tempat perlindungan manusia. Batu tersebut di sebut juga Watu Gubug. Konon tempat tersebut biasanya dijadikan tempat untuk bertapa.
Dari Watu Gubug, jalur pendakian menuju puncak menara atau gunung Watu Tulis terlihat sangat jelas. Di sini mental setiap pendaki kembali diuji. Terus melanjutkan pendakian atau mundur untuk turun kembali. Selain itu, panorama sebagian lembah dan punggungan gunung Merbabu yang di dominasi vegetasi sabana menjadi daya tarik tersendiri. Benar-benar indah.
Tidak banyak yang berubah dengan kondisi jalur pendakian selanjutnya. Tampak terlihat jelas, terjal dan terbuka diantara rerumputan dan tanaman cantigi yang mendominasinya. Jalan setapak merupakan tanah berpasir sehingga pada saat musim panas relatif berdebu. Dibanding sebelumnya, jalur pendakian memang terlihat semakin rusak dan dalam. Jadi, terasa semakin berat saat melaluinya. Saya, memilih jalur pendakian yang telah dipasang pal HM oleh pengelola. Karena, lebih aman dan nyaman.
Puncak Watu Tulis atau Menara merupakan salah satu lokasi di gunung Merbabu yang menawarkan pemandangan sangat indah. Berada di ketinggian sekitar 2.906 mdpl, dari sini dapat terlihat beberapa puncak dan lembah gunung Merbabu dengan padang sabananya. Sebuah menara sebagai salah satu ciri khas dari tempat ini, masih terlihat berdiri kokoh.
ADVERTISEMENT
Selain itu, juga dapat menyaksikan panorama gunung-gunung yang ada di sekitanya, seperti halnya terlihat dari pos 3 Gumuk Mentul. Tidak akan bosan berada di tempat ini. Karena panorama yang di sajikannya begitu menawan. Bagaikan lukisan alam hasil karya Tuhan yang sempurna. Bersyukur, saya dapat merasakan semua itu dengan suasana yang hening dan sunyi.
Menuju Puncak Syarif
Medan pendakian selanjutnya, menurut saya juga tidak banyak berubah. Selepas puncak Menara, kami menapaki jalan setapak yang menurun menuju tugu batas Kabupaten Magelang, Boyolali dan Semarang – titik pertemuan dengan jalur pendakian Wekas (Kedakan) – dengan lembah di kanan dan kiri jalur. Di sepanjang jalan, kami benar-benar dimanjakan oleh panorama alam sekitarnya.
Tampak dihdapan saya, terlihat jalur pendakian yang akan saya lalui selanjutnya. Sebuah bukit berbentuk kerucut yang berada disisi kanannya. Terkadang kelompok monyet ekor panjang juga sering muncul di sekitar tugu.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kami melewati jalan setapak bercampur batuan vulkanis. Setelah pertigaan di depan puncak yang disebut Hellyped, medan pendakian menanjak hingga bertemu pertiggan berikutnya. Jalur pendakian kembali menanjak dan kembali memenui pertiggaan berikutnya dan menanjak lagi. Lalu melewati jalan yang dinamakan jembatan setan.
Beberapa kali, kami harus melewati jalur terjal, sehingga, membutuhkan bantuan tangan selama melaluinya. Di sepanjang jembatan setan, di kanan dan kiri jalur berupa jurang yang cukup dalam. Walaupun begitu, panorama disekitarnya sangat indah, unik dan eksotis. Di sekelilingnya terlihat beberapa puncak serta lembah dari gunung Merbabu yang di dominasi oleh padang sabana. Saat-saat kabut tipis menyelimutinya tampak suasana sekitarnya semakin eksotis dan penuh misteri.
Kemudian, kami melalui tanjakan terjal bercampur batuan yang terlihat seperti pundak sapi. Itulah sebabnya dinamakan pundak ‘geger’ Sapi. Pada bagian puncak geger sapi ini sangat sempit. Hanya berukuran sekitar 1,5 x 1 meter.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, saya dapat kembali melihat jalur pendakian selanjutnya. Inilah jalur yang membawa saya menuju percabangan antara jalur yang menuju puncak Syarif atau gunung Pregodalem dengan jalur yang menuju puncak Kenteng Songo dan puncak Merbabu atau Trianggulasi.
Dari puncak Geger Sapi, saya kemudian turun kemudian turun melalui jalur yang landai memanjang dengan jurang di kiri dan kanannya. Melewati jalan setapak tersebut, seolah melalui jembatan yang panjang. Lalu, jalur pendakian kembali menanjak dan cukup terjal. Medannya berupa tanah berpasir dengan sedikit batu-batuan. Karena terjadi longsongan, jalur yang saya lalui jadi semakin berat. Hingga akhirnya tiba di pertigaan. Sebuah batu kotak yang berukuran cukup besar menjadi salah satu tandanya.
Kemudian, saya melanjutkannya dengan mengakhiri pendakian di puncak Syarif atau gunung Pregodalem yang berada pada ketinggian sekitar 3.125 mdpl. Medan pendakiannya cukup terjal berupa tanah berpasir.
ADVERTISEMENT
Kawasan puncak Syarif merupakan dataran terbuka yang cukup luas. Panorama yang dapat di saksikan dari sini kembali memukau saya. Tempak beberapa puncak serta lembah dari gunung Merbabu. Sayangnya, waktu saya tiba di sana, hari sudah siang. Padahal, pemandangan matahari terbit maupun terbenam dari sini sungguh indah dan memesona. Gunung Merapi, Sindoro, Sumbing dan Lawu, sebagian dari beberapa gunung yang dapat terlihat dari sini
Dari puncak, juga terlihat punggungan jalur yang menuju puncak Kenteng Songo dan puncak Merbabu. Terlihat naik turun dan memanjang. Punggungan jalur pendakian serta beberapa puncak yang telah saya lewati sebelumnya juga tampak dari sini. Di puncak inilah salah satu tempat di Merbabu yang menawarkan berjuta pesonanya.
Gimana, sobat kumparan, ingin merasakan sensasi dan keelokan jalur pendakian tertua gunung Merbabu? Harap bersabar dulu ya. Tunggu hingga pengelola membuka kembali aktifitas di lima jalur pendakiannya. Karena, hingga saat ini masih ada ada beberapa perbaikan jalur dan penambahan sarana dan prasarana untuk keamanan, kenyamanan dan keselataman bersama serta kelestarian dan keberlanjutan kawasan.
ADVERTISEMENT