Menyusuri 3 'Surga' Tersembunyi di Taman Nasional Baluran

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
2 Oktober 2019 0:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pantai Sijile dengan latar belakang Gunung Baluran. Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Sijile dengan latar belakang Gunung Baluran. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Terhampar di ujung timur pulau Jawa, Taman Nasional (TN) Baluran yang juga berjuluk 'litle afrika van java' ini memang menyimpan berjuta pesona. Membuat decak kagum bagi mereka yang pernah menginjakkan kakinya di sana. Memiliki tipe ekosistem sabana terluas di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Banyak atraksi wisata alam yang ditawarkan taman nasional yang berada di wilayah Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur ini. Pemandangan bawah laut, pantai pasir putih, hutan pantai, hutan mangrove, padang sabana, sungai, gunung, hingga hutan pegunungan bawah menjadikan TN Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi dengan ekosistem yang lengkap di Indonesia.
Salah satu sudut TN Baluran dalam perjalanan menuju pantai Balanan, Bilik, dan Sijile. Foto: Harley Sastha
Banteng, Kerbau Air, Rusa, Merak, Ayam Hutan, Kucing Hutan, Macan Tutul, Elang, Monyet, Lutung, dan beberapa jenis reptil adalah sebagian dari hewan-hewan yang bisa kita jumpai secara bebas dan liar di sana. Bagi para pencinta burung, penggemar kegiatan birdwaching, TN Baluran adalah salah satu 'surganya'.
Sejak masa Hindia Belanda tahun 1928, TN Baluran telah mendapat perhatian penting, AH. Loedeboer, pemilik daerah Konsesi perkebunan di Labuan Merak dan Gunung Mesigit, Jawa Timur, pertama kali menaruh perhatian.
ADVERTISEMENT
Gunung Baluran yang iconik terlihat dari sisi laut. Foto: Harley Sastha
Ia meyakini jika kawasan ini mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa, khususnya mamalia besar seperti Banteng. Hingga akhirnya pada tahun 1937, melalui keputusan Gubernur Hindia Belanda saat itu, kawasan Baluran ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa.
35 tahun pascakemerdekaan, 6 Maret 1980, pada hari Strategi Pelestarian Dunia, Suaka Margasatwa Baluran, bersama-sama dengan Gunung Gede Pangrango, Pulau Komodo, Pegunungan Leuser, dan Ujung Kulon ditetapkan sebagai lima taman nasional pertama di Indonesia.
Pantai Bilik, Sijile, dan Balanan
Salah satu sudut pantai Bilik. Foto: Harley Sastha
Mendengar nama TN Baluran, biasanya sebagian besar orang akan menyebut sabana bekol. pantai bama, rusa, banteng, monyet ekor panjang, merak, dan atau goa jepang. Padahal, masih banyak spot lain yang disajikan oleh satu dari empat taman nasional yang berada di Jawa Timur ini. Pantai Bilik, Sijile, dan Balanan, merupakan tiga di antaranya.
ADVERTISEMENT
Berbatasan langsung dengan selat Madura, pantai Bilik dan Sijile, seolah tersembunyi bagaikan mutiara di antara pesona eksotis TN Baluran. Beberapa waktu lalu, saat mengunjunginya, saya dan teman-teman menggunakan perahu nelayan untuk menuju pantai tersebut. Perjalanan dimulai dari pantai Bama. Mengenai perahu, kalian bisa mendapatkan bantuan informasi dari taman nasional.
Melintasi sabana menuju pantai Bilik dari pantai Sijile. Foto: Harley Sastha
Setelah menyiapkan perbekalan dari kantin di pantai Bama, sekitar pukul 08:00 WIB kami sudah bersiap-siap naik perahu kayu yang akan membawa kami menuju pantai Bilik, Sijile, dan pantai Balanan. Tentu saja dengan tidak melupakan life jacket dan peralatan snorkeling.
Perahupun mulai melaju. Kawasan Pantai Bama dan hutan mangrove di sekitarnya dari atas perahu terlihat begitu memesona. Dari balik hijaunya hutan mangrove terlihat Gunung Baluran yang ikonik dan gagah berdiri. Berdasarkan informasi, perahu akan mengarungi laut dan mengelilingi pesisir TN Baluran selama 2 jam menuju pantai Bilik dan Sijile.
Perjalanan menuju pantai Balanan, Bilik, dan Sijile. Foto: Harley Sastha
Sepertinya memang cukup lama. Namun, dua jam menyusuri lautan pesisir TN Baluran tidak akan membuat bosan. Dari atas perahu terlihat setiap pesisir kawasan yang mempunyai panorama dan keindahannya masing-masing. Pantai pasir putih, tebing, sabana, dan perbukitan terlihat silih berganti. Hanya satu yang tidak berubah sepanjang perjalanan tersebut, yaitu Gunung Baluran.
ADVERTISEMENT
Menyusuri laut pesisir taman nasional membuat kami dapat melihat pesona Gunung Baluran dari berbagai sudut. Kami juga menjumpai beberapa perahu nelayan lain yang sedang menjaring ikan. Burung-burung laut silih berganti terbang rendah hingga menyentuh permukaan air laut untuk memangsa ikan.
Laut di sekitar sini memang sangat kaya ikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan riak-riak air laut efek dari gerombolan ikan berenang yang sering kami lihat saat itu.
Pantai Sijile. Foto: Harley Sastha
Pukul 10:30 WIB, perahu kami akhirnya merapat ke sebuah pantai berpasir putih yang sunyi. Inilah yang dinamakan pantai Sijile. Jika sedang surut, pantai ini terlihat seperti lidah yang menjulur. Itulah sebabnya pantai dinamakan sijile yang artinya lidah. Langit biru, air laut yang jernih, pantai pasir putih dan suasana sunyi dengan latar belakang Gunung Baluran benar-benar menghipnotis kami.
ADVERTISEMENT
Yang semakin menambah daya magis kawasan ini adalah padang sabana yang langsung berbatasan dengan pantai pasir putihnya. Benar-benar tempat yang sempurna untuk sejenak melepas lelah meninggalkan segala kesibukan aktivitas sehari-hari.
Pantai Sijile dengan bentuknya yang ikonik. Foto: Harley Sastha
Berikutnya, kami menuju pantai Bilik yang lokasinya bersebelahan dengan Pantai Sijile. Untuk menuju pantai tersebut, kami berjalan kaki menyusuri sabana. Lagi-lagi kami berdecak kagum begitu tiba di sana. Pantai pasir putih yang tidak kalah indahnya. Air lautnya jernih dan tenang. Menurut informasi dari taman nasional, kawasan pantai Bilik merupakan salah satu tempat yang bagus untuk snorkeling.
“Wow, ini nih yang namanya bakal terumbu karang. Banyak banget di sini,” teriak Supriadi, Geologist yang pernah bekerja di Malaysia.
Karena penasaran, saya pun mendatangi Supriadi. Ternyata yang dimaksudnya adalah sesuatu benda berbentuk seperti kelopak bunga yang berada di dalam laut. Tidak perlu menyelam jauh-jauh ke dasar laut dalam. Di lautan dangkal pantai Bilik hal tersebut sangat mudah terlihat.
Pantai Bilik. Foto: Harley Sastha
Dari pantai Bilik dan Sijile, kami kembali melanjutkan perjalanan menggunakan perahu menuju pantai Balanan. Perahu berputar kembali ke arah Pantai Bama. Pantai Balanan lokasinya berada sebelum Pantai Bama.
ADVERTISEMENT
Waktu menunjukkan sekitar pukul 15:10 WIB saat kami tiba di pantai Balanan. Sebagaimana dua pantai sebelumnya, pantai ini juga merupakan pantai berpasir putih. Bedanya, di sini ada tebing karang yang cukup tinggi di sekitar pantai. Air lautnya sangat jernih. Di sini juga salah satu spot snorkeling.
Pantai Balanan. Foto: Harley Sastha
Supriadi tampak serius memperhatikan dan mempelajari batu-batu karang yang ada di sana. Menurutnya, kawasan TN Baluran unik dan menarik. Di sana ada aktivitas gunung api yang terjadi di masa lampau berpadu dengan sabana dan pantai dengan bentukan-bentukan karangnya yang masih terjaga.
Perpaduan keheningan, bentang, beserta atraksi alam yang disajikan oleh pantai Bilik, Sijile, dan Balanan, sungguh membuat siapa pun akan berdecak kagum. Keheningan yang memesona.
Pantai Bilik. Foto: Harley Sastha
Pantai Balanan. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT