'Orangutan Caring Week' Cara Dunia Peduli Orangutan dan Habitatnya

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
15 November 2020 22:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus), Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus), Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Akankah salah satu jenis kera besar dunia yang eksotik dan kharismatik bernama Orangutan menuju kepunahan? Bisa saja, jika kita semua masih masih terus tidak peduli akan keberadaan dan habitat asli mereka. Karena, saat ini semua spesies Orangutan terancam punah dan hampir punah di alam liar. Kini, mereka hanya bisa ditemukan di beberapa daerah di wilayah Asia Tenggara. Kehilangan mereka, akan merugikan ekosistemnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sebagai negeri megabiodiversity, di Indonesia, hidup 3 spesies Orangutan: Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Orangutan Sumatera(Pongo Abelii) dan Orangutan Tapanulis (Pongo tapanuliensis). Ketiganya kini terus mengalami ancaman kepunahan. Baik karena perburuan, jerat, perdagangan satwa liar, maupun rusaknya habitat asli mereka, yang semakin dalam mengalami penetrasi atau tekanan.
sumber: orangutancaringweek.com
Orangutan Caring Week merupakan acara tahunan yang mengusung tema berbeda setiap tahunnya. Dikutip dari situs www.orangutancaringweek.com, tahun ini, berlangsung 8-14 November 2020, dengan mengambil tema ‘Protecting Biodiversity for a Healthy Planet' atau Melindungi Keanekaragaman Hayati untuk Planet yang Sehat.
Hal tersebut menjadi poin yang sangat penting. Karena, meskipun banyak yang mengetahui status orangutan yang terancam punah dan upaya untuk memberantasnya, sangat sedikit yang menyadari pentingnya keanekaragaman hayati di habitat aslinya.
ADVERTISEMENT
Begitu sangat terancamnya keberadaan Orangutan akan kepuncahan, dunia pun, setiap tahun pada bulan November, mengadakan kegiatan selama satu minggu, yang dikenal sebagai Orangutan Caring Week atau Pekan Peduli Orangutan. Karena, menyadari keadaan buruk orangutan saja tidak cukup. Semua perlu bergerak dan cukup peduli untuk menyelamatkan kera besar berambut merah yang luar biasa ini dan tentu saja rumah besar mereka rain forest atau hutan hujan dari kehancuran.
Tema tahun ini juga berhubungan dengan kondisi dunia yang terdampak pandemi COVID-19. Sehingga meningkatkan pemahaman akan kesehatan kita dan planet bumi terkait perlunya menjaga dan menghormati keanekaragaman hayati dalam segala bentuk. Kita dapat bersama-sama menyuarakannya melalui media-media sosial yang kita miliki masing-masing.
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Foto: Harley Sastha
Memperingati Orangutan Caring Week 2020, Direktur Konservasi Keanegaragaman Hayati (KKH) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indra Exploitasia, mengatakan, keseimbangan menjadi kunci utama dalam pengendalian penyakit COVID-19. Keseimbangan antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Jadi, manusianya juga harus sehat kalau ingin lingkungan sehat dan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
“Tema tahun ini sudah sangat tepat dengan kita memaknai konsep one health. Konsep ini ada konsep multisektor, multidisiplin ilmu, multi kebijakan, dan lain-lain. Sehingga tema ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk bagaimana secara bersama menjalankan one health dalam konservasi orangutan,” kata Indra.
Menurut Indra, hal lain yang juga bisa lakukan, memberikan keseimbangan ruang hidup satwa dan manusia. Menjadikan keanekaragaman hayati (kehati) sebagai dasar dalam menetapkan tata ruang, sebagai basis dalam perencanaan kebijakan sektor. Tidak orangutan, tetapi semua level kehati: ekosistem, jenis dan genetik.
Habitat Orangutan Kalimantan
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung (TN) Gunung Palung, Ari Wibawanto, mengatakan, sebagai salah satu kawasan suaka alam, habitat asli dari Orangutan Kalimantan, berdasarkan data terakhir, saat ini diprediksi jumlahnya mencapai 2.300 ekor.
ADVERTISEMENT
“Tetapi, dari jumlah tersebut, sebenarnya, walaupun sebenarnya sudah dilakukan inventarisir untuk tahun 2020, namun, belum keluar hasilnya. Diharapkan akhir tahun ini sudah ada. Dan untuk mencegah kepunahan orangutan, kita harus terus melakukan sosialisasi. Sesungguhnya, orangutan itu, banyak memberikan manfaat kepada kita,” kata Ary.
Untuk menyadarkan masyarakat, bahwa kita harus dapat hidup berdampingan dengan alam, dalam hal ini orangutan, perlu waktu yang cukup lama untuk memberitahukan akan manfaat dari hal tersebut.
“Tujuannya harus jelas, diberi kesadaran, bahwa orangutan itu bukan menjadi beban bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan habitat tempat orangutan itu tinggal. Karenanya, yang bisa kita lakukan saat ini, adalah bagaimana keberadaan orangutan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu tujuan wisata misalnya. Bisa sebagai wisata ilmiah atau melihat langsung bagaimana kehidupan dan perilaku mereka di habitat aslinya, di alam liar,” ungkap Ari.
ADVERTISEMENT
Orang sekitar kawasan, mungkin menganggap keberadaan orangutan itu merupakan hal yang biasa. Tetapi, bagi orang luar, justru sebaliknya, satu hal yang luar biasa. “Orang luar datang ke TN Gunung Palung dengan didampingi masyarakat. Seiring dengan itu, perekonomian akan naik. Dengan begitu masyarakat mendapatkan hasilnya dengan kedatangan orang luar. Lalu, dengan sendirinya, kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya keberadaan orangutan semakin tinggi. Berpikirnya, orang luar saja datang ke sini untuk melihat orangutan, kenapa saya tidak ikut menjaganya,” lanjutnya.
Jadi, bukan sekadar penyadartahuan dan sosialisasi saja, tetapi harus ada impacknya terhadap masyarakat. Hal tersebut yang terus dan sedang dilakukan oleh Balai TN Gunung Palung.
Selain di TN Gunung Palung, Orangutan Kalimantan, juga dapat ditemui di TN Sebangau, TN Bukit Baka Bukit Raya, TN Kutai, TN Kayan Mentarang, TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum dan TN Tanjung Puting.
ADVERTISEMENT
Habitat Orangutan Sumatera
Orangutan Sumatera. Foto: instagram.com/tngunungleuser
Demikian halnya dengan Taman Nasional (TN) Gunung Leuser di Aceh dan Sumatera Utara, yang merupakan rumah atau habitat dari Orangutan Sumatera. Menurut Kepala Balai TN Gunung Leuser, Jefry Susyafrianto, sebenarnya selama ini cukup banyak yang peduli dengan orangutan. Termasuk dengan Orangutan Sumatera. Banyak organisasi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergiat di kawasan TN Gunung Leuser terkait kepedulian terhadap Orangutan Sumatera.
“Memang sebenarnya kan, ada Hari Orangutan atau Orangutan Day, yang setiap tahun juga diperingati dunia, setiap 19 Agustus. Termasuk dengan Orangutan Caring Week. Nah, kalau di TN Gunung Leuser, orangutan itu tetap menjadi primadona. Karena, hingga saat ini, kawasan TN Gunung Leuser di Sumatera Utara dan Aceh, merupakan habitat orangutan yang masih ada di seluruh Pulau Sumatera. Walaupun, memang ada di tempat lain, seperti TN Bukit Tigapulu, tetapi, itu merupakan orangutan dari hasil program pelepasliaran dari tempat rehabilitasi,” kata Jeffry.
ADVERTISEMENT
Jadi, untuk wilayah Sumatera, rumah atau habitat orangutan yang paling bagus, memang saat ini ada di TN Gunung Leuser. Karenanya, ini menjadi habitat yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya.
Salah satu mandat yang dipegang TN Gunung Leuser, sejak terbentuknnya adalah melindungi dan menjaga eksistensi keberadaan orangutan. Baik itu orangutannya maupun habitatnya. Karena, orangutan akan terus ada, kalau habitatnya tetap ada dan terjaga.
“Mengenai data jumlah temuan orangutan, dari teman-teman yang telah lakukan di TN Gunung Leuser, melalui kegiatan smart patrol, dari tahun 2015 hingga 2020, ditemukan beberapa hal yang terkait dengan Orangutan Sumatera. Baik itu perjumpaan langsung, sarang, kotoran, suara dan bekas makanan serta bagian ranbutnya,” lanjut Jeffry.
Kalau dilihat dari klaster ketinggiannya di TN Gunung Leuser, dari 500 – 1.000, 1.000 – 1.500, 1.500 – 2.000 dan bahkan dari 2.000 – 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), orangutan dapat ditemukan. Memang, yang terbesar jumlahnya berada pada ketinggian di bawah 500 mdpl, dijumpai sebanyak 3.366 temuan. Kemudian, 500 – 1.000 mdpl, hampir mencapai 2.168 temuan. Menariknya, walaupun tidak banyak, petugas taman nasional, masih dapat menjumpainya pada ketinggian 1.500 – 2.000 mdpl.
ADVERTISEMENT
Dengan menyelamatkan orangutan, artinya kita juga menyelamatkan lingkungan hutan hujan dan akhirnya menyelamatkan diri kita. Begitu sebaliknya, menyelamatkan hutan hujan sebagai habitat aslinya, artinya kita menyelamatkan keberadaan orangutan dan tentunya menyelamatkan kita sebagai manusia.
Melindungi dan menyelamatkan hutan hujan yang merupakan rumah jenis primata yang 97 persen DNA nya mirip manusia, artinya kita melindungi semua kehidupan di muka bumi
Orangutan Caring Week, menjadi kesempatan bagi kita semua untuk bersama-sama menyebarkan kesadaran tentang penderitaan orangutan dan bahaya yang mendesak, yang dihadapi rumah mereka: hutan hujan. Yuk, terus motivasi kita untuk peduli dan terus semakin peduli. Happy Orangutan Caring Week 2020.