news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Piong dan Doro Ncanga: Dua Jalur Pendakian Tercepat Menuju Puncak Tambora

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
4 November 2020 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tubir atau gigiran puncak kaldera Tambora jalur Doro Ncanga atau puncak Doro Ncanga.  Foto: Balai TN Tambora
zoom-in-whitePerbesar
Tubir atau gigiran puncak kaldera Tambora jalur Doro Ncanga atau puncak Doro Ncanga. Foto: Balai TN Tambora
ADVERTISEMENT
Menjejakkan kaki di tubir atau gigiran puncak kaldera raksasa Tambora dalam waktu kurang dari 3 jam berjalan kaki? Betul, kamu tidak perlu berjam-jam mendaki berjalan kaki untuk dapat melihat dan mengagumi pesona kaldera gunung api yang mempunyai sejarah letusan terbesar yang terekam sepanjang sejarah manusia modern, pada 10-12 April 1815.
ADVERTISEMENT
Tetapi, tunggu dulu, sebenarnya, kamu tidak benar-benar murni mendaki dari gerbang pendakian. Karena, ini sebenarnya kombinasi menggunakan kendaraan atau mobil jenis double gardan dengan berjalan kaki. Jadi, kamu benar-benar mulai mendaki menuju gigiran puncak kaldera Tambora setelah dari pos terakhir.
Sejak ditetapkan sebagai Taman Nasional (TN) Tambora , pada 11 April 2015, salah satu kegiatan menarik yang dapat dilakukan di gunung Tambora adalah pendakian. Ada empat dari lima jalur pendakian remi yang hingga saat ini sudah ditetapkan oleh Balai TN Tambora: Doro Ncanga, Piong, Kawinda To’i dan Pancasila. Sedangkan, satu lagi, jalur pendakian Doropeti, masih belom dibuka untuk umum.
Teluk Piong, Semenanjung Sanggar dengan latar belakang kawasan Taman Nasional Tambora, Foto: Balai TN Tambora
Kaldera yang berbentuk seperti cawan raksasa dengan diameter lebih dari 7 km dan kedalaman hingga 1,4 km – kaldera aktif terdalam di dunia – merupakan salah satu daya tarik dari gunung Tambora.
ADVERTISEMENT
Gigiran atau tubir cawan raksasa kaldera Tambora di kempat titik puncaknya menyajikan panorama lanskap alam yang menakjubkan. Sangat magis, ketika sinar mentari pagi perlahan memayungi bagian dinding dan dalam kaldera.
Saat malam hari tiba dan langit bersih, dari Pos 3 Jalur Pendakian Doroncanga dan Pos 5 Jalur Pendakian Piong, kamu dapat melihat jutaan cahaya bintang di langit dan galaksi bimasakti yang terlihat cukup jelas. Kamu juga dapat melihat kerlap-kerlip cahaya lampu dari perkampungan dan desa-desa di lereng Tambora. Sungguh malam yang syahdu dan romantis.
Persiapan dan waktu pendakian yang tepat, harus diperhatikan ketika akan mendaki gunung yang berada di Semenanjung Sanggar, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Medan pendakian yang terbuka pada jelang puncak dan sekitarnya, menyimpan potensi bahaya yang harus dapat kamu antisipasi. Udara dingin, kabut tebal, angin kencang dan kurangnya sumber air, bisa menjadi pertimbangan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Jadi, air untuk kebutuhan pendakian, dapat kamu bawa dalam kendaraan sejak dari bawah.
Gerbang pendakian jalur Doro Nncanga saat event Festival Tambora 2017. Foto: Balai TN Tambora
Nah, dari keempat jalur pendakian, jalur Doro Ncanga, Kabupaten Dompu dan jalur Piong, Kabupaten Bima, dapat menjadi pilihan kamu untuk yang ingin menggapai gigiran puncak kaldera Tambora tanpa harus terlalu banyak menguras tenaga dengan berjalan kaki. Hanya kurang dari setengah hari perjalanan menggunakan mobil jenis double gardan, kamu sudah bisa tiba di pos terakhir untuk beristirahat dan bermalam, sebelum kemudian melanjutkannya kembali dengan berjalan kaki hingga gigiran puncak.
ADVERTISEMENT
Menariknya, kedua jalur ini mempunyai kemiripan karakteristik, yaitu sama-sama didominasi padang sabana. Memperlihatkan warna kuning keemasan, saat musim kemarau dan sebaliknya saat musim hujan, bagaikan hamparan karpet hijau. Tidak hanya itu, kendaraan yang membawa kamu, juga akan melalui vegetasi pepohonan yang tumbuh jarang-jarang. Seperti melewati hutan-hutan kecil. Pastinya, keduanya menawarkan pengalaman dan pesonanya masing-masing.
Jalur Doro Ncanga (2.423 mdpl)
Mobil jenis doubel gardan saat melintasi hamparan sabana jalur pendakian Doro Ncanga. Foto: Balai TN Tambora
Setelah melewati gerbang pendakian yang berada di sisi Jalan Lintas Dompu Calabai, kamu akan menempuh waktu sekitar 3-5 jam perjalanan menggunakan kendaraan jenis four wheel drive, melewati padang sabana.
Bongkahan-bongkahan batuan vulkanis hitam, sisa-sisa erupsi besar Tambora, pertengahan April 1815, terlihat menyebar di seantero sabana yang sangat luas. Sering juga terlihat satwa ternak, seperti: Kerbau, Kuda dan Sapi yang sedang asyik merumput.
ADVERTISEMENT
Semakin jauh meninggalkan Desa Doro Ncanga menuju Pos 3, jika kamu membalikan badan ke belakang, akan terlihat hamparan permadani rerumputan yang sangat luas. Sangat kontras dengan denganb birunya air laut Teluk Saleh dan sekitarnya yang berbatasan langsung dengan Sabana Doro Ncanga.
Sesekali kendaraan menerabas semak dan ilalang serta hutan kecil, sebelum akhirnya tiba di Pos 3 yang berada pada ketinggian sekitar 1.825 mdpl. Disinilah, tempat kamu beristirahat dan berkemah, sebelum melanjutkan dengan berjalan kaki menuju puncak. Sama seperti dua pos sebelumnya, di Pos 3 juga tersedia bangunan shelter.
Bbeberapa bangunan shelter di areal Pos 3 Jalur Pendakioan Doroncanga. Foto: Balai TN Tambora
Dari Pos 3, dikejauhan terlihat beberapa bukit kecil berbagai bentuk dan ukuran. Inilah yang disebut kerucut kerak atau kerucut scorea atau cinder cone – kerucut yang terbentuk oleh kerak lava yang tidak terekat.
ADVERTISEMENT
Dengan membawa perlengkapan dan perbekalan secukupnya, kamu akan mendaki melewati medan pendakian yang berpasir dan berbatu-batu dengan kemiringan antara 20-45 derajat. Sekitar 2-2 ½ jam waktu yang kamu butuhkan untuk berjalan kaki hingga tiba di puncak Doro Ncanga.
Jalur Piong / Zollinger Top (2.415 mdpl)
Kaldera Tambora terlihat dari puncak Piong/Zollinger Top. Foto: Harley Sastha
Sebagaimana halnya Jalur Doro Ncanga, mendaki melalui jalur piong, diawali dengan melalui gerbang pendakian yang masuk kawasan sabana Piong di sisi Jalan Raya Labuhan Kananga.
Nah, yang khas dari jalur ini, adanya dua cinder cone: Dongo Tabe Na’e (dan Dongo Tabe To’i ter yang saling berdampingan di dalam kawasan sabana Piong.
Selain memiliki panorama hamparan padang sabana yang juga memesona, jalur pendakian Piong, juga memiliki sejarah menarik berkaitan dengan erupsi hebat Tambora lebih dari 200 tahun yang lalu. Karena, melalui jalur inilah gunung Tambora mulai kembali di daki untuk pertama kalinya, pada Agustus 1847 atau 32 tahun pasca erupsinya. Pendaki tersebut bernama Heinrich Zollinger – seorang naturalis, pencinta alam sekaligus ilmuwan ahli botani berkewarganeraan Swiss yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda.
Menara pandang di jalur pendakian Piong. Foto: Balai TN Tambora.
Tidak hanya itu, disini juga ada jejak Raja Sanggar yang menjadi saksi mata langsung kedahsyatan gelegar mahadahsyat Tambora saat itu. Ketika letusan terjadi, sang raja dan putrinya berhasil menyelamatkan diri. Jadi, Kerajaan Sanggar, menjadi satu-satunya dari tiga kerajaan di lingkar Tambora (Papekat, Tambora dan Sanggar) yang tidak benar-benar musnah. Walaupun wilayahnya juga tersapu amuk Tambora.
ADVERTISEMENT
Ada lima pos yang harus kamu lalui sebelum tiba di puncak kaldera Tambora melalui jalur Piong. Selain papan informasi mengenai titik koordinat dan ketinggian, kelima pos juga sudah disediakan bangunan shelter.
Setelah melewati gerbang, dengan mobil jenis double gardan, kamu akan membelah padang sabana dan hutan dengan vegetasi pepohonan yang tumbuh tidak rapat. Medannya berupa tanah berpasir abu dan batuan vulkanis.
Setelah melewati Pos 1, sempatkan berhenti sejenak saat tiba di menara pandang. Dari atas menara, kamu dapat melihat panorama lanskap sekitarnya. Termasuk Dongo Tabe Na’e dan Dongo Tabe To’i.
Kawasan Pos 5 dengan beberapa bangunan shelter. Foto: Balai TN Tambora.
Menariknya, dalam perjalanan, kamu juga dapat melihat beberapa kelompok Sapi, Kerbau dan Kuda yang sedang merumput diantara sela-sela pepohonan.
Mendekati Pos 3, medan pendakian semakin terbuka dan berkelok-kelok dengan melalui semak dan ilalang. Nah, ini salah satu pos yang juga tidak boleh dileewatkan. Berada di ketinggian hampir mencapai 1.000-an mdpl, kamu sudah dapat melihat lepas lanskap Tambora. Termasuk, garis pantai hingga laut di Semenanjung Sanggar.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya menuju Pos 5 atau terakhir. Tempat dimana kamu akan berisitirahat atau bermalam sebelum melanjutkan pendakian dengan berjalan kaki menuju puncak Piong. Jarak tempuhnya cukup jauh, yaitu sekitar 3 jam berkendaraan membelah padang sabana, semak dan ilalang dengan medan yang bervariasi. Jadi, dari gerbang pendakian hingga Pos 5, membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam berkendaraan.
Seiring kamu mendekati Pos 5, lereng bagian puncak kaldera Tambora tampak semakin besar dan melebar. Beberapa kelompok cemara gunung terlihat pada salah lerengnya.
Letak Pos 5 yang berada pada ketinggian sekitar 2.000-an mdpl, bentang dan lanskap Tambora terlihat semakin memukau mata. Semenanjung Sanggar, Teluk Saleh, Perbukitan di Sumbawa, Dongo Tabe Na’e, Dongo Tabe To’i dan bahkan pulau gunung api atau Sangeang Api pun dapat terlihat samar-samar.
Panorama magis matahari terbit terlihat dari Pos 5 jalur pendakian Piong. Foto: Bram
Untuk tiba di puncak Piong atau Zollinger Top, kamu perlu mendaki sekitar 1 hingga 1 ½ jam lagi dengan medan pendakian yang cukup menanjak.
ADVERTISEMENT
Baik dari puncak maupun Pos 5, kamu dapat melihat panorama sunrise sang mentari yang menyeruak seolah muncul dari pantai di Semenanjung Sanggar dengan semburat jingganya berpendar memesona, menyelimuti hamparan sabana.
Tidak terbayangkan, kalau gunung ini, lebih dari dua abad lalu amarahnya begitu mengerikan, hingga dampaknya mengguncang antero dunia.
Jadi, gimana sobat kumparan, sudah menentukan pilihan akan mendaki melalui jalur yang mana?