Segara Anak: Surga Kecil di Taman Nasional Gunung Rinjani yang Dirindukan

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
13 September 2021 15:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penulis saat melihat Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari dari buir atau gigiran kaldera menuju puncak Rinjani. Foto; Kojun.
zoom-in-whitePerbesar
Penulis saat melihat Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari dari buir atau gigiran kaldera menuju puncak Rinjani. Foto; Kojun.
ADVERTISEMENT
Selain puncak titik tertingginya di ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), Danau Segara Anak dengan Gunung Baru Jari di tengah-tengah Kaldera Rinjani, menjadi surga kecil yang kerap menjadi tujuan para pendaki usai menjejakkan kaki di puncak gunung api tertinggi kedua di Indonesia tersebut. Bagaikan oase pelepas dahaga usai kamu berjam-jam berjalan kaki mendaki.
ADVERTISEMENT
Tidak terkecuali saya dan beberapa rekan dari Jakarta dan Yogyakarta, yang mendaki Gunung Rinjani, pada Minggu (30/8/2021), menyempatkan untuk bermalam dan menikmati semua pesona keindahan Danau Segara Anak. Setiap kali mendakinya, tidak pernah satu kali pun saya absen untuk menyambangi Segara Anak.
Berada pada ketinggian sekitar 2.000 mdpl, danau kawah (kaldera) Gunung Rinjani yang lebih dikenal Danau Segara Anak, memiliki luas sekitar 1.100 hektar dan kedalaman 160 – 230 meter, danau yang lahir pasca besar Gunung Samalas pada abad 13 M atau 1.257 M, mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Hampir berada persis di tengah danau, berdiri menjulang kerucut Gunung Anak Baru Jari dengan ketinggian sekitar 2.400 mdpl – gunung ini masih terus menunjukkan aktivitas vulkaniknya, sehingga terus bertambah tinggi dan membesar setiap kali erupsi.
Saat matahari mulai terbenam dari sisi tepian Segara Anak menjju jalur pendakian Torena. Foto: Harley Sastha
Menurut informasi dan cerita dari beberapa sumber serta penduduk setempat, danau dinamakan segara – bahasa sasak, karena airnya terlihat berwarna biru seperti air laut. Jadi, Segara Anak artinya Anak Laut.
ADVERTISEMENT
Ada tiga jalur pendakian yang biasa dilalui untuk mencapai Segara Anak: Jalur Pendakian Sembalu, Senaru dan Torean. Nah, dari ketiganya, jalur pendakian Torean menjadi jalur yang paling cepat untuk mencapai danau. Karena, kamu tidak perlu mendaki terlebih dahulu hingga puncak pelawangan, sebagaimana jalur pendakian Sembalun dan Senaru. Jadi, kalau tujuan kamu hanya ingin bersantai dan menikmati segala pesona Danau Segara Anak, Torean menjadi pilihan jalur pendakian yang tepat, karena, langsung berujung disisi danau.
Tidak heran, kalau jalur pendakian Torean menjadi jalur tradisional atau religi yang sudah dipakai masyarakat sejak lama untuk melakukan ritual mandi dan berendam di air ‘kalak’ panas yang telah berlangsung turun temurun. Dan, areal danau pun dipercaya sebagai salah satu wilayah yang sakral. Aktivitas ritual biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu maupun Muslim.
Bermalam di tenda di tepian danau dengan pemandangan Segara Anak dengan Gunung Baru serta dinding-dinding kaldera Rinjani dan hutan disudur lain, merupakan kemewawah alam yang sulit dilupakan. Foto: Harley Sastha
Usai turun dari Puncak Rinjani, dan kembali ke Pelawangan Sembalun, pada Senin (31/8/2021), saya dan rekan-rekan pun segera bersiap-siap untuk segera melanjutkan perjalanan turun menuju Danau Segara Anak. Waktu itu hari sudah menjelang siang. Beristirahat sejenak dan menyantap makanan serta minuman yang sudah disajikan tim porter, setelahnya, kami pun langsung beranjak pergi.
ADVERTISEMENT
Melipir punggungan berbatu dan melewati beberapa bukit, akhirnya jelang matahari terbenam, kami tiba sampai di Danau Segara Anak. Tim porter telah mendirikan tenda untuk kami beristirahat dan juga sedang menyiapkan makan malam untuk kami semua.
Karena, sangat lelah, usai mendaki puncak Rinjani sejak dini hari, kemudian langsung turun menuju Danau Segara Anak, kami memilih untuk tidur cepat usai makan malam.
Gunung Baru Jari dan Segara Anak dengan airnya yang berwarna biru. Foto: Harley Sastha
Pagi esok harinya, cuaca cerah menyambut hari dengan cukup sempurna. Begitu bangun dan keluar tenda, terlihat Gunung Baru Jari, sedikit tersapu oleh kabut tipis sebelum kemudian benar-benar tampak seutuhnya. Perlahan sinar jingga keemasan mentari pagi menyapu setiap bagian dinding dalam kaldera yang mengelilingi danau dan Gunung Baru Jari serta permukaan danau.
ADVERTISEMENT
Di beberapa sudut tepian danau, tampak beberapa pengunjung dan pendaki sedang memancing ikan yang memang sangat banyak hidup Segara Anak. Di antaranya jenis Carper, Mujair dan Nila. Memancing di ikan di danau memang menjadi salah satu aktivitas seru dan mengasyikkan di sini. Hasilnya pun bisa langsung di olah. Ikan segar yang sangat nikmat dimakan di tempat yang begitu indah dan cantik.
Tentu saja kami tidak mau juga kehilangan momen ini. Jodilee warwick dan adiknya Roy Warwick, yang baru pertama kali ke Rinjani terlihat sangat menikmati suasana memancing di Segara Anak. Bahkan, perempuan cantik berdarah indo tersebut, menangkap beberapa ekor ikan langsung dengan dengan tangan kosong, setelah terlebih dahulu menggiringnya.
Kami juga menyusuri sisi danau hingga tepian yang mengarah ke jalur pendakian Senaru, untuk melihat Segara Anak dan Gunung Baru Jari dari sisi yang berbeda. Dari sini, danau tampak lebih luas dan besar seperti lautan. Warna biru dan gelombang air terlihat tenang. Saat matahari mulai terbenam, pemandangannya juga sangat megagumkan dan menakjubkan.
Dekat Gunung Baru Jari, permukaai air danau tampak lebih hijau karena mengandung belerang. Foto: Harley Sastha
Sedangkan, kalau dari tepian danau arah jalur pendakian Sembalun dan Torean, air danau tampak kehijauan. Utamanya yang sangat dekat dengan Gunung Baru Jari, karena air bercampur dengan belerang.
ADVERTISEMENT
Namun, masih sangat disayangkan, saya melihat, sebagian tepi danau masih ada yang terlihat kotor dan berminyak akibat sisa-sisa masakan atau makanan yang dibuang sebagian oknum pengunjung, porter atau pendaki. Sebagian masih belum memahami cara mencuci dan membersihkan perlengkapan memasak dan makan serta membuang sisa makanan dengan benar. Karena, untuk membersihkannya, tidak boleh langsung di pinggir danau. Akibatnya, pemandangan tersebut, sedikit merusak keindahan, kecantikan dan kebersihan Segara Anak. Yuk, sama-sama jaga kebersihan, keberlanjutan dan kelestariannya, dengan tidak meninggalkan sampah apa pun dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pengelola.
Tidak hanya menikmati dan bermain-main di sekitar danau, kami pun menyambangi air ‘kalak’ panas di yang lokasinya tidak jauh dari Segara Anak. Di sana, kami menyempatkan diri untuk berendam merasakan kehangatan airnya yang mengandung belerang. Panorama di sekitar air kalak pun tidak kalah memukau dan memesona.
Empat orang pendaki gunung sedang memancing ikan dari tepian danau sisi jalur pendakian Senaru. Foto: Harley Sastha
Tidak sampai di situ, malam hari pun tidak kalah menakjubkannya. Bersyukur, karena malam itu, langit malam tampak bersih. Ribuan atau mungkin jutaan bintang gemintang tampak bertaburan di langit. Benar-benar sangat indah. Sebagian membentuk beberapa rasi bintang dan sebagiannya lagi ada beberapa yang seperti terjatuh dari langit. Pesona alam malam itu, menjadikan benar-benar menjadikan Segara Anak layaknya sekeping surga di TN Gunung Rinjani yang selalu dirindukan.
ADVERTISEMENT
Nah, bagaimana dengan kamu yang sudah pernah menjejakkan kaki di Segara Anak? Sudah rasa rindu itu datang untuk kembali menyambanginya?