Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Faktor Penyebab Gagalnya Sejumlah Pelajar dalam Menjawab Pertanyaan Sederhana
8 Januari 2025 10:34 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dhea Novi Nurcahyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan Indonesia belakangan ini menjadi topik perbincangan yang hangat karena perannya yang krusial dalam membentuk masa depan bangsa. Masa depan Indonesia sangat bergantung kepada seberapa serius kita memperhatikan pendidikan di negara ini. Dengan langkah yang tepat, pendidikan dapat menjadi fondasi utama dalam menciptakan generasi emas yang siap bersaing di kancah global.
ADVERTISEMENT
Namun, belakangan ini pendidikan di Indonesia kembali dipertanyakan karena adanya konten pada platform TikTok yang menunjukkan segerombolan pelajar tidak mampu menjawab pertanyaan semendasar “Jakarta itu provinsi apa?”. Ketidakmampuan para pelajar dalam menjawab pertanyaan sederhana tersebut menyoroti masalah mendasar dalam sistem pendidikan. Benarkah pendidikan di Indonesia sudah berjalan sesuai harapan? Mengapa masih banyak pelajar yang tidak tahu jawaban dari pertanyaan dasar seperti itu? Lalu, apakah ini pertanda bahwa ada yang keliru dalam sistem pembelajaran atau sistem pengajaran di Indonesia?
Pertanyaan mendasar yang tak terjawab seperti ini seakan mencerminkan adanya masalah serius dalam sistem pendidikan. Salah satu faktor yang perlu disoroti adalah ketidaksesuaian antara kurikulum dan kebutuhan siswa. Kurikulum yang terus berubah dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi penyebab karena tidak diimbanginya dengan persiapan yang matang. Bukan hanya murid yang harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru, tetapi guru juga seringkali kebingungan untuk menyesuaikan metode mengajar dengan segala perubahan yang ada.
ADVERTISEMENT
Kurikulum yang dirancang terlihat kurang fleksibel. Kurikulum yang menuntut banyak hal dalam waktu singkat seringkali memaksa pelajar untuk “belajar cepat” tanpa memberi waktu untuk mereka mendalami materi yang didapat. Hal ini menjadi hambatan karena tidak semua pelajar memiliki kemampuan yang sama dalam menyerap materi dengan cepat. Selain itu, ketidaksesuaian metode dengan kurikulum baru juga menjadi penghambat. Meski seperti saat ini kurikulum merdeka memberikan kebebasan lebih kepada guru untuk mengajar sesuai kebutuhan pelajar, namun implementasinya di lapangan masih belum optimal. Banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan memadai untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan kurikulum baru.
Beberapa komentar berpendapat bahwa gagalnya pelajar tersebut dalam menjawab pertanyaan dasar juga dapat disebabkan oleh ketergantungan pelajar kepada internet khususnya google dalam mencari informasi untuk menjawab pertanyaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini memang banyak pelajar yang lebih memilih mencari jawaban dengan cepat melalui internet daripada memahami sendiri informasi penting. Akibatnya, pelajar cenderung hanya mengetahui jawaban bukan proses dibalik jawaban tersebut. Hal inilah yang memperlemah kemampuan mereka untuk memahami dan mengingat materi dasar yang sebenarnya sangat penting.
ADVERTISEMENT
Akses tanpa batas informasi pada internet seringkali membuat pelajar terjebak dan mempercayai informasi yang tidak relevan. Pelajar seringkali tidak dapat membedakan informasi mana yang akurat dan informasi mana yang tidak akurat. Ketergantungan inilah yang membuat para pelajar susah memotivasi diri mereka untuk mengasah keterampilan belajar mandiri seperti membaca buku, berpikir kritis, dan berdiskusi dalam kelompok.
Bukan hanya kurangnya pengetahuan mereka, tetapi faktor eksternal juga dapat menyebabkan segerombolan pelajar tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan dasar. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi adalah peran orang tua. Orang tua memiliki pengaruh besar dalam motivasi belajar anak. Pelajar yang tidak mendapat dukungan belajar dari orang tua cenderung kehilangan arah dalam pendidikan dan mereka akan kurang terdorong untuk belajar. Hal ini menyebabkan mereka lebih sering mengandalkan internet tanpa memahami esensi materi yang sudah diberikan.
ADVERTISEMENT
Teman sebaya juga memberikan pengaruh yang besar terhadap pendidikan mereka. Ketika mereka berada dalam kelompok yang tidak serius dengan pendidikan mereka, maka pelajar tersebut juga akan cenderung terpengaruh dan berakhir mengabaikan pendidikan mereka. Lingkungan pertemanan yang tidak mendukung ini menjauhkan mereka dari pendidikan sehingga dapat menjadi penyebab tidak tahunya pada hal-hal mendasar.
Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam pemecahan masalah ini. Permasalahan ini mengingatkan bahwa semua pihak harus ikut andil dan menjadi prioritas utama. Pemerintah, pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat perlu bekerja sama demi mewujudkan sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada kelulusan, tetapi juga berorientasi pada penguasaan materi yang akan menjadi fondasi penting bagi pelajar nantinya.
ADVERTISEMENT
Untuk membangun sistem pendidikan yang lebih efektif, harus ada transformasi secara menyeluruh. Kurikulum perlu diperbaharui agar lebih sesuai dan mendukung pemahaman yang mendalam. Guru harus menerima pelatihan yang memadai untuk mengajar dengan cara yang interaktif dan memotivasi. Disamping itu, kemampuan literasi digital juga harus diperkuat agar pelajar bisa menggunakan internet dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Orang tua juga sebaiknya lebih fokus pada Pendidikan anak mereka dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di rumah. Selain itu, kesadaran diri dalam memilih teman yang dapat membantu proses belajar perlu ditanamkan.
Dari sini dapat kita pahami bahwa pendidikan lebih dari sekedar kurikulum, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman belajar yang signifikan dan sesuai. Dengan perubahan yang tepat, sistem pendidikan di Indonesia dapat berkembang menjadi lebih baik dan melahirkan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga generasi yang siap dalam menghadapi tantangan dunia. Melalui kerja sama yang efektif dari semua pihak, pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan sehingga menghasilkan generasi yang memiliki keterampilan berpikir analitis dan inovatif.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya tentang nilai pada raport, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengerti, menyesuaikan diri, dan berkembang secara menyeluruh.