Konten dari Pengguna

Ajak Anak-anak Pahami Isu dan Manajemen Sampah

Haryo Pamungkas
Majnun yang mencariMu. Mahasiswa FEB Universitas Jember dan asisten bidang IT dan Publikasi Imaji Sociopreneur.
7 November 2021 14:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haryo Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak mengunjungi Bank Sampah Mawar Putih Karang Templek, Kec. Ambulu, Jember. Foto: Haryo Pamungkas.
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak mengunjungi Bank Sampah Mawar Putih Karang Templek, Kec. Ambulu, Jember. Foto: Haryo Pamungkas.
ADVERTISEMENT
Sejumlah siswa MIMA 35 Nurul Ulum Watukebo sekaligus peserta didik pendidikan minat dan bakat Imaji Academy Omah Rimba Watukebo mengunjungi Bank Sampah Mawar Putih di Dusun Karang Templek, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (6/11) dalam rangka pengenalan bank sampah dan praktek pemilahan serta pengelolaan sampah.
ADVERTISEMENT
Di sana, peserta didik bukan hanya dikenalkan bagaimana mekanisme mengelola sampah, namun juga pentingnya pemilahan beragam jenis sampah sejak dari rumah serta dampak buruk apabila sampah tidak dikelola dengan baik.
Kawan belajar sekaligus pendiri Omah Rimba, Gunawan mengatakan, pengenalan bank sampah kepada anak-anak dapat menjadi edukasi alternatif dan rekreatif. Anak-anak, ujarnya, mendapatkan media belajar baru dalam memahami permasalahan sampah.
“Anak-anak mendapat 3 hal mendasar dalam menumbuhkan pola hidup baik. Satu, hidup sehat dengan mengelola sampah dan memahami jenis sampah pada lingkungannya. Dua, menabung untuk bekal menaikan taraf hidup. Tiga, membangun solidaritas dan dasar social-entrepreneurship,” ujarnya.
Seorang anak tengah berpraktek memilah sampah sesuai jenisnya. Foto: Haryo Pamungkas
Lebih lanjut, ia pun mengatakan menanamkan kepedulian mengelola sampah sejak dini memang menjadi keharusan. Pasalnya, manajemen sampah menjadi komponen penting dalam mengatasi krisis lingkungan dan iklim.
ADVERTISEMENT
Data National Plastic Action Partnership pada April 2020 lalu, misalnya, menyebut 67,2 juta ton sampah di Indonesia menumpuk setiap tahun. Sekitar 60-75 persen merupakan jenis sampah rumah tangga dan 620 ribu ton di antaranya ditengarai mencemari sungai, danau, dan laut.
“Jika anak-anak bisa disiplin dalam melakukan kepedulian terhadap sampah, ini juga sebagai bentuk kampanye moral untuk para orang dewasa (orang tua) yang acuh pada permasalahan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah. Hari ini persoalan sampah di desa telah sama, bahkan kadang lebih parah dari sampah kota,” tambahnya.
Relawan tutor pengajar kelas sociopreneur Imaji Academy Ilbana (23) mengatakan, kunjungan ini tidak hanya berjalan satu arah. Sebab, anak-anak turut mengajak pengurus Bank Sampah Mawar Putih untuk mengumpulkan kaus bekas yang akan didaur ulang oleh mereka di kelas sociopreneur yang dilaksanakan setiap Minggu di Imaji Academy Omah Rimba.
ADVERTISEMENT
“Kami juga mengajak ibu-ibu pengurus bank sampah untuk mengumpulkan kaus bekas yang akan didaur ulang dengan metode tie dye oleh anak-anak,” terangnya.
Sambut Positif
Pihak bank sampah Mawar Putih turut mengapresiasi kunjungan tersebut. Ketua Bank Sampah Mawar Putih, Ike Rahmawati berharap, lewat kunjungan tersebut anak-anak dapat lebih memahami bahwa sampah yang selama ini tampak tidak bernilai, ternyata masih memiliki nilai manfaat apabila dikelola dengan baik.
“Saya berharap bisa menularkan ilmu lewat kunjungan kemarin, utamanya mengenai membedakan mana sampah organik dan non organik. Bahwa sampah ternyata masih memiliki nilai manfaat apabila dikelola dengan benar,” ujarnya.
Ike Rahmawati, Ketua Bank Sampah Mawar Putih mendampingi anak-anak saat kunjungan. Foto: Haryo Pamungkas
Sambutan positif juga diutarakan asisten program Imaji Lingkungan Dona Rendra (23) yang turut mendampingi anak-anak saat kunjungan. Menurutnya, edukasi pentingnya mengelola sampah sejak dini dapat memicu anak menjadi aktor pemilahan sampah di rumah.
ADVERTISEMENT
“Harapannya setelah ini anak-anak bisa menjadi aktor pemilahan sampah di rumahnya,” ujarnya.
Dibanding generasi lain, milenial memang digadang-gadang memiliki kepedulian lebih terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim. Greta Thunberg, remaja berusia 18 tahun asal Swedia, misalnya, sedari kecil telah lantang menyuarakan krisis lingkungan dan iklim. Tugas bersama selanjutnya adalah bagaimana menurunkan semangat Greta kepada anak-anak di Indonesia, demi masa dapan mereka. (*)