Meningkatkan Kesadaran Lingkungan: Peringatan Hari Pengurangan Emisi CO2

Helenerius Ajo Leda
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Pemerintahan, STPM Santa Ursula Ende
Konten dari Pengguna
29 Januari 2024 7:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Helenerius Ajo Leda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi karbon dioksida Foto: geralt/pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi karbon dioksida Foto: geralt/pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari Pengurangan Emisi CO2 Internasional (International Day for Reducing CO2 Emissions) pada 28 Januari 2024 menandai momen penting bagi dunia dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Peringatan ini dirayakan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan menggerakkan aksi kolektif masyarakat dunia dalam menjaga lingkungan dan keberlanjutan planet bumi dengan mengurangi jejak karbon atau emisi CO2.
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Pengurangan Emisi CO2 Internasional berawal dari keprihatinan akan perlunya mengurangi emisi gas rumah kaca. Sejak tahun 1896, berbagai aliran penelitian telah dilakukan untuk mempelajari perubahan iklim, emisi, dan pengaruhnya terhadap pemanasan global. Para ilmuwan kemudian memberikan warning bahwa perubahan tingkat karbon dioksida di atmosfer berpotensi mengubah suhu permukaan bumi dengan efek rumah kaca (detik.com, 23 Januari 2024).
Hasil penelitian yang terus dilakukan oleh para ilmuwan, semakin jelas terungkap bahwa planet ini mengalami pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon. Bukti-bukti yang ditemukan mencakup kenaikan permukaan air laut, meningkatnya kekeringan, kebakaran hutan yang parah, serta penurunan pasokan air. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pemanasan global telah menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian dan tindakan serius dari seluruh masyarakat global.
ADVERTISEMENT
Berbagai negara industri mulai merespons dengan berbagai upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada tahun 1997 yang menandai langkah pertama dalam komitmen akan penggunaan emisi. Kemudian, adopsi Perjanjian Paris pada tahun 2015, yang mengikat secara hukum 196 negara, menetapkan komitmen untuk membatasi pemanasan global dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Komitmen tersebut kemudian melahirkan peringatan Hari Pengurangan Emisi CO2 Internasional diadakan pada 28 Januari.

Tantangan Pengurangan Emisi CO2

Kendati demikian, komitmen untuk mengurangi emisi CO2 belum mampu menstabilkan kondisi suhu bumi. Perlu diakui bahwa, kita masih emoh untuk meneguhkan komitmen membatasi pemanasan global dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Saat ini cuaca yang sangat ekstrem telah menjelma menjadi bencana. Dari hari ke hari kita tengah berhadapan dengan dampak dari peningkatan suhu bumi yang merupakan hasil dari peningkatan emisi gas rumah kaca.
ADVERTISEMENT
Catatan dari Copernicus Climate Change Service (C3S)-Uni Eropa menyebut, suhu pada tahun 2023 adalah 0,60 derajat celsius lebih panas dibandingkan suhu rata-rata pada tahun 1991-2020 dan 1,48 derajat celsius lebih panas dibandingkan tingkat suhu pra-industri pada tahun 1850-1900 yang sebesar 13,5 derajat celsius. Proyeksi juga menunjukkan potensi kenaikan suhu yang lebih tinggi pada tahun 2024 dan seterusnya. Meningkatnya suhu bumi merembet kepada banyak persoalan lain termasuk ketersediaan lahan, rusaknya keanekaragaman hayati, biota laut, hingga dampak kesehatan, kemiskinan, dan kerawanan pangan (Kompas, 11 Januari 2024).
Menurut laporan The International Energy Agency (IEA) bahwa ketergantungan besar pada sumber energi fosil menjadi salah satu faktor utama emisi gas rumah kaca. Sektor-sektor ekonomi seperti industri, pembangkit listrik, pertanian, dan transportasi yang didominasi oleh energi fosil berkontribusi besar pada emisi gas rumah kaca. Karbon dioksida dilepaskan ketika bahan bakar fosil, seperti minyak, batubara, atau gas alam, dibakar untuk menggerakkan mobil, pesawat, rumah, dan pabrik. Ketika gas memasuki atmosfer, ia memerangkap panas dan berkontribusi pada pemanasan iklim (Kompas.id, 02 Maret 2023).
ADVERTISEMENT

Langkah-langkah menuju Pengurangan Emisi CO2

Menghadapi tantangan ini, maka upaya untuk mencapai pengurangan emisi CO2 yang signifikan, diperlukan langkah-langkah konkret dari berbagai pihak. Pemerintah dapat memainkan peran kunci dengan merumuskan kebijakan yang mendukung peralihan ke sumber energi terbarukan (reduksi emisi karbon) dengan mendorong investasi dan pengembangan teknologi hijau dan inovasi di sektor energi.
Pengembangan teknologi penyimpanan energi, peningkatan efisiensi energi, dan penemuan solusi alternatif melalui penelitian inovatif untuk produksi energi adalah bagian penting dari solusi jangka panjang. Dukungan untuk penelitian dan pengembangan di bidang ini harus didorong secara global.
Setiap individu juga memiliki andil dalam mengurangi emisi CO2. Menerapkan gaya hidup berkelanjutan, seperti menggunakan transportasi umum, mengurangi penggunaan plastik, dan menghemat energi di rumah, dapat berkontribusi secara positif. Edukasi publik juga penting untuk meningkatkan kesadaran akan dampak kecil yang dapat dilakukan setiap orang.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, peringatan Hari Pengurangan Emisi CO2 pada 28 Januari adalah panggilan untuk bertindak, bukan sekedar omon-omon atau jargon politik-ekonomi belaka. Keberlanjutan harus menjadi pusat dari setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat global.
Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan perubahan positif yang dapat merangsang transisi ke masyarakat yang lebih berkelanjutan. Setiap langkah, sekecil apapun, dapat memiliki dampak positif. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama merayakan Hari Pengurangan Emisi CO2 pada 28 Januari dengan tekad untuk menjadi agen perubahan dalam perlindungan lingkungan dan mewariskan planet yang lebih baik kepada generasi mendatang.