Konten dari Pengguna

Negarawan Club, Melampaui Presidential Club

Hent AjoLeda
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Pemerintahan, STPM Santa Ursula Ende
16 Mei 2024 18:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hent AjoLeda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dalam Qatar Economic Forum. Foto: Dok. YouTube Bloomberg Live
zoom-in-whitePerbesar
Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dalam Qatar Economic Forum. Foto: Dok. YouTube Bloomberg Live
ADVERTISEMENT
Rencana pembentukan Klub Presidensial yang diusulkan oleh Prabowo Subianto, Presiden terpilih Indonesia untuk periode 2024-2029, adalah sebuah forum para mantan presiden seperti Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko Widodo (Jokowi) untuk berdiskusi dan bertukar pikiran untuk isu-isu strategis bangsa.
ADVERTISEMENT
Ide ini kemudian mendapat tanggapan dan menuai kritik oleh beberapa pihak, termasuk Megawati Soekarnoputri, yang menganggap bahwa klub ini dapat menjadi ajang cawe-cawe yang akan mengganggu start kepemimpinan Prabowo ke depan.
Beberapa pihak lain, juga mengatakan bahwa klub ini belum jelas tujuan dan fungsinya, serta bahwa komunikasi antara presiden dapat dilakukan secara personal tanpa perlu organisasi formal seperti klub.
Ada juga yang mengungkapkan kekhawatiran bahwa klub ini dapat membantu Prabowo memperkuat legitimasinya, serta dapat mengarah pada konsolidasi kekuasaan oligarki yang dapat merusak demokrasi di Indonesia.
Akan tetapi ide klub presidensial juga diapresiasi dan dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan spirit kontinuitas dan kesatuan, serta untuk memperoleh masukan dan pengalaman dari para presiden sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Klub ini juga dianggap akan memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat, seperti memberikan saran kepada pemimpin masa kini yakni Prabowo-Gibran dalam memperkuat kesatuan dalam menghadapi tantangan, dan menjembatani kesenjangan generasi dan pengalaman.
Namun, keberhasilan klub ini juga tergantung pada bagaimana Prabowo dapat mengelola klub ini dan mengatasi beberapa tantangan yang timbul dari ketegangan politik dan ego di antara mantan presiden. Pasalnya, hubungan yang tegang antara mantan presiden Megawati dan SBY, serta ketegangan terkait Pilpres 2024 antara Megawati dan Jokowi.
Tentunya keberhasilan klub ini bisa membawa dampak positif bagi dinamika politik Indonesia, tetapi kegagalan bisa memperburuk ketegangan politik dan menghambat pembangunan nasional.

Presidential Club dan Prabowo Sebagai Intermediary Actor

Menghadapi tantangan dalam pembentukan presidential club yang mungkin muncul karena telah dikondisikan oleh hubungan yang tegang antara ketiga mantan presiden, maka kunci utama terletak di tangan Prabowo sebagai intermediary actor dalam memfasilitasi dialog yang konstruktif di antara para mantan presiden.
ADVERTISEMENT
Secara harafiah, Intermediary diartikan sebagai penghubung atau penengah. Maka dari itu, intermediary aktor  hadir dengan memposisikan dirinya sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai kepentingan.
Jika tidak berlebihan, penulis memparafare pandangan Noeleen Heyzer dalam Afan Gaffar (2006: 203) bahwa, terdapat tiga jenis peranan yang dapat dimainkan oleh intermediary aktor yakni, pertama, mendukung dan memberdayakan.
Kedua, meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jaringan kerja sama dan kolaborasi. Ketiga, ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan (Afan Gaffar, 2006: 203).
Dengan demikian, dalam konteks ini, presidential club sebagai wadah dan forum ekslufif para mantan presiden untuk berdiskusi dan bertukar pikiran terkait isu-isu strategis bangsa dapat berhasil jika Prabowo memiliki kepiwaian sebagai aktor penengah atau jembatan.
ADVERTISEMENT
Kepiwaian berdiplomasi dalam membangun komunikasi dan dialog  di antara para mantan presiden. Membangun kultur kenegarawan para mantan presiden untuk saling mendukung dan meberdayakan dalam menentukan arah pembangunan Inonesia ke depan.
Dengan berperan sebagai intermediary aktor, maka kemudian klub ini diharapkan dapat berperan sebagai wadah para negarawan untuk berpikir secara serius bagi pembangunan nasional.

Negarawan Club: Melampaui Presidential Club

Para mantan presiden: Megawati, SBY, dan Jokowi, bukan sekadar tokoh politik Indonesia, lebih dari itu mereka adalah Negarawan. Namun mereka memiliki hubungan yang terkadang rumit.
Konflik masa lalu dan ketegangan politik mempengaruhi dinamika hubungan mereka. Sebagai negarawan sejati, mereka seharusnya mampu meletakkan perbedaan politik dan ego pribadi di samping demi kepentingan yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Negarawan adalah sosok yang sepenuh jiwa raga mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara, kaya gagasan untuk memandu bangsa ke depan, disertai keluhuran budi pekerti dan laku teladan arif bijaksana.
Kata orang Jawa seorang negarawan memiliki watak: "sepi ing pamrih rame ing gawe, yang artinya tidak mengharapkan imbalan atau balasan namun tetap sungguh-sungguh dalam bekerja (Bharoto, Kompas 6 September 2021).
Atau kata orang Flores-Nagekeo, pemimpin itu harus: "mosa ngai laki zede" (pemimpim yang arif dan bijaksana), "mosa modhe laki pawe" (pemimpin yang baik), "mosa milo laki lina" (pemimpin yang bersih), "mosa kisa, ma'e mosa wisa" (pemimpin yang adil dan tidak memihak).
Ketegangan politik di antara mereka bukanlah sikap seorang negarawan sejati. Seorang negarawan sejati adalah tokoh yang sudah selesai dengan dirinya,ia fokus pada kepentingan kolektif rakyat.
ADVERTISEMENT
Negarawan sejati akan menempatkan kepentingan nasional di atas segalanya, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama demi kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, presidensial klub harus melampaui menjadi negarawan club menjadi simbol persatuan-kesatuan dan kontinuitas dalam kepemimpinan Indonesia. Wahana bagi pembaharuan dan pembaruan dalam tata politik-kenegaraan Indonesia.