Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Presiden Penakluk Perempuan
7 November 2024 9:53 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun 2016, sejatinya Joe Biden, Wapres Amerika saat itu, sesuai tradisi, memiliki potensi dan peluang paling besar untuk menjadi Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat.
ADVERTISEMENT
Namun, alih-alih menjadi capres, bahkan menjadi bacapres yang ikut konvensi pemilihan Capres Partai Demokrat pun Joe Biden memutuskan untuk tidak ikut.
Berbagai alasan logis coba dibangun untuk itu, mulai dari alasan mau fokus untuk keluarga dan lain sebagainya. Namun semua orang paham, Joe Biden mengalah untuk Hillary Clinton.
Ya, Hillary, perempuan hebat partai demokrat, ikon Partai Demokrat tentang perempuan cerdas dan pekerja keras dengan kemampuan leadership yang mumpuni berbasis jam terbang politik yang tinggi sebagai calon Commander in Chief Amerika Serikat sesuai nilai-nilai Partai Demokrat.
Benar saja, Hillary akhirnya memenangkan nominasi Partai Demokrat sebagai calon presiden untuk Pilpres 2016 dalam konvensi Partai Demokrat.
Sejarah langsung tertoreh. Seorang perempuan, mantan Ibu Negara, mantan Senator, dan Mantan Secretary of State (urutan ke empat dalam sistem kekuasaan Amerika) terpilih sebagai calon presiden perempuan pertama dalam sejarah kontestasi Pilpres Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Jangan ditanya bagaimana popularitas Hillary Clinton saat itu. Jangan ditanya bagaimana aliran dana sponsor untuk mendukung kampanye Hillary, buaanyaaakk.
Hampir semua lembaga survei memprediksi Hillary Clinton akan memenangkan Pilpres.
Bagaimana mungkin seorang Donald Trump yang tidak punya pengalaman sama sekali di pemerintahan dan politik akan mengalahkan perempuan hebat ini?
Itulah pertanyaan yang ada di benak banyak orang dan di benak banyak pesohor negara, bahkan dunia, termasuk para Pemred.
Faktanya, memang Hillary Clinton memenangkan popular vote lebih 3 (tiga) juta suara dibanding Capres Donald Trump.
Namun, faktanya juga, sistem electoral collage membawa Donald Trump menjadi pemenang Pilpres 2016.
Hillary memang telah memecahkan "kaca-kaca langit", meminjam istilah Hillary Clinton, sebagai perempuan pertama yang memenangkan nominasi capres partai.
ADVERTISEMENT
Namun strategi Pilpres berbasis electoral collage Capres Donald Trump begitu kuatnya sehingga "kaca-kaca langit" Pilpres hanya retak-retak saja melalui popular vote yang dimenangkan Hillary, belum sampai pecah melalui electoral collage.
Hillary Clinton perempuan pertama di mana Joe Biden mengalah sekaligus perempuan capres pertama juga yang berhasil ditaklukkan Donald Trump.
*
Tahun 2020 Joe Biden tak mau mengalah lagi, walau umurnya sudah 78 tahun, dia maju dalam konvensi pemilihan Capres Partai Demokrat untuk menguji siapa di antara Bacapres Partai Demokrat yang paling layak dan paling memiliki peluang mengalahkan Presiden Donald Trump pada Pilpres 2020 dan membawa nilai-nilai Partai Demokrat ke Gedung Putih.
Joe Biden bertarung sengit dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat walau sedang tidak memiliki jabatan apa pun.
ADVERTISEMENT
Joe Biden memenangkan konvensi dan mendapatkan nominasi sebagai Capres Partai Demokrat.
Hillary memutuskan tidak maju dalam konvensi semenjak awal. Hillary berkampanye agresif untuk Joe Biden setelah Joe Biden resmi sebagai Capres Partai Demokrat.
Nyawa politik seorang Joe Biden seolah hidup kembali setelah sebelumnya hampir habis jika Hillary memenangkan Pilpres 2016.
Jika Hillary memenangkan Pilpres 2016, kesempatan Joe Biden hampir tidak akan ada lagi untuk maju sebagai capres mengingat umurnya.
Joe Biden menang Pilpres Amerika 2020. Partai Demokrat kembali ke Gedung Putih. Nyawa politik Joe Biden bersinar kembali.
*
Joe Biden awalnya masih bersemangat maju pada Pilpres Amerika tahun 2024.
Pun Joe Biden telah memenangkan nominasi pada konvensi Partai Demokrat sebagai capres yang diusung untuk Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
Pun Joe Biden telah mengumumkan akan tetap berpasangan dengan Kamala Harris sebagai Cawapres.
Pun Joe Biden sudah melakukan debat perdana dengan capres yang berhasil memenangkan nominasi Partai Republik, Donald Trump.
Namun rasionalitas politik tingkat dewa membawa Joe Biden kembali harus mengalah. Mendengarkan masukan dan seruan dari teman separtai.
Tidak melanjutkan pertarungan memperebutkan penghuni sah ruang oval Gedung Putih walaupun tiket bertarung itu sudah dalam genggaman.
Joe Biden secara terbuka mendukung para elector yang seharusnya memilihnya dalam konvensi Partai Demokrat agar memilih Kamala Harris, sang wakil presiden yang telah mendampinginya selama 4 (empat) tahun terakhir di Gedung Putih.
Joe Biden mengalah kedua kalinya dan untuk kedua kalinya pula memberikan tiket bagi seorang perempuan untuk maju bertarung dalam kontestasi Pilpres sebagai Calon Presiden Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Sejarah Amerika tentu akan mencatat hal ini dengan tinta emas. Terutama aktivis perempuan Amerika, bahkan aktivis perempuan seluruh dunia.
*
Hampir semua media dunia sudah memberitakan. Donald Trump kembali menahan agar "kaca-kaca langit" Pilpres Amerika tidak pecah, hanya retak-retak, bagi seorang capres perempuan.
Donald Trump mencatatkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat kedua yang mampu kembali ke Gedung Putih setelah pernah kalah sebagai patahana pada Pilpres 2020.
Bedanya, kalau presiden ke 22 dan 24, Grover Cleveland, berasal dari Partai Demokrat yang diselingi presiden dari Partai Republik, sementara Donald Trump presiden ke 45 dan 47 yang berasal dari Partai Republik yang diselingi presiden dari Partai Demokrat.
Kamala Harris perempuan kedua di mana Joe Biden mengalah dan perempuan capres kedua juga yang berhasil ditaklukkan Donald Trump.
ADVERTISEMENT
*
Secara berkelakar ada yang mengatakan, Donald Trump adalah Presiden Amerika satu-satunya yang pernah bertarung dengan 2 (dua) capres perempuan dan satu-satunya Presiden Amerika yang mampu menalukkan kedua perempuan capres tersebut.
Entah berapa puluh tahun bahkan abad ke depan baru akan ada lagi capres seperti Donald Trump, capres penakluk dua capres perempuan.
Kita tunggu saja, terima kasih