Maaf Arema FC, Kamu Tidak Peka dan Aku Kecewa

Herlambang Fadlan Sejati
Alumnus FH Univ. Gadjah Mada yang selalu mencintai musik dan sepakbola
Konten dari Pengguna
2 Februari 2023 6:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Herlambang Fadlan Sejati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Manajer Arema FC Ali Fikri (kiri), Ketua Panitia Pelaksana Abdul Haris (dua dari kiri), dan 2 tim kuasa hukum saat konferensi pers di kantor Arema FC Jalan Mayjen Pandjaitan, Malang, Jumat (7/10/2022). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Manajer Arema FC Ali Fikri (kiri), Ketua Panitia Pelaksana Abdul Haris (dua dari kiri), dan 2 tim kuasa hukum saat konferensi pers di kantor Arema FC Jalan Mayjen Pandjaitan, Malang, Jumat (7/10/2022). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“wong salah ora gelem ngaku salah, suwe-suwe sopo wonge seng betah,…….” (orang salah tidak mau mengaku salah, lama-lama siapa yang kuat) - Suket Teki, Didi Kempot.
ADVERTISEMENT
Tembang sang maestro campur sari itu dinyanyikan dengan lantang oleh Brigata Curva Sud (BCSXPSS1976) ultras dari PSS Sleman, dalam laga PSS Sleman vs Arema FC di Stadion Maguwoharjo tempo hari lalu.
Psywar dilakukan baik dalam bentuk banner maupun chant. Arema FC menjadi pesakitan di Sleman, tulisan di banner yang cukup menohok terpasang di segala penjuru stadion, misalnya All Victims go to Heaven, Arema go to Hell/+135 Nyawa Dibuat Canda/Arema Shame on You/Where is Justice/dan berbagai tulisan lain yang sekiranya menurunkan mental Arema FC.
Banner yang berisi sindiran terhadap Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Foto: @PSSleman/twitter.
Khusus chant, BCSXPSS1976 yang biasanya tidak suka menyerang klub lain namun kemarin melakukan hal tersebut. Pro dan kontra pun mencuat di kalangan pecinta sepak bola Indonesia, namun tidak ada api jika tidak ada asap.
ADVERTISEMENT
BCSXPSS1976 hanya ingin agar Arema FC sadar diri atas fakta yang sebenarnya terjadi. Rentetan peristiwa pun terjadi pasca pertandingan yang dimenangkan oleh PSS Sleman dengan skor 2-0 tersebut, seperti penyerangan bus yang ditumpangi oleh Arema FC oleh oknum Sleman Fans, penyerangan bus yang ditumpangi oleh Persis Solo oleh oknum Persita Fans, cuitan Twitter Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, agar Tragedi Kanjuruhan harus diusut tuntas dengan mention Kapolri dan PSSI, penyerangan kantor Official Arema FC (Kandang Singa) oleh Aremania, hingga hembusan kabar dari manajemen Arema FC yang ingin membubarkan Arema FC namun ditarik kembali.
BCSXPSS1976 hanya ingin agar Aremania juga sadar untuk lebih lantang meruntuhkan tirani manajemen yang berlindung di bawah “independensi” PSSI.
Tangkapan layar video AFPTV yang diambil pada 1 Oktober 2022 ini menunjukkan gas air mata di tengah orang-orang berlarian di lapangan usai pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Foto: AFPTV
Kesaktian Arema FC harus hilang dulu, atau luntur bersama masih basahnya tanah makam 135 korban Tragedi Kanjuruhan. Aksi yang berujung penyerangan terhadap kantor Official Arema FC (Kandang Singa) oleh Aremania melalui kacamata hukum negara memang tidak dapat dibenarkan.
ADVERTISEMENT
Namun, itulah api yang disulut sendiri oleh Arema FC yang masih saja bisu dan hanya sendiko dawuh (siap dan taat) menjalankan hukuman dari PSSI.
Bagi mayoritas pecinta sepak bola Indonesia terlalu ringan dan mencederai tujuan hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan, kepastian. Tidak ada parameter yang jelas dalam penjatuhan sanksi oleh PSSI, sehingga hasilnya terkesan subjektif.
Sebagai contoh pertandingan yang digelar di kandang Persib Bandung di tahun 2018 telah mengakibatkan 1 orang meninggal dunia saja sampai membuat Persib Bandung harus menjalani laga di luar pulau hingga akhir musim dan pertandingan kandang tanpa penonton sampai setengah musim di tahun berikutnya.
Suasana dalam Stadion Kanjuruhan, sepekan setelah tragedi Foto: Abdul Latif/kumparan
Adapun pertandingan yang digelar di kandang Arema FC dan mengakibatkan 135 meninggal dunia hanya diberikan sanksi berupa laga kandang dengan radius minimal 250 km dari Malang tanpa penonton selama 8 pertandingan.
ADVERTISEMENT
Pasca putusan sanksi oleh PSSI dan sikap Arema FC sendiri yang sendiko dawuh (siap dan taat) terhadap putusan ternyata melunturkan simpati mayoritas pecinta sepak bola nasional terhadap Arema FC.
Bahkan hal tersebut juga mengakibatkan perpecahan yang semakin meruncing di dalam Aremania sendiri. Perlu diketahui jika perpecahan Aremania terjadi semenjak dualisme di dalam tubuh Arema, yang mana hingga saat ini ada dua Arema yang masih eksis yaitu Arema FC dan Arema Indonesia.
Secara tidak langsung, sifat revolusioner dan kritis BCSXPSS1976 memberikan efek domino berbagai kejadian frontal yang puncaknya penyerangan kantor Official Arema FC (Kandang Singa) oleh Aremania.
Sejumlah warga dan suporter Arema FC (Aremania) membawa replika keranda mayat saat berunjuk rasa di depan Balai Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (27/10/2022). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
Berbagai hal atas dasar main hakim sendiri memang tidak dapat dibenarkan, namun terkadang sanksi sosial seperti itu yang lebih cepat mewujudkan kesadaran.
ADVERTISEMENT
Sejenak teringat Film Sobat Ambyar, di mana Jatmiko berkata kepada Kopet, “aku isih nduwe kesempatan pet, aku cuma butuh waktu” (aku masih punya kesempatan Pet, aku cuma perlu waktu”).
Kopet yang diperankan oleh Erick Estrada menjawab, “ora, seng mbok butuhke ki uwong seng nggo ngampleng ndasmu ben kowe sadar” (Gak, yang kamu butuhkan adalah orang untuk memukul kepalamu agar kamu sadar”).
Aremania harus bisa lebih keras terhadap Arema FC meski harus berbenturan dengan sesama Aremania namun inilah proses yang harus dilalui. Pujangga menyatakan, terkadang dalam kehidupan harus melalui konflik dan kehilangan untuk mencapai kejayaan.
Antrean suporter di ticket box Kantor Arema FC, jelang uji tanding melawan Timnas U-22. Foto: Avrista/kumparan
Pasca penyerangan kantor Official Arema FC (Kandang Singa), Direksi Arema FC mempertimbangkan eksistensi klub termasuk kemungkinan terburuk untuk membubarkan tim, karena yang dialami Arema FC atas insiden ini tetap tidak sebanding dengan rasa duka yang dialami Aremania saat peristiwa Kanjuruhan.
ADVERTISEMENT
Sebelum dalam website terbarunya menyatakan berbeda lagi sebagai akibat Aremania yang didirijeni Yuli Sumpil memberikan dukungan terhadap eksistensi Arema FC.
Duuuh, piye to kih (Aduh, bagaimana sih ini), esensi dari pokok permasalahan adalah ketidakterbukaan penanganan Tragedi Kanjuruhan dan PSSI yang tidak tegas dalam memberikan hukuman diperparah dengan Arema FC yang tidak peka untuk memberikan kritik terhadap dirinya sendiri, bukan tentang eksistensi Arema FC, toh jika memang kemungkinan terburuk itu terjadi Malang tidak akan kehilangan identitas Arema, karena Arema di Malang juga lebih dari satu. Bersatulah, sam!