Percayalah, AC Milan dan Juventus Kalah Sakti Mandraguna dari Arema FC

Herlambang Fadlan Sejati
Alumnus FH Univ. Gadjah Mada yang selalu mencintai musik dan sepakbola
Konten dari Pengguna
26 Januari 2023 14:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Herlambang Fadlan Sejati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Doa bersama dan Konser Amal Salam Satu Jiwa dalam rangka memperingati 100 hari Tragedi Kanjuruhan digelar di Gladiator Arena, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (8/1/2023). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Doa bersama dan Konser Amal Salam Satu Jiwa dalam rangka memperingati 100 hari Tragedi Kanjuruhan digelar di Gladiator Arena, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (8/1/2023). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arema degradasi opo pengurangan poin wae kita lilo legowo kok, Bro (Arema degradasi atau pengurangan poin pun kita ikhlas kok, Bro)," seloroh Putra (samaran), salah satu teman yang aktif di Korwil Aremania Banyumas.
ADVERTISEMENT
Perkenalkan Putra, teman sedari kecil yang memang hobi sepakbola garis keras, entah itu di lapangan maupun video game. Tempo hari aku sedang di angkringan bersama Putra. Dia tiba-tiba memanggil sambil menunjuk ponsel pintarnya.
“Mbang, mreneo tak genai (Mbang, sini aku beri tahu)!"
Ternyata dia ingin tunjukkan foto pasca pertemuan Aremania Korwil Kedu. Sekilas aku mengamati bahwa pertemuan itu semacam penguatan internal atau semacam temu kangen, agar tetap solid di antara pada pendukung Arema dari daerah Kedu dan sekitarnya.
“Bro, ora isin foto-foto bareng ngono kui? (Bro, tidak malu foto bersama seperti itu?)," celetukku, mengingat tragedi Kanjuruhan juga dari Arema-Aremania, oleh Arema-Aremania, dan untuk Arema-Aremania.
“Asline isin, tapi piye neh (aslinya malu, tapi bagaimana lagi)? Toh ini juga konsolidasi antar Aremania dan memang ada diskusi legowonya jika Arema harus mendapat hukuman lebih tegas dari PSSI seperti pengurangan poin bahkan degradasi," jawab Putra.
ADVERTISEMENT
Setelah itu kami terdiam. Aku berpikir sejenak sambil menyeruput Susu Jahe hangat, menu andalan angkringan.
Sudah jelas PSSI kurang tegas dalam mengambil keputusan. Maka, seharusnya manajemen Arema FC berani ambil sikap tegas. Suporter juga harus berani memberikan kritik kepada klub kebanggaannya sendiri. Jangan biarkan yang kau cintai terpuruk dalam suatu kekeliruan.
Spanduk bertuliskan 'Justice For Kanjuruhan' terpasang saat suporter mendukung Timnas Indonesia dalam pertandingan Grup A Piala AFF 2022 melawan Timnas Kamboja di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Jumat (23/12/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
PSSI? Hal yang menjadi cerita kecewa bercampur gelak tawa jika mengingat federasi sepak bola tertinggi di Indonesia itu. Pada sepak bola semua bisa terjadi, mulai dari murni olahraga, bisnis, judi, skandal pengaturan skor, dan skandal-skandal lain seiring perkembangan dunia. Bahkan di negara yang menjadi kiblat sepakbola dunia sekalipun.
Sejenak terbang ke Italia, yang mempunyai Federazione Italiana Giuoco Calcio (FIGC) sebagai federasi sepak bola tertinggi. Italia telah membuktikan bahwa sepak bola bagaikan roller coaster yang membolak-balikkan keadaan dengan cepat.
ADVERTISEMENT
Pernah mengalami kejayaan di era 80 hingga 90-an, hingga muncul skandal pengaturan skor (calciopoli) di tahun 2006 yang menjerat klub terbaiknya yaitu AC Milan dan Juventus. FIGC pun dengan tegas memberikan hukuman degradasi ke Serie B kepada Juventus dan pengurangan poin kepada AC Milan. Terbaru di awal tahun 2023 ini, lagi-lagi Juventus dihukum FIGC pengurangan poin akibat kasus rekayasa transfer pemain (plusvalenza).
Kembali kepada pembahasan awal, PSSI tidak bisa tegas terhadap klub Arema FC yang juga menjadi penyebab 135 orang meninggal dunia pasca Tragedi Kanjuruhan. PSSI hanya menjatuhkan denda uang dan hukuman tidak boleh bertanding di kandang sendiri. Artinya poin Arema FC di Liga 1 Indonesia tidak tersentuh, bahkan tetap berada di Liga 1 Indonesia karena tidak didegradasi. Ironis bukan?
ADVERTISEMENT
Di Italia yang juga banyak mafia saja berani mendepak klub mapan dan berprestasi di dunia seperti AC Milan dan Juventus, padahal kasusnya tidak sampai mengakibatkan hilangnya nyawa. Akan tetapi di Indonesia tidak demikian. PSSI terlalu lemah gemulai atau Arema FC yang sakti mandraguna dalam kasus Tragedi Kanjuruhan.
Pada mula kasus Tragedi Kanjuruhan hampir semua klub berempati dengan Arema FC. Bahkan dunia internasional memberikan atensi khusus kepada Arema FC, khususnya Aremania yang mayoritas meninggal dunia dalam tragedi tersebut.
Tragedi Kanjuruhan belum tuntas tiba-tiba PSSI membuat keputusan agar Liga 2 dan Liga 3 Indonesia dihentikan di tengah berlangsungnya kompetisi sehingga tidak ada degradasi. Sebuah lelucon sekelas level kompetisi resmi. Sepak bola menjadi ajang mencari keringat saja agar tetap sehat, atau PSSI murni ingin menerapkan filosofi Mensana In Corpore Sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat).
ADVERTISEMENT
Mengapa tidak menghentikan Arema FC saja di sisi kompetisi? Mengapa tidak mendegredasi Arema FC saja? Mengapa tidak membubarkan Arema FC saja? Mengapa harus Liga 2 dan Liga 3 yang harus menjadi korban? Itu menjadi kalimat-kalimat retoris yang selalu menghantui PSSI.
Seiring dengan ketidakterbukaan penanganan Tragedi Kanjuruhan dan PSSI yang tidak tegas dalam memberikan hukuman, maka Arema FC dan Aremania menjadi sasaran mayoritas pencinta sepak bola Indonesia. Kasus terbaru Arema FC kesulitan mencari stadion kandang untuk sisa musim Liga 1 karena penolakan dari berbagai suporter di Provinsi DIY dan Jawa Tengah.
Arema FC merespons melalui situs resminya, bahwa Arema FC menyampaikan permintaan maaf kepada pihak-pihak yang mendapatkan imbas atas terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Di sisi lain manajemen mengungkapkan bahwa tidak memiliki kewenangan keberlangsungan suatu kompetisi.
ADVERTISEMENT
Memang benar bahwa PSSI yang mempunyai wewenang akan hal tersebut. Namun jatuhnya korban meninggal dunia yang terlampau banyak dan telah menjadi sejarah kelam sepakbola dunia ternyata tidak membuat manajemen Arema FC untuk legowo memberikan sanksi terhadap diri sendiri, setidaknya mundur dari Liga 1 Indonesia.
Sadboys menyatakan bahwa mundur bukan berarti menyerah dan kalah. Tetapi sadar diri atas fakta yang terjadi.