Konten dari Pengguna

Cerita Libur Pilkada Mahasiswa Rantau: Museum Tumurun dan Kuliner India di Solo

Hesti Lestariani
Universitas Sebelas Maret Surakarta
20 Desember 2024 23:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hesti Lestariani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen pribadi: Tisya dan Etchi melihat karya seni di dalam Museum Tumurun, Rabu (27/11/24).
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen pribadi: Tisya dan Etchi melihat karya seni di dalam Museum Tumurun, Rabu (27/11/24).
ADVERTISEMENT
“Sepi ditengah keramaian” mungkin adalah kalimat yang cocok untuk menggambarkan situasi seorang mahasiswa ini.
ADVERTISEMENT
Ditengah hiruk-pikuk pemungutan suara Pilkada pada Rabu (27/11/2024), yang membawa sebagian besar mahasiswa pulang ke kampung halaman mereka. Suasana stasiun, terminal, dan bandara pun dipenuhi oleh mahasiswa yang bersemangat untuk kembali ke asal masing-masing untuk bertemu keluarga. Namun, nyatanya tidak semua mahasiswa memiliki kesempatan serupa. Tisya (19), seorang mahasiswa rantau asal Kalimantan, harus tetap bertahan di Solo. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan Solo dengan kampung halamannya di Kalimantan dan waktu libur yang cukup singkat membuat pulang ke rumah menjadi hal yang mustahil baginya.
"Yang pasti ada rasa iri. Ketika teman-teman lain bisa cerita tentang serunya pulang ke rumah, bertemu keluarga, dan menikmati makanan rumah, aku cuma bisa membayangkan. Tapi, kalau aku pulang ke rumah juga nggak mungkin karena biayanya mahal," ujar Tisya dengan senyum tipis. Meski Tisya mencoba tegar, ia mengaku sering merasa hampa saat melihat teman-temannya berbagi cerita tentang hangatnya berkumpul bersama keluarga saat liburan walau dengan waktu yang singkat, namun dapat mengobati rasa rindu yang sudah lama terpendam. Rindu suasana rumah menjadi teman akrabnya setiap kali masa libur yang singkat tiba.
ADVERTISEMENT
Namun, alih-alih larut dalam kesedihan, Tisya memutuskan untuk memanfaatkan waktunya dengan cara yang berbeda dan menyenangkan. Bersama dengan teman dekatnya bernama Etchi, ia sudah merencanakan untuk mengisi harinya dengan membeli tiket untuk berkunjung ke Museum Tumurun, salah satu destinasi budaya yang ikonik di Solo.
Museum Tumurun, dengan koleksi karya seni yang beragam, mulai dari maestro berpengalaman hingga seniman muda pemula. Keunikan dan keindahan setiap karya seni yang dipamerkan berhasil mengalihkan perhatian Tisya dari rasa rindunya pada kampung halaman. “Kagum ternyata sebagus itu, dan saat dengar ada koleksi pribadi tuh rasanya wow banget, karena karyanya bener-bener keren,” katanya. Bersama Etchi, Tisya menghabiskan waktu menjelajahi setiap sudut karya-karya yang dipamerkan, mengagumi keindahan setiap instalasi, dan memotret momen-momen berharga untuk dikenang.
ADVERTISEMENT
Baginya, museum ini bukan hanya tempat untuk melihat seni, tetapi juga ruang untuk merefleksikan diri dan tempat mengisi waktu luang yang berharga sekaligus bermanfaat. Museum Tumurun akhirnya menjadi tempat di mana ia bisa melupakan sejenak kerinduannya pada rumah dan menikmati pengalaman baru yang mendalam dan menyegarkan.
Usai puas menjelajahi museum, rasa lapar membawa Tisya dan Etchi ke sebuah kedai kecil yang menyajikan makanan khas India. Kedai yang tampak sederhana dari luar itu ternyata menyimpan kejutan yang akan memanjakan lidah dengan aroma rempah yang menggoda dan rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. “Awalnya lewat di FYP TikTok, jadi penasaran dan memutuskan untuk singgah. Aku pesan yang paket lengkap, banyak macamnya, dan rasanya juga enak, khas gitu, jadi aku suka,” ujar Tisya sambil terkekeh. Tisya dan Etchi berbincang dan bercanda, membahas rasa unik dari setiap hidangan yang mereka coba. Kedai sederhana bernuansa India itu benar-benar menjadi pengalaman kuliner yang tidak akan terlupakan bagi mereka berdua.
Dokumen pribadi: Menu paket lengkap makanan khas India yang telah disajikan.
Santapan di kedai sederhana itu menjadi penutup manis hari yang berkesan bagi Tisya. Dalam kesederhanaannya, ia menemukan kebahagiaan kecil yang mampu menyembuhkan rasa rindunya akan rumah. Canda tawa yang diciptakannya bersama Etchi turut mempermanis hari itu. Hari yang tentu akan selalu diingat dengan seribu kebahagiaan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Malam itu, Tisya pulang ke tempat indekosnya dengan hati yang lebih ringan. Meskipun rasa rindu tetap ada, ia merasa telah memanfaatkan waktu liburnya yang singkat dengan baik. Tak sampai di situ, Tisya juga mengajak Etchi untuk singgah sejenak di tempat indekosnya, karena hari itu hujan mulai turun. “Aku ajak temanku ke kosku dulu untuk istirahat sambil nonton film, agar aku punya teman yang bisa diajak ngobrol di kos jadinya tidak sepi,” tuturnya dengan senyum manis di wajahnya.
Bagi Tisya, Solo bukan sekedar kota perantauan. Di tengah kesadaran jauhnya jarak dengan kampung halaman, Tisya menemukan cara untuk merasa “di rumah” dengan membuka diri pada pengalaman baru. Seperti yang ia simpulkan, “Rumah bukan selalu soal tempat, tetapi juga tentang apa yang kita rasakan di dalam hati seperti adanya kenyamanan, kehangatan juga bahagia di dalamnya.”
ADVERTISEMENT