Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
TIGA KLASTER KARAKTER PEREMPUAN DALAM DUNIA PEWAYANGAN
31 Juli 2024 14:47 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Hesty Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pewayangan, terdapat klaster karakter perempuan yang digambarkan. Wayang sebagai salah satu warisan budaya di Indonesia berisi pesan moral tentang kebaikan dan keburukan hidup manusia yang diwakilkan dalam bentuk figur tokoh wayang yang diciptakan oleh Pujangga Jawa. Nilai etis dan filosofis ini menjadi pitutur luhur yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat di Jawa dari masa ke masa. Penghayatan ini diwariskan secara turun temurun dan generasi ke generasi, baik melalui lisan maupun tulisan, harapannya agar hidup punya pedoman yang baik untuk bisa mengisi kehidupan dengan arif dan bijaksana. Wayang memberi tuntunan dan contoh bagaimana berkehidupan yang baik, dalam keluarga dan di masyarakat. Wayang memberi tauladan bagaimana memilih untuk menjaga kehormatan dan keharmonisan hidup.
ADVERTISEMENT
Membicarakan wayang dan manusia selalu menarik, aktual dan karena wayang adalah simbol atau Bahasa dari hidup dan kehidupan manusia dengan segala perbuatan dan dunianya. Sri Mulyono, dalam bukunya wayang dan karakter manusia yang dimaksudkan dengan “karakter manusia” sebetulnya tidaklah hanya “sekedar karakter watak dan sifat serta tingkah lakunya saja”, tetapi yang dimaksudkan adalah lebih luas lagi, yaitu wajah-wajah manusia seutuhnya. Dan wayang adalah sebagai wujud filsafati dari manusia itu sendiri, artinya wayang dipandang sebagai Bahasa dari hidup manusia seutuhnya. Wayang adalah salah satu cara untuk mengenal diri manusia. Karena dalam pergelaran wayang sesungguhnya digelarkan atau dipertunjukkan suatu lakon dari hidup dan kehidupan manusia. Maka setelah melihat wayang selalu akan timbul pertanyaan yang sudah lama, tetapi masih tetap baru, yaitu: Apakah manusia itu? Dan siapakah aku ini? (Mulyono Djojosupadmo, 1978).
ADVERTISEMENT
Ada tiga nama tokoh perempuan dalam pewayangan yaitu wara subadra, larasati dan srikandi.
1. Wara Subadra / Dewi Sembadra
Dewi Sembadra dalam pewayangan Jawa adalah satu diantara tokoh utama dalam Wiracarita Mahabharata. Ia adalah puteri dari Prabu Basudewa (Raja di Kerajaan Surasena), serta saudara tiri dari Krishna . Subadra (Dewi Sembadra dalam bahasa Jawa) merupakan penjelmaan dari Dewi Sri. Dia adalah istri pertama dari Arjuna (putra Pandu ketiga), serta ibu dari Abimanyu.
Dalam budaya pewayangan Jawa, Sembadra dikenal sebagai putri yang anggun, lembut, tenang, setia serta patuh pada suaminya. Ia adalah sosok ideal priyayi putri Jawa.
Hal ini menggambarkan bahwa di dunia nyata pun terdapat perempuan-perempuan yang mempunyai watak perempuan yang anggun, lembut, tenang, setia dan patuh terhadap suami. Tentunya perempuan karakter ini menjadi perempuan idaman bagi lelaki yang mendapatkannnya. Bagaimana tidak, berkat sifat luar biasanya tersebut, sampai-sampai perempuan tipe ini selalu memaafkan semua kesalahan yang diperbuat suami atau pasangannya, ia akan senantiasa sabar dan menerima tanpa ada rasa amarah dihatinya. Maka karakter Subadra ini need of achievement sebagai wanita atau pasangan sangat tinggi, jika memilih pasangan akan cocok dengan lelaki yang need of power yang tinggi atau lelaki yang need of balance yang tinggi.
ADVERTISEMENT
2. Dewi Larasati
Kisah Larasati hanya tersedia dalam cerita pewayangan, karena tidak tercatat dalam kitab Mahabharata dari India. Menurut pewayangan, Larasati merupakan putri dari Harya Prabu Rukma, kakak dari Dewi Kunti yang merupakan ibu Arjuna, sehingga sebenarnya Larasati dan Arjuna masih saudara sepupu. Dalam cerita pewayangan, adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh Dewi Larasati adalah memiliki pendirian yang kuat, kelembutan hati, memesona ketika berbicara, mampu untuk meredakan emosi kemarahan, berkepribadian yang menarik hati, setia, berbakti dan mengerti dan mampu menguasai diri dan mengendalikan diri. Perawakannya biasa dan tingkah polanya seakan tidak memiliki keahlian dalam berperang. Tapi ternyata dia memiliki keahlian memanah sekelas Arjuna.
Gambaran perempuan seperti ini merupakan gambaran perempuan tengahan, Larasati perwujudan perempuan yang lemah lembut, sabar dan menarik hati, selain itu ia juga memiliki keahlian atau ketangkasan berupa memanah, yang artinya perempuan ini juga memperhatikan karirnya, maka bisa disebut perempuan yang need of balance yang tinggi. Tipe perempuan ini cocok dengan segala tipe lelaki, karena memiliki karakter yang seimbang dan bisa menyesuaikan keadaan, dia akan senantiasa melengkapi kekurangan dan kelebihan dari pasangan.
ADVERTISEMENT
3. Dewi Srikandi
Dewi Srikandi merupakan putri kedua dari Prabu Drupada, ia berbeda dari perempuan pada umumnya, Dewi Srikandi digambarkan gemar dalam olah kanuragan, keprajuritan dan mahir bermain senjata, dimana ilmu ini diperoleh dari Arjuna, suaminya. Dalam perang Bharatayuda, Srikandi ikut tampil sebagai senapati perang pandawa , Srikandi yang merupakan titisan Dewi Amba, dengan panah Hrusangkalinya ia dapat membunuh Resi Bisma sesuai dengan kutukan Dewi Amba. Dewi Srikandi menjadi gambaran tokoh wanita heroik yang mampu malakukan hal yang biasa dikuasai oleh pria seperti kemampuan perang dan memanah. Srikandi digambarkan sebagai seorang perempuan yang tampak kuat dan berani dalam menghadapi apapun terutama untuk mewujudkan keinginannya.
Jelas sudah, jika karakter Srikandi ini adalah perempuan yang need of power sangat tinggi, artinya ia perempuan karir yang sangat membutuhkan kekuatan, amunisi atau hal lain untuk menunjang terwujudnya keinginan.
ADVERTISEMENT
Jika dalam hubungan pasangan, maka kan cocok dengan lelaki yang need of achievement yang tinggi, maka akan bisa rukun dan sejahtera, sebaliknya jika lelakinya need of power tinggi maka yang terjadi hanya perdebatan atau mungkin pertengkaran.
Dari kisah karakter perempuan di pewayangan yang disuguhkan tersebut, kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah untuk menjalani kehidupan dengan baik. Karena kembali lagi makna “Wayang” itu sendiri adalah gambaran, bayang-bayang, atau perumpamaan dari kehidupan manusia.