Konten dari Pengguna

Apa Itu Logika?

Hijab Lifestyle
All about hijab.
21 Oktober 2018 2:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Logika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dari kata “logike” yang berhubungan dengan kata “logos” yang berarti ucapan, atau pikiran yang diucapkan secara lengkap. Logika sebagai suatu studi secara sederhana dapat kita batasi sebagai suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk berpikir dengan lurus.
ADVERTISEMENT
Logika adalah bidang pengetahuan yang merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tatacara mengenai penalaran yang benar. Dengan kata lain) “logic is the study of methods and principles used distinguish good (correct) from bad (incorrect) reasoning”.
Logika dalam istilah lain digunakan sebagai gantinya adalah “mantiq”, kata Arab yang diambil dari kata kerja “nathaqa” yang berarati berkata atau berucap. Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa: ‘alasannya tidak logis’, ‘argumentasi logis’, ‘kabar itu tidak logis’. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal, dan tidak logis adalah sebaliknya.
Foto: Berpikir untuk Menemukan Mana yang Ideal | www.pexels.com by Tookapic
Dalam buku Logicand Language of Education, mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berfikir benar” sedangkan Irving. M. Copi menyatakan, “logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.”
ADVERTISEMENT
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu mantiq atau logika adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kseimpulan salah.
Foto: Ilustrasi Berfikir | www.pexels.com by Pixabay.com
Hal ini tentunya, disebabakan bahwa dalam berfikir, manusia tidak selalu benar serta acapkali terjerumus dalam sikap skeptis dan terjebak dalam kesalahan berfikir dengan tanpa terasa.
Atau sederhananya, ilmu ini bisa disebut pula sebagai studi sistematik tentang struktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang shahih dengan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi dan hanya membahas bentuk logisnya saja.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian tak heran jika Al-Farabi menjuluki ilmu logika atau mantiq ini dengan dasar ilmu-ilmu (raisul uluum), Ibnu Sina menjulukinya sebagai khadim al-uluum, dan sebagian yang lain menjulukinya sebagai ilmu akal.
Referensi
Mundiri. 2003. Logika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Poespoprodjo, W. dan EK. T. Gilarso. 1999. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika.
Sing Mehra, Partap dan Jazir Burhan. 1968. Pengantar Logika Tradisionil. Bandung: Binatjipta.
Surajiyo, dkk. 2006. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sommers, M. 1982. Logika. Bandung: Alumni.