Cara Kepemimpinan Rasulullah SAW Ini Layak Menjadi Panutan

Hijab Lifestyle
All about hijab.
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 20:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ilustrasi. Foto: Unsplash/@birminghammuseumstrust
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ilustrasi. Foto: Unsplash/@birminghammuseumstrust
ADVERTISEMENT
Tak hanya sebagai Utusan Tuhan, Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang luar biasa. Dia menunjukkan kekuatan hati yang besar dan membantu memimpin rakyatnya di jalan yang lurus. Rasulullah SAW bahkan tak pernah menganggap statusnya lebih tinggi dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Pertempuran Khandaq, atau sering disebut dengan Pertempuran Ahzab, diperkirakan terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriyah. Setelah umat Islam menetap di Madinah, suku-suku Yahudi merasa kehilangan kekuasaan dan kedudukan sosial.
Oleh karena itu, sebagian dari mereka dari suku An-Nadir dan Al Wa'ili melakukan perjalanan ke Mekah untuk bergabung dengan Quraisy dan mencoba membunuh Nabi Muhammad SAW. Kaum Quraisy sangat terbuka terhadap hal ini karena mereka menganggap bahwa Rasulullah SAW telah menyebabkan kerugian besar bagi mereka.
Namun, entah bagaimana kabar tersebut sampai di telinga Nabi SAW dan pengikutnya. Sehingga, mereka memutuskan untuk menggali parit di sekitar Madinah. Rasulullah SAW menunjukkan kualitas kepemimpinan yang membuktikan bahwa dia adalah memang Utusan Tuhan yang terakhir. Dilansir dari situs The Muslim Vibe, berikut beberapa bentuk kepemimpinan Nabi SAW yang patut menjadi teladan bagi pemimpin masa kini.
ADVERTISEMENT

Kerendahan hati

Menggali parit membutuhkan banyak tenaga, Nabi tidak segan-segan melakukan pekerjaan fisik. Bersama dengan pengikutnya, dia terlibat langsung dalam proses tersebut dan membantu mengangkat batu, hingga menggali tanah. Dia bekerja begitu keras, sehingga menurut Al Bara' ibn 'Azib, "seluruh perutnya tertutup debu".
Sikap demikian menunjukkan betapa rendah hatinya Nabi SAW. Dia berjuang bersama pengikutnya dan merasakan rasa sakit. Kualitas kepemimpinan lainnya yang dimiliki oleh Rasulullah SAW ketika dia secara terbuka menerima saran seorang pendamping untuk menggali parit, yang belum digunakan oleh orang Arab sebelumnya sebagai strategi perang.
Gambar ilustrasi. Foto: Unsplash/@britishlibrary

Empati

Cara terbaik untuk mengetahui bagaimana perasaan seseorang adalah dengan menempatkan diri pada posisi mereka atau disebut dengan empati. Nabi SAW menujukkan sikap empati selama pertempuran ketika dia tidak makan dalam beberapa hari. Bahkan, dia sampai mengikat dua batu di perutnya untuk melewati proses tersebut.
ADVERTISEMENT
Menempatkan dirinya pada posisi sahabatnya dengan menggali parit dan merasakan lapar bersama para pengikutnya menyorot sikap empati dan kemanusiaan Nabi SAW. Hal ini sering tak kita temukan pada kualitas pemimpin saat ini yang kerap mementingkan dirinya sendiri.

Keimanan

Bahkan dalam keadaan yang paling genting saat musuh mulai menerkam dan kelaparan ekstrem di musim dingin, Nabi Muhammad SAW tak membiarkan imannya kepada Allah goyah. Keyakinannya menginspirasi teman-teman di sekitarnya untuk bekerja lebih keras. Itulah yang membuat mereka tabah dalam situasi yang tidak menguntungkan.
Diriwayatkan dari Jabir bahwa mereka dihadapkan pada sebuah batu besar di tengah penggalian dan tidak ada satu pun yang dapat memecahkannya. Mereka lalu pergi menemui Nabi SAW untuk menyampaikan kendala di lapangan. Kemudian dia meraih sebuah sekop. Atas izin Allah SWT, batu besar itu hancur menjadi pasir.
ADVERTISEMENT
Jabir teringat ia pernah melihat batu yang diikatkan ke perut Nabi karena lapar, maka dia pergi menemui istrinya untuk meminta makanan. Istrinya berkata bahwa dia memiliki beberapa jelai dan seekor kambing betina yang disembelih untuk Nabi. Jabir lalu membawa serta semua temannya untuk makan, namun dagingnya tidak berkurang sama sekali.

Pemikiran strategis

Nabi SAW tak hanya menerima nasihat seorang sahabat dalam hal membangun parit, ia juga berhasil memberikan peran kepada para sahabat dan membagi pekerjaan di antara mereka. Strategi membangun parit ini tidak terlalu umum di Arab pada masa itu, tetapi dia menerimanya dengan pikiran terbuka.
Meskipun jumlah tentara musuh jauh lebih besar dari umat Islam, Nabi berinisiatif untuk menjaga semangat kelompok tetap tinggi agar mereka tidak goyah meskipun kalah jumlah pasukan, melalui bernyanyi dan menciptakan ritme. Pertimbangan inilah yang membuat para sahabat bekerja dengan semangat.
ADVERTISEMENT
Kualitas kepemimpinan di atas hanyalah beberapa contoh yang ditunjukkan oleh Nabi SAW selama hidupnya. Dia hidup dan berjuang bersama para pengikutnya tanpa membedakan status dan selalu terbuka terhadap ide, kritik, dan saran. Dia tidak pernah hanya duduk dan memberi perintah, tetapi bekerja keras dengan seluruh kekuatannya.
Gambar ilustrasi. Foto: Unsplash/@ehmitrich