Konten dari Pengguna

Ilmuwan Muslim Abad Ke-9 Abu Zayd Al-Balkhi dan Pentingnya Kesehatan Mental

Hijab Lifestyle
All about hijab.
22 Juni 2021 13:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sosok Abu Zayd al-Balkhi, ilmuwan Muslim abad ke-9 yang memperkenalkan teori kesehatan mental. Foto: Youtube/Real Channel
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sosok Abu Zayd al-Balkhi, ilmuwan Muslim abad ke-9 yang memperkenalkan teori kesehatan mental. Foto: Youtube/Real Channel
ADVERTISEMENT
Abu Zayd al-Balkhi adalah ilmuwan Muslim abad ke-9. Sebagian besar tulisannya mengulik berbagai subjek, seperti geografi, kedokteran, filsafat, teologi, politik, puisi, etika, sosiologi, tata bahasa, sastra, dan astronomi. Zayd lahir pada tahun 849 M di desa Persia Shamisitiyan, yang kini termasuk dalam wilayah administratif Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Kecintaan belajar Zayd tumbuh dari sang ayah, lalu dia mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dengan sendirinya. Ketika dewasa, Zayd tumbuh menjadi seorang ilmuwan dan telah menulis lebih dari 60 buku serta manuskrip. Sayangnya, sebagian besar dokumen yang ditulis olehnya telah hilang, sehingga hanya sebagian kecil dari karyanya yang sampai pada dunia modern.
Di antara berbagai buku yang telah ditulis, dua karya besarnya berjudul "Mazhab Balkhi" dan "Pemeliharaan Jiwa" menunjukkan kecakapan Zayd yang berperan sebagai intelektual di masanya. Meski ia digambarkan sebagai seorang lelaki pemalu dalam kesehariannya, namun Zayd diduga berhasil memperkenalkan ilmu tentang kesehatan mental.

Karya monumental "Rezeki untuk Tubuh dan Jiwa"

Salah satu karya Al-Balkhi lainnya yang termasyhur berjudul "Rezeki untuk Tubuh dan Jiwa". Dalam manuskrip monumental ini, Al-Balkhi pertama-tama membahas kesehatan fisik, setelah itu ia menyelidiki area jiwa. Buku ini adalah karya yang menerima minat besar pada dunia psikologi kontemporer. Zayd mengemukakan, jika nafs (jiwa) sakit, maka tubuh mungkin juga tidak menemukan kebahagiaan dalam hidup.
ADVERTISEMENT

Menyembuhkan penyakit dan tekanan psikologis

Stigma dan rasa malu sering menyerang kondisi piskologis seseorang. Proses penyembuhan penyakit sangat penting dalam terapi karena kebanyakan dari kita yang mengalami gangguan psikologis menganggap diri kita tidak normal. Menurut karya Al-Balikhi, penyintas dapat berhenti melabeli diri mereka seperti ini dan mengembangkan pikiran-pikiran positif.
Gambar ilustrasi. Foto: Unsplash/@bretkavanaugh

Koneksi antara pikiran dan tubuh

Al-Balkhi memberikan sumbangsih pikiran yang sekarang tersebar luas dan diterima tentang hubungan pikiran dan tubuh. Dia mengatakan bahwa ketika tubuh menjadi sakit, maka aktivitas mental dapat terganggu. Hukum itu juga berlaku sebaliknya, saat jiwa menderita, tubuh akan kehilangan kemampuan alaminya untuk menikmati kesenangan dan mendapati hidupnya dalam kondisi tertekan.
Singkat kata, fisik dan mental saling terhubung satu sama lain. Jika salah satu mengalami gangguan, maka akan memengaruhi yang lain. Pengakuan serupa juga dibahas dalam karya dokter Persia bernama Haly Abas. Penemuan Al-Balkhi sempat tidak masuk ke dalam pembahasan psikologi dunia Barat sampai Freud mengeksplorasi gagasan tersebut hampir satu milenium kemudian.
ADVERTISEMENT

Solusi dan terapi kognitif

Mungkin aspek yang paling mengesankan dari metode Al-Balkhi adalah penggunaan bentuk awal terapi kognitif perintis. Ia menganjurkan terapi bicara yang digunakan untuk memodifikasi pikiran individu dan mengarah pada perbaikan yang diinginkan dalam perilaku mereka.
Pengobatan depresi yang ditentukannya menggemakan gagasan psikoterapi. Al-Balkhi menegaskan, tutur kata lembut dapat memberi semangat dan membawa kembali kebahagiaan. Selain itu, ia juga menganjurkan terapi musik dan kegiatan lain yang dapat menghangatkan keadaan piskologis seseorang.
Bagi mereka yang sering cemas dan takut, Al-Balkhi mengamanatkan untuk mengatakan hal-hal positif kepada tubuh kita. Hal itu diketahui dapat menenangkan pola pikir individu dan mengatasi ketakutan. Jika tak mampu menghadapi sendiri, maka mendiskusikan masalah dengan orang terdekat adalah pilihan alternatif.
ADVERTISEMENT

Memberikan wawasan lebih tentang perilaku depresif dan obsesif

Meskipun ilmu tentang depresi telah ditulis oleh orang-orang Yunani sebelum Al-Balikhi, namun ia tampaknya menjadi penulis pertama yang membedakan antara depresi yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau keadaan, dan depresi yang merupakan akibat dari faktor internal.
Al-Balkhi juga mendeskripsikan tentang perilaku obsesif yang menjengkelkan. Obsesif dapat mencegah manusia menikmati hidup, alih-alih mencapai apa yang diinginkan. Individu yang menderita obsesif berlebihan menjadi sibuk dengan pikiran menakutkan alih-alih bersifat tenang.
Teks Al-Balkhi berbicara tentang individu yang tidak mampu menggunakan kemampuan mental mereka untuk berurusan dengan hal lain. Penderita akan terlalu sibuk dengan ketakutan yang dibayangkan. Setiap kali mereka mencoba untuk melepaskan pikiran-pikiran negatif, namun itu kembali muncul dan mengendalikan pikirannya.
Gambar ilustrasi. Foto: Unsplash/@jblesly