Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kisah Hafshah binti Umar sebagai Penjaga Al-Quran
26 September 2020 10:42 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hafshah binti Umar bin Khaththab adalah seorang putri dari seorang kaum Muslimin yang dikenal sebagai laki-laki terbaik dan penguasa yang adil, yaitu Umar bin Khatthab.
ADVERTISEMENT
Mungkin sebagian dari umat Muslim, tak asing dengan nama Hafshah binti Umar. Yap, dia adalah salah satu dari istri Nabi Muhammad SAW. Hafshah binti Umar lahir dari rahim Zainab binti Madh’un bin Hubaib bin Wahab bin Hudzafah, tak lain dan tak bukan adalah saudara perempuan dari Utsman bin Mazh'un.
Hafshah yang memiliki nama lengkap Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Naf’al bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Rajah bin Adi bin Luay berasal dari suku Arab Adawiyah. Di masa kelahirannya sangat terkenal dalam sejarah orang Quraisy, yakni di mana Nabi Muhammad SAW memindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula usai Kabah dibangun kembali setelah roboh akibat banjir.
Hafshah binti Umar tumbuh menjadi pribadi yang kuat, seperti ayahnya. Ia sangat cerdas, memiliki kepribadian yang baik dan ucapannya yang tegas. Pandai membaca dan menulis, serta menghafal di mana pada zaman itu belum lazim dimiliki oleh seorang perempuan.
ADVERTISEMENT
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Hafshah pernah menikah dengan salah seorang sahabat Nabi dan salah satu orang dari golongan pertama yang masuk Islam.yang bernama Khunais ibn Hudzafah ibn Qais ibn 'Adi as-Sahmi al-Quraisy. Sayyidah Hafshah disebut sebagai shawwamah atau wanita yang rajin berpuasa dan qawwamah atau wanita yang rajin melakukan salat malam.
Sayangnya, kebahagiaan Hafshah tak berlangsung lama, sekitar 2-3 Hijriah, suaminya Khunais ibn Hudzafah ibn Qais ibn 'Adi as-Sahmi al-Quraisy meninggal dalam Perang Badar saat Hafshah masih berusia belia, yakni 18 belas tahun.
Dalam kisah perjalanan hidup seorang Hafshah, dengan kemampuannya yang bisa membaca maupun menulis, ia melestarikan tulisan asli Al-Quran yang terkumpul dalam bentuk suhuf atau lembaran-lembaran pelepah kurma. Di masa Nabi Muhammad SAW, Al-Quran terjaga di dalam dada dan dihafal oleh para sahabat.
ADVERTISEMENT
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, banyak para penghafal Al-Quran yang gugur dalam perang. Situasi itu mendorong Umar bin Khatthab untuk mendesak Abu Bakar supaya mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang terpisah-pisah.
Atas desakan itu, Hafshah diberi tugas untuk mengumpulkan Al-Quram dalam lembaran-lembaran. Tak hanya itu, putri Umar juga diberi tugas mulia untuk menyimpan dan memelihara Al-Quran. Inilah mengapa, Hafshah diberi gelar sebagai "Penjaga Al-Quran".