Konten dari Pengguna

Kisah Wafat Nabi Muhammad SAW dan Duka Para Sahabat

Hijab Lifestyle
All about hijab.
3 Mei 2020 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pada tahun 10 H dalam pelaksanaan haji wada' ketika Nabi Muhammad memberikan khutbah, ada satu kalimat yang seperti mengisyarakatkan bahwa beliau akan menuju ke pangkuang sang Ilahi.
ADVERTISEMENT
"Wahai manusia, perhatikanlah kata-kataku ini. Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian."
Hingga sesudah itu, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 3 yang artinya:
Sebelum meninggal, pada 29 Shafar tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad SAW mengalami sakit kepala dan demam dengan suhu badan yang tinggi. Dengan keadaan yang tidak sehat, beliau tetap menyempatkan dii untuk mengimami salat berjamaah.
Sampai suatu ketika, Nabi Muhammad SAW meminta kepada para istri-istrinya untuk dirawat di rumah Aisyah untuk hari-hari terakhir dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari menjelang wafat, Nabi Muhammad SAW merasakan sakit yang semakin parah, suhu tubuhnya semakin meninggi. Sampai pada waktunya akan tiba, Nabi Muhammad SAW berada di pangkuan Aisyah.
Bibir beliau berucap sambil menengadahkan wajah ke atas, "Ya Allah, ampuni dan kasihanilah aku. Pertemukanlah aku dengan teman-teman yang tinggi (kedudukannya). Ya, Allah pertemukanlah aku dengan teman-teman (yang tinggi kedudukannya).
Kalimat itu diucapkan Nabi Muhammad sebanyak tiga kali. Kemudian, sambil bersandar di antara dada dan leher Aisyah, Allah SWT mengambil nyawa Nabi Muhammad SAW.
Pada 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijiriah, duka dalam menyelimuti para sahabat dan kaum umat islam lainnya. Kesedihan yang teramat dalam pun dirasa oleh Umar bin Khatab, juga Abu Bakar Ash Shidiq.
ADVERTISEMENT
Mulanya, Umar tidak bisa menerima wafatnya Nabi Muhammad SAW, hingga dirinya nyaris mengacungkan pedang dengan mengancam akan membunuh siapa pun yang menyebut Nabi Muhammad SAW wafat.
"Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak akan meninggal sampai dihabiskannya orang-orang munafik oleh Allah SWT," kata Umar.
Seorang pemimpin yang lembut, bu Bakar Ash Shidiq, datang untuk menenangkan pikiran Umar dan mengisyaratkan kepada semua orang yang berada di rumah Nbai Muhammad SAW.
"Saudara-saudara sekalian, barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak akan pernah mati," kata Abu Bakar."
Abu Bakar pun kemudian membacakan firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 144 yang artinya:
ADVERTISEMENT
Kalimat itulah yang menyadarkan Umar bahwa Nabi Muhammad SAW telah meninggal dunia. “Demi Allah! Sesungguhnya aku seakan-akan belum pernah mendengar ayat ini sampai aku mendengar Abu Bakar membaca ayat ini. Sehingga saya lemas, saya tidak kuat berdiri dengan kedua kakiku dan jatuh ke tanah."
Bilal bin Rabbah, seorang muadzin pertama pun tak kuasa menahan kesedihan usai ditinggal oleh Nabi Muhammad SAW. Hatinya bergetar tatkala melafalkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.
Suasana duka menyelimuti hati mereka yang mengenal dekat Nabi Muhammad SAW. Hati mereka tak sanggup menahan kesedihan atas wafatnya Nabi Muhammad SAW,