Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Kisah Wahsyi bin Harb, Pembunuh yang Masuk Surga (Part 2)
16 Juli 2020 13:43 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ini adalah kelanjutan dari Kisah Wahsyi bin Harb, Pembunuh yang Masuk Surga (Part 1)
ADVERTISEMENT
Dengan posisi yang tepat, ketika Hamzah berada dalam jarak yang dekat dengannya, Wahsyi siap mengambil ancang-ancang. Setelah merasa yakin, Wahsyi langsung melemparkan lembing ke arah Hamzah. Yap, Tombak yang dilemparnya tidak meleset sedikit pun. Tombak itu berhasil mengenai perut Hamzah bagian bawah. Pada waktu inilah, si "Singa Allah" tewas terbunuh oleh Wahsyi di Perang Uhud.
Wahsyi pun mendapatkan kebebasan dari perbudakan. Tapi sayang, hidupnya seakan dihantui rasa takut usai melakukan pembunuhan.
Rasa ketakutan Wahsyi kian membesar karena kaum Muslim kian menyebar luas di Mekah, kota di mana ia berada. Hingga pada akhirnya, ia mencari tempat yang aman dan pergi ke kota Thaif. Namun, beberasa saat saja, penduduk Thaif menyatakan keislamannya. Wahsyi pun dilanda kebingungan hendak pergi ke mana.
ADVERTISEMENT
Rasa penyesalan dan ketakutan semakin menghinggapi dirinya. Dunia seakan terasa sempit baginya, sebab tak ada tempat untuk melarikan diri. Dalam keadaan seperti ini, ada seorang sahabat Wahsyi berkata, "Percuma saja engkau melarikan diri, Wahsyi. Muhammad tidak akan membunuh orang yang masuk agamanya dan mengakui kebenaran Allah SWT serta rasul-Nya."
Usai mendengar nasihat tersebut, pergilah Wahsyi ke Madinah untuk bertemu Nabi Muhammad SAW dan menyatakan diri akan masuk Islam.
Ketika mereka bertemu, Nabi Muhammad SAW bertanya kepadanya, "Apakah engkau Wahsyi?"
"Benar," jawab Wahsyi.
"Apakah kamu yang telah membunuh Hamzah?"
Wahsyi pun memberikan jawabannya, "Perkara itu, sebagaimana yang telah sampai kepada Anda."
Mendengar jawaban itu, Nabi Muhammad SAW malah menyuruh Wahsyi untuk menjauhkan muka darinya. Dalam artian, Nabi Muhammad SAW tidak mau melihat wajah Wahsyi, si pembunuh pamannya.
ADVERTISEMENT
Meskipun Wahsyi mengetahui bahwa dosa-dosanya di masa lalu telah dihapus sejak mengakui keislamannya. Tetap saja, rasa penyesalan itu selalu ada. Wahsyi sangat tahu musibah yang ia timpakan kepada kaum Muslimin begitu besar. Membunuh seorang pahlawan Islam dengan nyali yang ciut dan tidak jantan.
Demi menebus kesalahannya, tepatnya di masa kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq, ia bertekad akan membunuh Musailamah, seorang murtad yang mengakui dirinya nabi.
Saat pasukan Muslim berperang melawan Musailamah dan mengembalikan Bani Hanifah kepangkuan Islam, Wahsyi kembali menyiapkan tombaknya untuk membunuh Musailamah. Di saat kaum Muslimin tumpah ruah menyerbu keberadaan Musailamah. Ada seorang pemuda Anshar yang juga mengincar Musailamah. Wahsyi dan orang Anshar tersebut seakan tak mau kalah untuk membunuh Musailamah.
ADVERTISEMENT
Di saat yang bersamaan, mereka melakukan caranya sendiri untuk menewaskan Musailamah. Whasyi dengan membidiknya dengan tombak, sedangkan yang satunya memukul leher Musailamah dengan pedangnya.
Lalu, siapakah yang sebenarnya membunuh Musailamah? Hanya Allah SWT lah yang Maha Mengetahui. Jika Wahsyi yang benar membunuhnya, maka ia telah menebus kesalahannya membunuh Hamzah saat Perang Uhud.
“Sungguh dengan tombak itu aku telah membunuh sebaik-baiknya manusia. Dan aku berharap, semoga Allah mengampuniku, karena dengan tombak itu pula aku telah membunuh seburuk-buruknya manusia," Kata Wahsyi dihadapan pemuda Anshar tersebut.
Apa ganjaran orang yang telah membunuh musuh Islam, kecuali surga? Wallahualam.