Konten dari Pengguna

Mengenal Abu Nawas, Penyair yang Cerdik dan Jenaka

Hijab Lifestyle
All about hijab.
23 Agustus 2021 15:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah Abu Nawas. Foto: Unsplash.com/Joanna Kosinska
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah Abu Nawas. Foto: Unsplash.com/Joanna Kosinska
ADVERTISEMENT
Abu Nawas, dalam sejarah Islam beliau dikenal sebagai seorang penyair tersohor Arab klasik di era kejayaan Islam.
ADVERTISEMENT
Memiliki nama lengkap Abu Nawas Al-Hasan ibn Hani Al-Hakami, juga dikenal sebagai master dari semua genre puisi Arab kontemporer. Tak hanya itu, tradisi cerita rakyat ternyata juga ia rambah, seperti yang muncul beberapa kali dalam 1001 Malam.
Abu Nawas merupakan tokoh yang hidup di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Diperkirakan, beliau lahir antara tahun 747-762 Masehi. Banyak yang menyebut Abu Nawas lahir di Damaskus, namun ada juga yang meyakini ia berasal dari Bursa.
Ayahnya bernama Hani. Seorang anggota tentara Marwan bin Muhammad atau Marwan I-Khalifah terakhir Dinasti Umayyah di Damaskus. Sedangkan ibunya bernama golban atau Jelleban. Seorang penenun yang berasal dari persia. Sayangnya, Abu Nawa tidak pernah berjumpa dengan sang ayah.
ADVERTISEMENT
Diketahui, sejak remaja Abu Nawas mampu menarik perhatian seorang penulis puisi berambut pirang bernama Walibah Ibnu al-Hudab. Penulis tersebut mengajari Abu Nawas teologi dan tata bahasa, juga menulis puisi. Sejak saat itulah, Abu Nawas tertarik dengan dunia sastra. Kemudian Abu Nawas juga banyak menimba ilmu dari seorang penyair Arab bernama Khalaf al-Ahmar di Kufah.
Kegemaran Abu Nawas bermain kata-kata dengan selera humornya yang tinggi, mampu membuat dirinya menjadi seorang legenda. Bahkan, namanya tercantum dalam dongeng 1001 Malam.
Kepandaian Abu Nawas dalam menulis puisi juga mampu menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Bahkan, Abu Nawas diangkat menjadi penyair istana (sya'irul bilad). Abu Nawas pun diangkat sebagai pendekar para penyair yang bertugas untuk mengubah puisi puji-pujian untuk khalifah.
ADVERTISEMENT
Meski sudah diangkat sebagai penyair istana dan membuat dirinya dekat dengan tokoh-tokoh penting di masa itu, rupanya mampu membuat Abu Nawas berakhir di penjara. Pada saat itu, Abu Nawas tengah membacakan puisi untuk Khalifah Bani Mudhar. Sayangnya, khalifah itu tersinggung dan murka. Alhasil, Abu Nawa harus mendekam di penjara.
Semakin lama, puisi-puisi Abu Nawas berubah menjadi religius. Syair-syairnya tentang pertobatan dapat dipahami sebagai ungkapan rasa keagamaannya yang tinggi.
Nama Abu Nawas memang sudah tidak asing lagi. Bahkan di zaman sekarang saja, orang Indonesia masih begitu akrab dengan nama Abu Nawas melalui cerita-cerita humornya yang bijak dan sufi. Maka dari itu, karakternya yang memang humoris dan cerdik, ia manfaatkan untuk mengkritik siapa saja.
ADVERTISEMENT
Nah, itulah sedikit kisah tentang penyair jenaka dan cerdik Abu Nawas.