Konten dari Pengguna

Mengenal Perawi Hadis Abu Hurairah yang Setia kepada Rasulullah SAW

Hijab Lifestyle
All about hijab.
21 Mei 2020 9:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah Abu Hurairah. Foto; Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah Abu Hurairah. Foto; Pixabay
ADVERTISEMENT
Seorang perawi hadis yang cukup banyak diketahui oleh umat Muslim, ialah Abu Hurairah. Sebagai perawi, namanya cukup tersohor dalam kajian ilmu hadis. Berdasarkan dari beberapa sumber, ada sekitar 5.000 lebih dia meriwayatkan hadis.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum meriwayatkan ribuan hadis, Abu Hurairah bukanlah orang Islam. Dahulu namanya adalah Abdul Syams. Namun, setelah masuk Islam pada tahun ke-7 hijriah tepatnya pada saat perang Khaibar, namanya berganti menjadi Sakhr bin Abdul Rahman. Dulu banyak orang mengenalnya sebagai sosok yang sangat mencintai kucing, sehingga ia dikenal sebagai Abu Hurairah atau ayah dari anak kucing.
Seekor kucing yang dicintai Abu Hurairah. Foto: Unsplash.com/michaelsum1228
Abu Hurairah merupakan sahabat Rasulullah SAW dan menjadi tokoh sentral dalam periwayatan hadis. Sebagai sahabat dan para sahabat nabi lainnya, mereka lah yang menjadi saksi kunci rekam jejak nabi. Mulai dari sabda-sabdanya, segala aktivitasnya, diamnya, bahkan sifat-sifatnya. Abu Hurairah ialah salah satu sahabat yang memiliki andil cukup besar dalam meriwayatkan hadis.
Dia berasal dari desa Daus di Yaman. Ia hidup sebagai anak yatim yang miskin. Sampai ketika dia tumbuh dewasa, Abu Hurairah berhijrah dari Yaman ke Madinah tanpa harta benda. Beruntung, kaum Muslimin saat itu menyediakan tempat untuk tamu Allah SWT yang tidak memiliki harta dan keluarga di masjid. Dari sanalah Abu Hurairah belajar Islam kepada Rasulullah SAW .
ADVERTISEMENT
Sosok Abu Hurairah adalah hamba Allah SWT yang taat ibadah. Dia selalu berdoa kepada Allah SWT pada sepertiga malam tanpa pernah meninggalkannya. Selama mengenal Rasulullah SAW, ia memiliki banyak waktu untuk menemaninya lebih dari orang lain. Hingga dia mampu menahan lapar dan meletakkan batu di perutnya.
Dia mengabdikan dirinya dan ingatannya untuk menghafal hadis dan perintah Rasulullah SAW. Di saat nabi meninggal pun, ia selalu menceritakan perilaku dan ucapannya hingga banyak sahabat nabi lainnya bertanya-tanya bagaimana dia mengetahui itu semua.
Abu Hurairah pernah menjawab pertanyaan tersebut, "Saya adalah orang miskin, selalu duduk dengan Rasulullah, jadi saya hadir saat mereka (kelompok muhajirin) absen, dan saya hafal jika mereka lupa."
Ketulusan cintanya kepada Rasulullah SAW pernah diungkapannya, "Wahai, baginda Rasulullah. Ketika aku melihat engkau, bahagia kurasakan dalam diriku dan sejuk pandanganku."
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan Rasulullah SAW, Abu Hurairah pun tidak pernah tertinggal berjihad di jalan Allah SWT dan selalu mengikutsertakan diri ke dalam peperangan nabi. Salah satunya dalam penaklukkan Makkah.
Imam Ahmad pernah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata, "Jika aku mendapatkan syahid, maka aku menjadi sebaik-baiknya syuhada. Dan jika aku kembali (masih hidup), maka aku adalah Abu Hurairah Al Muharrar'ah (terbebas dari api neraka).
Dari kisah Abu Hurairah yang memiliki karunia berupa ingatan yang kuat dan memanfaatkannya dengan baik untuk mendengarkan, memahami, dan menghafal banyak hadis. Itulah sebabnya, ia menghafal dan menceritakan hadis lebih banyak dari sahabat Rasulullah SAW yang lain. Dia menjadi sosok yang mampu melakukan perubahan besar dalam hidupnya. Mengubah dirinya dari orang yang tidak dikenal menjadi orang yang luar bisa dikenal, dari pemuja batu hingga beriman kepada Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Dia menjadi teman setia Rasullullah SAW dalam keadaan apa pun dan di mana pun. Bersama-sama berjuang di jalan Allah SWT.
Sejatinya, sebagai manusia kita memerlukan bekal yang banyak menuju akhir hayat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 197 yang artinya:
Hingga ajal Abu Hurairah sudah semakin dekat, ia lantas pernah berdoa, "Ya Allah, aku merindukan pertemuan dengan-Mu, kiranya Engkau pun berkenan menerimaku. Segerakanlah pertemuan ini!”
Sampai pada akhirnya, Abu Hurairah tidak lagi bernapas. Ia wafat di usia 78 tahun pada 678 M.