Konten dari Pengguna

Sejauh Mana Pengaruh Brexit Terhadap Ekonomi Global ?

Hilda Muftia
Saya seorang mahasiswa jurusan S-1 Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
18 Januari 2021 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hilda Muftia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pict from ; https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.ft.com%2Fcontent%2F8710df70-d49d-11e5-8887-98e7feb46f27&psig=AOvVaw1rjle1N36TzKWmSG2dPD71&ust=1611039556458000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIi3uqT0pO4CFQAAAAAdAAAAABAD
zoom-in-whitePerbesar
Pict from ; https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.ft.com%2Fcontent%2F8710df70-d49d-11e5-8887-98e7feb46f27&psig=AOvVaw1rjle1N36TzKWmSG2dPD71&ust=1611039556458000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIi3uqT0pO4CFQAAAAAdAAAAABAD
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peristiwa Brexit atau keluarnya Inggris dari keanggotaan organisasi Uni Eropa memberi dampak secara politik dan ekonomi yang cukup signifikan. Bahkan tidak hanya dari kedua pihak saja tetapi sampai ke ranah global.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Brexit
Peristiwa Brexit (Britain Exit) merupakan suatu peristiwa keluarnya Britania Raya dari keanggotaan Uni Eropa. Krisis politik terjadi saat itu tepatnya pada pertengahan 2016 dimana Britania Raya terbelah menjadi dua kubu yaitu kubu konservatif dengan pemimpinnya Boris Johnson dan kubu partai buruh dengan pemimpinnya Jeremy Corbyn. Kubu Boris menginginkan agar Inggris atau Britania Raya segera melepaskan diri dari keanggotaan Uni Eropa. Sementara, kubu Jeremy menginginkan agar Inggris tetap dalam keanggotaan Uni Eropa. Hal ini akhirnya membuat negara di Britania Raya sepakat mengadakan referendum yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Inggris yang bernama David Cameron. Keputusan yang dihasilkan pada referendum tanggal 23 Juni 2016 adalah mayoritas warga Inggris setuju agar Inggris keluar dari Uni Eropa. Hal ini semakin menimbulkan kontroversi politik dimana elite politik, terutama Perdana Menteri Inggris saat itu yaitu David Cameron yang menginginkan Ingris tetap ikut Uni Eropa akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Dari pandangan saya, wajar apabila mayoritas penduduk Britania Raya menyetujui Brexit ini karena keanggotaan mereka di Uni Eropa dirasa kurang memuaskan bagi Inggris. Bahkan saya pernah mendengar pandangan bahwa mereka (masyarakat Inggris) lebih bangga menjadi warga negara Inggris dibanding warga negara Eropa. Alasannya karena faktor sejarah atau geo politik Inggris yang menganggap mereka lebih baik dibandingkan Eropa, juga karena selama hampir 50 tahun, Inggris dan UE sedang terlibat konflik.
ADVERTISEMENT
Kontroversi yang diciptakan Brexit
Dengan berbagai penjelasan mengenai peristiwa Brexit diatas, tentunya hal tersebut menimbulkan berbagai dampak dan kontroversi dalam lingkup perpolitikan antara kedua pemerintahan yaitu Britania Raya dan juga Uni Eropa. Bukan hanya politik, nampaknya sektor ekonomi pun turut terdampak. Contohnya adalah ketika Brexit terjadi, negara-negara Eropa yang biasanya menjalankan hubungan perdagangan dengan Inggris mengalami kerugian proporsional yang cukup besar. Tetapi ternyata lebih dari itu, peristiwa yang melibatkan negara dan salah satu organisasi besar di daratan Eropa ini juga menimbulkan dampak besar yang bahkan tidak hanya dirasakan oleh kedua pihak itu saja, tetapi dunia termasuk negara-negara berkembang juga turut merasakannya.
Berbagai permasalahan diawali dari kedua pihak organisasi ini yaitu Uni Eropa dan negara di Britania Raya. Sejak peristiwa Brexit terjadi dan Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada tanggal 31 Januari 2020, Uni Eropa masih terus menjalankan pertemuan dan merundingkan beberapa hal bersama Inggris karena diantara mereka masih ada perbedaan. Salah satu bentuk perundingannya adalah mengenai bagaimana kesepakatan perdagangan. Kendala utama yang mereka hadapi perihal ini adalah standar ekspor-impor, hak penangkapan ikan, dan peyelesaian masalah yang mungkin terjadi di masa depan. Dalam menghadapi kendala pasar impor, meskipun sudah hampir setahun Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa, namun Inggris tetap berada pada pasar tunggal bebas tarif dan serikat kepabean Uni Eropa sampai akhir tahun ini. Dalam hal ini diperlukan kesepakatan perdagangan guna memastikan tidak adanya tarif untuk barang yang diekspor maupun diimpor oleh kedua pihak. Aturan persaingan yang adil harus dipenuhi Inggris sebelum mengekspor ke 27 negara dengan status bebas tarif. Namun ego dari kedua negara menjadikan hal ini sebagai sebuah halangan. Kendala berikutnya adalah mengenai masalah penangkapan ikan bercampur masalah politik baru-baru ini diperdebatkan. Uni Eropa mengajukan tuntutan akses wilayah penangkapan ikan Inggris yang terbuka bagi pukat asing. Namun, bagi pemerintah Inggris kendali atas wilayah penangkapan ikan merupakan salah satu faktor Brexit dapat terjadi. Segala kendala yang terjadi pada akhirnya membuat negosiasi antara kedua negara mengalami titik kritis. Apabila nantinya negosiasi berakhir tanpa hasil maka kedua pihak juga yang akan merasakan imbasnya. Seorang negosiator Inggris bernama David Frost beranggapan bahwa negaranya siap dengan apapun hasil final negosiasinya dengan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Perkembangan masalah sampai keluar Eropa
Masalah pun tak hanya berputar pada Inggris dan Uni Eropa saja, secara global termasuk negara kecil dan berkembang turut mendapatkan dampak atas peristiwa Brexit ini. Negara yang sangat terlihat terdampak apalagi dalam segi ekonomi sebagian besar memang telah banyak melakukan transaksi perekonomian dan perdagangan dengan Uni Eropa. Sektor perekonomian negara-negara didunia terdampak tidak hanya dari segi perdagangan bahkan sampai pada perubahan nilai mata uang dan pertumbuhan ekonomi. Beberapa negara yang biasanya memproduksi barangnya ke Inggris dan selanjutnya dipasarkan ke seluruh Eropa, mau tidak mau harus mengalokasika tarif rendah bahkan sama sekali tanpa tarif seperti yang terjadi pada negara Bangladesh. Kemungkinan kebijakan ini muncul adalah sebelum Brexit terjadi, seluruh aturan perdagangan diserahkan pada pemerintah Uni Eropa. Dengan terjadinya Brexit maka Inggris harus membuat kebijakan mengenai perekonomiannya sendiri. Ini menjadi sebuah kemungkinan akan terjadi gangguan hubungan dagang antar negara pada masa yang akan datang. Negara-negara berkembang dan miskin turut mendapatkan dampak negatif dengan peristiwa ini. Mereka secara langsung akan kehilangan akses pasar Inggris yang sudah sejak lama mereka nikmati. Dan mereka nantinya akan dikenakan tarif pasar yang jauh lebih tinggi seperti halnya ekspor dan impor. Ini membuat negara-negara yang miskin itu akan tidak kompetitif nantinya.
ADVERTISEMENT
Selain sektor perdagangan dunia, bursa saham dunia ikut terdampak dengan Brexit ini kerena Inggris merupakan negara pencetus Revolusi Industri dan dengan adanya Brexit maka daya beli konsumen Inggris menurun dan berakibat pada ekonomi mereka yang juga turun. Pasar saham Eropa juga menurun setelah pemungutan Brexit sehingga pasar saham negara lain bereaksi negatif.
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peristiwa Brexit ini, tidak hanya menghasilkan dampak politik dari kedua pihak tetapi ekonomi perdagangan juga terdampak bahkan dengan lingkup yang lebih luas yaitu secara global. Memang dengan perginya Inggris secara resmi dari Uni Eropa ini telah mengubah berbagai sistem dan kebijakan yang ada. Namun, keduanya masih berusaha dengan melakukan negosiasi agar segera menemukan titik terang dan solusi terbaik untuk mereka da negara-negara yang bergantung pada pasar Inggris maupun Uni Eropa.
ADVERTISEMENT