Mahasiswa HI Untan Pontianak Gelar Seminar, Angkat Isu Perubahan Iklim

Konten Media Partner
27 November 2022 11:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa Hubungan Internasional menggelar seminar pratikum 1 mambahas tentang isu perubahan iklim. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Hubungan Internasional menggelar seminar pratikum 1 mambahas tentang isu perubahan iklim. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Sebagai respon terhadap presidensi Indonesia dalam forum G20, Program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura Pontianak menggelar seminar bertajuk “Indonesia’s Response to the G20 Challenge in Dealing with Climate Change due to Global Warming” pada Sabtu, 26 November 2022.
ADVERTISEMENT
Seminar praktikum tersebut berlangsung secara luring di Aula Magister Hukum Universitas Tanjungpura, Pontianak. Kegiatan tersebut dibuka oleh Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura.
Tema yang diangkat dalam seminar tersebut, adalah mengenai perubahan iklim akibat pemanasan global yang merupakan satu diantara berbagai isu yang berkaitan dengan lingkungan dan menjadi bahan pembahasan dalam forum G20 sejak tahun 2018 dalam working group Climate Sustainability Working Group (CSWG) pada saat presidensi Argentina.
Pemateri yang hadir untuk memberikan paparan materi pada seminar tersebut adalah Nouval Omar Batistuta (President of Society Renewable Energy Universitas Tanjungpura, Dr. Farah Diba, S.Hut, M.Si (Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura), dan Mohammad Reza (Knowledge Management & Communication Manager Gemawan).
ADVERTISEMENT
Focus Discussion Group (FGD) menjadi bentuk penyampaian materi yang diterapkan pada seminar tersebut, dimana jalannya seminar dipandu langsung oleh pak Akhmad Rifky Setya Anugrah S.IP., M.Sc (Dosen FISIP Untan) selaku moderator acara.
Saat sesi pembahasan, terdapat beberapa poin. Salah satunya terkait perubahan iklim, yang mana hal tersebut kini dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, isu terhadap lingkungan pun harus mulai diperhatikan. Keadaan ketika panas matahari terjebak di atmosfer bumi menyebabkan suhu bumi menjadi hangat.
Pada dasarnya penggunaan rumah kaca tidak selalu bermakna buruk, namun efek rumah kaca pada saat ini sudah melampaui batas maksimum. Selain itu, penggunaan kendaraan yang menggunakan BBM menghasilkan emisi CO2.
Saat ini terdapat 150.786.747 unit kendaraan di Indonesia yang menggunakan BBM. Angka ini hanya berdasarkan kepemilikan kendaraan di Indonesia, bagaimana jika seluruh negara di dunia yang masyarakatnya memiliki kendaraan dan memakai BBM? tentu saja polusi udara yang dihasilkan akan jauh lebih besar.
ADVERTISEMENT
Aktivitas industri pun menjadi salah satu faktor terjadinya pemanasan global karena karbon yang dihasilkan mampu menghambat pantulan dari cahaya matahari. Disisi lain terjadi penebangan dan pembakaran hutan di Indonesia demi kepentingan pribadi yang mana diharapkan pohon tersebut dapat menjadi penangkal CO2. Penggunaan alat elektronik seperti AC dan kulkas juga menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan dikarenakan alat ini mengandung gas Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang dapat merusak lapisan ozon bumi.
Pemerintah terus berupaya dalam mengatasi krisis iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca seperti melalui Nationally Determined Contribution (NDC) maupun komitmen terhadap perubahan iklim pada KTT Perubahan Iklim atau COP26. Dari hasil perundingan G20, terdapat kesepakatan untuk merasionalisasi hingga menghapuskan subsidi energi fosil demi memperkuat pasokan energi dan keamanan energi untuk mengurangi dampak perubahan iklim global.
Pemateri yang hadir memberikan paparan materi pada seminar tersebut adalah Nouval Omar Batistuta (President of Society Renewable Energy Universitas Tanjungpura, Dr. Farah Diba, S.Hut, M.Si (Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura), dan Mohammad Reza (Knowledge Management & Communication Manager Gemawan). Foto: Dok. Istimewa
Adapun persiapan seminar ini memakan waktu sekitar 3 pekan. Seminar ini dihadiri oleh berbagai kalangan, didominasi oleh mahasiswa prodi Kehutanan dan prodi Hubungan Internasional Untan. Salah satu peserta yang hadir ada dari seorang alumni Fakultas Kehutanan, Rosalia Media Astrida. Menurutnya isu yang diangkat adalah masalah yang penting dan perlu dikaji.
ADVERTISEMENT
“Masalah lingkungan adalah aspek penting yang perlu dikaji terutama zaman sekarang ini dimana isu globalisasi semakin merajalela, karena lingkungan adalah tempat kita hidup dan bernaung," tutur Rosalia.
Ia berharap kegiatan seminar tersebut dapat membuat manusia khususnya kaula muda sadar akan pentinnya lingkungan.
“Semoga manusia semakin sadar dan peduli terhadap lingkungan sehingga bumi dapat lestari. Perubahan iklim tidak mungkin dapat ditangani dalam jangka waktu pendek namun jika dalam jangka waktu panjang dan konsisten seperti kesadaran dalam pribadi manusia terhadap alam lingkungan maka masalah global warming ini mungkin dapat ditangani," harapnya.