Konten Media Partner

Mengenal Ritual Nyobeng, Bentuk Rasa Syukur Suku Dayak Bidayuh kepada Tuhan

16 Juni 2022 11:47 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ritual Nyobeng. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ritual Nyobeng. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Hi!Bengkayang - Ritual Nyobeng (Gawia Nibakng) adalah tradisi yang masih bertahan dan masih dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Bidayuh Sebujit di daerah perbatasan Malaysia-Indonesia, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Ritual Nyobeng lebih dikenal dalam bahasa daerah Dayak Bidayuh Sebujit adalah Gawia Nibakng. Kata Nibakng berasal dari bahasa Dayak Bidayuh Sebujit yang secara harfiah memiliki arti memainkan Sibakng atau alat musik pukul sejenis gendang yang berukuran sangat panjang yang digantung dari dalam hingga keluar dari Rumah Adat Baluk.
Nyobeng (Nibakng) adalah kegiatan ritual yang sangat sakral. Salah satu rangkaian prosesi dalam ritual adat ini adalah memandikan atau membersihkan tengkorak manusia hasil mengayau oleh nenek moyang suku Dayak Bidayuh sebagai puncak kegiatan nyobeng (Nibakng).
Panitia pelaksana kegiatan ritual Nyobeng (Nibakng ) sekaligus Ketua Oganisasi Masyarakat Desa Adat Sebujit, Gregorius Gunawan, mengatakan ada dua pengertian Nibakng, yaitu pertama Nibakng merupakan kegiatan tahunan yang paling besar sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tipa Iyakng (dalam bahasa sub suku Dayak Bidayuh Sebujit), atas berkat panen padi yang melimpah.
Masyarakat suku Dayak Bidayuh Sebujit menggelar ritual Nyobeng. Foto: Dok. Istimewa
Kedua, yakni ritual untuk menghormati kepala musuh zaman dahulu kala hasil mengayau/kayau (memenggal kepala manusia dan diawetkan). Tetapi pada intinya adalah ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Tipa Iyakng) atas berkat panen padi yang melimpah.
ADVERTISEMENT
"Proses ritual nyobeng (Nibakng) ini dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama, ritual di mulai di rumah Baluk dipimpin oleh ketua adat," ujarnya, Rabu, 15 Juni 2022.
Ritual pertama ini, lanjut Gregoris, disebut dengan Paduom yang artinya memanggil atau menggundang roh-roh para leluhur untuk hadir dalam ritual Nyobeng (Nibakng) dan sekaligus memohon izin atas ritual yang akan dilaksanakan.
Tahapan kedua adalah penyambutan tamu. Ritual penyambutan tamu dilaksanakan oleh tetua adat yang telah siap dengan berbagai sesajian dan prosesi penyambutannya.
Rangkaian prosesi ritual Nyobeng. Foto: Dok. Istimewa
"Kemudian dilanjutkan dengan pemotongan ayam dan anjing oleh tamu kehormatan dan dilanjutkan melemparkan telur ayam ke rombongan tamu undangan," ucapnya.
Tamu yang dilempar telur berjumlah tujuh orang yang dilakukan oleh kaum perempuan. Jika telur ayam tidak pecah, maka tamu undangan yang datang dianggap tidak tulus atau masih ragu-ragu sebaliknya jika pecah di badan berarti tamu undangan datang dengan ikhlas atau tidak ragu-ragu. Setelah itu tamu undangan disuguhi makanan dan minuman ringan.
ADVERTISEMENT
Setelah rangkaian penyambutan tamu selesai tamu undangan diberi beras kuning. Beras yang dibuang ke bawah untuk makhluk halus dan beras putih yang dilempar keatas untuk Tipa Iyakng (Tuhan Yang Maha Esa) sambil Ketua Adat membaca doa yang kemudian rombangan tamu diantar ke rumah Adat Baluk.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, bersama Dinas Kebudayaan Kalimantan Barat ikut mendukung pelaksanaan Nyobeng (Nibakng) ini.
Ritual Nyobeng. Foto: Dok. Istimewa
Pamong Budaya Ahli Madya Kemendikbud Ristek, Julianus Limbeng, mengatakan pelaksanaan ritual Nyobeng ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat adat sub suku Dayak Bidayuh Sebujit yang perlu dilestarikan.
Semangat seluruh masyarakat adat dalam pelaksanaan ritual Nyobeng ini merupakan wujud sukur kepada Sang Pencipta Tuhan YME dan menjadi salah satu upaya pelindungan dan pelestarian budaya.
ADVERTISEMENT
"Hal ini sejalan juga dengan tema G20 bidang kebudayaan, yaitu kebudayaan untuk hidup yang berkelanjutan," tuturnya.