Saran Psikolog saat Kamu Menghadapi Kekecewaan Setelah Batal Menikah

Konten Media Partner
8 Maret 2020 15:45 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan menikah. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan menikah. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Siapa pun pasti akan terpuruk bila impian sebuah pernikahan dengan orang yang dicintai dibatalkan secara sepihak. Apalagi bila semua persiapan telah dijalani, mulai dari tahapan pacaran yang lama hingga prosesi lamaran yang begitu sakral dihadiri pihak keluarga.
ADVERTISEMENT
Seperti kisah seorang wanita bernama Gusti Cassandra yang gagal menikah viral di Twitter. Lewat akun @its_gustii ia mengungkapkan penyebab dirinya gagal dipinang oleh calon suaminya. Bahkan melalui unggahan akun Instagram @lambe_turah yang menampilkan beberapa cuitan Gusti yang telah dihapus,mengatakan bahwa ini adalah kedua kalinya ia gagal.
Udah poto gini dan gajadi kawin. Iya aku nggak papa. Allah is the best of planners,” begitulah cuitan akun @its_gustii yang kini akunnya telah dihapus.
Batal menikah adalah hal yang tidak mudah dan bisa menimbulkan perasaaan yang kompleks mulai dari sedih hingga terluka. Hal ini juga akan diperparah ketika perpisahan ini terjadi tidak secara baik-baik.
Ilustrasi pernikahan. Foto: Pixabay
Verty Sari Pusparini, Psikolog menuturkan, memang butuh waktu untuk menghadapi ini semua. Sebab itu, menurutnya perlu adanya support system dari orang terdekat agar bisa lebih baik menerima dan mengatasi kenyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Dampaknya bisa bervariasi tergantung karakteristik orang, lamanya berhubungan, kualitas hubungan sebelumnya dan ekspektasi yang ada dalam diri individu. Jika individu tidak siap menerima kenyataan tersebut bisa menyebabkan stres atau jika berkelanjutan, dapat menyebabkan gangguan mental lainnya seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD),” kata Verty kepada Hi!Pontianak, Minggu (8/3).
“Di sisi lain, individu yang memiliki pengelolaan emosi yang baik, daya resiliensi (kemampuan adaptasi yang baik ketika mengalami kesulitan), adanya support system, bisa lebih baik menerima dan mengatasi kenyataan tersebut,” sambung Verty.
Verty menambahkan, bagi yang memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama pasangan, alangkah baiknya melakukan pengenalan lebih dalam akan karakter pasangan. Kemudian melakukan konseling pranikah agar membantu kesiapan dalam menikah.
Ilustrasi pernikahan. Foto: Pixabay
“Sebaiknya sebelum menikah, melakukan pengenalan terhadap pasangan mengenai karakternya dan orang terdekat terutama keluarga. Banyak penyesuaian diri yang perlu dilakukan mencakup pengenalan kepribadian, emosi, cara mengatasi konflik dan juga mempertimbangkan keluarga besar lainnya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
“Selain itu, konseling pranikah bisa membantu proses pengenalan diri dan kesiapan menikah ini. Beberapa Psikolog di puskesmas daerah Jawa mewajibkan adanya konseling pranikah sebagai syarat menikah. Gereja Kristen dan Katolik juga membantu pasangan mengikuti konseling pranikah sebagai syarat pemberkatan menikah,” timpal Verty.
Bila mengalami gagal menikah, Verty memberikan beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menata ulang hidup setelah gagal nikah. Menurut Verty, pertama-tama yang perlu diketahui adalah prinsip move on yang harus maju ke depan. Sebab saat batal menikah, perasaan atau emosi negatif seperti menangis, sedih, kecewa atau marah bisa muncul.
Ilustrasi. Foto: Pixabay
“Jangan pendam emosi negatif itu. Kalau kita kehilangan itu, semua harus dilalui. Biasanya perasaan ini sifatnya circle, bisa muncul beberapa hari saat teringat kembali pasangan dan segala macam masalahnya. Namun pada orang normal, perlahan emosi akan berangsur berkurang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Lakukan teknik acceptance, yang sederhana dengan menerima situasi yang ada, ikhlas dan mempererat spiritualitas. Kemudian dengan melakukan forgiveness, yaitu memaafkan, bukan melupakan ya karena berbeda maknanya. Kirimkan maaf pada orang yang telah menyakiti, bisa dengan menulis surat tanpa dikirim atau membayangkan bicara dengan orang tersebut. Saran lainnya mengikhlaskan, membuang semua kenangan, percaya bahwa dirimu berharga, kumpul dengan teman,” tutur Verty.
Selain itu melakukan self-love atau mencintai diri, menemukan hal yang bisa disyukuri dalam diri dan mendapat support orang terdekat juga penting untuk membantu healing. Bukan malah memperbesar rasa bersalah.