Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menikmati Pecel Pitik di Festival Tumpeng Sewu Banyuwangi 2019
5 Agustus 2019 6:43 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Hobi Makan Banyuwangi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu acara yang paling ditunggu dalam deretan kalender Banyuwangi Festival 2019, Festival Tumpeng Sewu akhirnya kembali digelar, pada minggu (4/8).
ADVERTISEMENT
Festival ini sejatinya adalah tradisi masyarakat Desa Kemiren untuk mensyukuri hasil panen yang telah didapat. Di sepanjang jalan utama desa, mereka menggelar tikar untuk alas duduk, ketika sedang menyantap hidangan.
Kini, acara yang diselenggarakan seminggu sebelum Iduladha ini tidak hanya menjadi acara selamatan desa semata, namun sudah menjadi sebuah atraksi budaya Suku Osing Kemiren. Banyak wisatawan berkunjung hanya untuk menuntaskan rasa penasaran akan ritual bersih desa ini. Mulai dari tradisi menjemur kasur, hingga cara pembuatan hidangan istimewanya, yaitu Pecel Pitik.
Pecel Pitik sendiri merupakan salah satu kuliner khas dari Desa Kemiren Banyuwangi. Tak ada yang tahu pasti sejak kapan kuliner ini muncul. Namun, banyak yang berspekulasi jika makanan ini sudah ada sejak puluhan tahun silam. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang warga yang berusia kisaran 60-an dengan mengatakan sejak kecilnya beliau sudah menyantap hidangan Pecel Pitik.
ADVERTISEMENT
Dulunya, Pecel Pitik menjadi sajian istimewa yang hanya dibuat ketika ada acara selamatan atau 'bersih' desa saja. Namun, seiring dengan kemajuan pariwisata Banyuwangi, kini banyak restoran atau warung makan yang menyajikan menu Pecel Pitik.
Pecel Pitik berbahan utama ayam. Menurut Pak Abdul Karim, salah satu warga Desa Kemiren sekaligus pemilik usaha pembuatan Pecel Pitik, ayam berusia muda yang dibiarkan mencari makan secara bebas adalah pilihan terbaik. Itu artinya tidak ada kandungan konsentrat dalam makanan yang dimakan ayam tersebut.
Setelah ayam dibersihkan, kemudian di-petenteng menggunakan sebilah bambu dan setelahnya dipanggang di atas tungku. Hingga saat ini masyarakat Kemiren pun masih mempertahankan cara pemanggangan ayam seperti cara pendahulu mereka. Dalam proses memasak Pecel Pitik, mereka masih menggunakan tungku tradisional dengan kayu bakar.
ADVERTISEMENT
Konon katanya, aroma kayu bakar akan menambah gurihnya daging ayam kampung yang bercampur aroma asap. Karena menggunakan kayu bakar itulah, proses memasak Pecel Pitik membutuhkan waktu sekitar satu jam sampai ayam benar-benar matang. Cukup lama, namun rasa tidak akan mengecewakan.
Sambil menunggu ayam matang, bumbu pun dipersiapkan. Sebenarnya bumbu untuk Pecel Pitik ini sederhana dan mudah dibuat. Bahan dasar utamanya kelapa parut. Bumbu lainnya adalah kemiri yang sudah digoreng, cabe rawit, cabe merah besar, daun jeruk, terasi, gula pasir, gula merah, dan garam. Beberapa ada yang menambahkan kacang tanah yang digoreng untuk menambah gurihnya bumbu racikan Pecel Pitik. Setelah semua bumbu dihaluskan menggunakan cobek, kemudian diulek bersamaan dengan parutan kelapa.
Ketika ayam matang, tulangnya pun akan dipatah-patah dan beberapa bagian dagingnya disuwir. Lagi-lagi masyarakat Kemiren memiliki cara yang unik untuk menyajikan hidangannya secara maksimal. Untuk memotong ayam menjadi beberapa bagian, mereka tidak menggunakan pisau. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, penggunaan pisau akan mengurangi cita rasa dari si ayam tadi.
ADVERTISEMENT
“Rasanya beda mas, percaya gak percaya, rasanya lebih enak kalau dipatahkan pakai tangan”, tutur istri Pak Karim.
Setelah ayam dan parutan kelapa berbumbu siap, semuanya dicampur jadi satu di dalam sebuah baskom besar. Cara penyajiannya cukup singkat, Pecel Pitik disandingkan dengan nasi hangat, sambal terasi, sayuran rebus, dadar jagung, dan tahu goreng. Untuk minumnya mereka masih menggunakan kendi dari tembikar yang membuat air terasa segar.
Acara selamatan berlangsung mulai jam 17.30 WIB dengan diawali iring-iringan Barong Osing menuju Masjid Desa Kemiren. Setelah pembacaan doa, masyarakat diperbolehkan menyantap Pecel Pitik bersama-sama.
Penerangan jalan yang menggunakan botol minyak tanah semakin membuat acara ini berlangsung syahdu. Jika kamu tidak memiliki relasi di Desa Kemiren, jangan berkecil hati untuk mengikuti acara ini. Tak jarang masyarakat Desa Kemiren dengan ramah memanggilmu dan menawarkan untuk mampir. Meski pun sekadar mencicipi Pecel Pitik buatan mereka.
ADVERTISEMENT