Konten dari Pengguna

Sastra Masuk Kurikulum dan Sebuah Harapan Baru

Holy Wahyuni
Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSurabaya
30 Juni 2024 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Holy Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kegiatan literasi di sekolah. Sumber: www.shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegiatan literasi di sekolah. Sumber: www.shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Perkembangan pendidikan selalu dinamis, diiringi dengan inovasi yang tiada henti. Bertepatan dengan hari Perbukuan Nasional dan hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024 lalu, Pemerintah telah mencetuskan program Sastra Masuk Kurikulum. Masuknya sastra dalam kurikulum menjadi sebuah inovasi yang cukup menarik sekaligus sebuah harapan baru, terutama dalam peningkatan khazanah literasi bagi generasi muda.
ADVERTISEMENT
Sebagai penikmat karya sastra, dalam hemat saya, membaca karya sastra selalu memberikan pengalaman membaca yang penuh makna. Sejak di usia sekolah dasar, tempat favorit saya adalah perpustakaan. Pada masa itu, perpustakaan di sekolah saya masih sangat ala kadarnya. Namun koleksi buku cerita anak berbagai genre cukup banyak, dan bisa dengan mudah dipinjam oleh semua siswa. Mulai dari buku cerita bertema agama, cerita horror, cerita kehidupan sehari-hari, cerita dongeng Kerajaan, hingga cerita rakyat seperti legenda.
Menariknya, isi cerita tersebut sangat melekat di memori, bahkan sampai saya beranjak dewasa. Ini yang saya maksud, bahwa pengalaman membaca karya sastra memang sarat akan makna. Setelah mempelajari teori perkembangan anak, ternyata memang berkaitan erat.
Pembaca dengan kategori anak-anak memiliki karakteristik fantasi yang berkembang pada fase bisa menerima berbagai macam nilai dalam cerita. Ada berbagai faktor yang menjadikan sastra mampu memberikan pengalaman membaca mendalam bagi penikmatnya.
ADVERTISEMENT
Pada hakikatnya semua orang senang dengan cerita, terlebih anak yang sedang berada dalam masa peka dalam memupuk dan mengembangkan berbagai aspek dalam kehidupan. Cerita dalam sastra anak memiliki kemampuan dalam mendialogkan kehidupan dengan cara menarik dan konkrit.
Sastra sebagai media penguatan literasi dan keterampilan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis Ini harus dimiliki oleh setiap siswa mulai dari jenjang SD, SMP, dan SMA untuk mencapai standar kompetensi yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Berpikir kritis juga menjadi bekal bagi mereka untuk merancang, menjalani atau mengarungi kehidupan di masa depan yang penuh tantangan, persaingan serta ketidakpastian.
Kemampuan berpikir kritis memiliki kaitan erat dengan pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan. Kemampuan memecahkan masalah, kemampuan dalam membangun sikap kepekaan sosial, juga termasuk wujud dari sebuah keterampilan berpikir kritis.
ADVERTISEMENT
Dari pengertian dan karakteristik kemampuan berpikir kritis tersebut, kita dapat mengetahui bahwa untuk mewujudkannya kita membutuhkan pembelajaran yang komprehensif dan holistik. Ada keseimbangan antara aspek teoritis dan praksis. Lebih lanjut, aspek pembelajaran yang kontekstual juga menjadi salah satu aspek penting. Media sastra memiliki karakteristik tersebut, yakni kontekstualitas.
Sastra sebagai media penguatan pendidikan karakter
Seperti yang kita ketahui bahwa sastra mengandung citraan dan atau metafora kehidupan. Sastra selalu melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengalaman moral, dan diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang juga dapat dijangkau dan dipahami oleh pembacanya.
Setiap karya sastra mengandung amanat. Amanat dalam karya sastra bisa tersirat bahkan tersurat. Tidak jarang juga kita melihat pembaca cerita, misalkan novel, dan ia bisa terenyuh sampai meneteskan air mata. Hal ini menunjukkan bahwa pelibatan emosi sebagai pengalaman membaca sastra sangat kuat dan berpengaruh. Sehingga tepat rasanya jika sastra dapat dijadikan media dalam penguatan pendidikan yang terintegrasi langsung dengan pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Nah, dalam menyikapi bagaimana pentingnya karya sastra yang diintegrasikan ke dalam kurikulum, sebenarnya pemerintah telah memberikan rekomendasi buku-buku sastra yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum. Tentu saja hal ini bukan tanpa tujuan. Salah satu tujuannya adalah agar siswa mendapatkan bacaan yang berkualitas dan sesuai kelompok usia.