Konten dari Pengguna

Nasywa, Sang Mentor SWTD

NUR AZIZAH
Penulis cerita perjalanan, ASN di Mahkamah Agung
28 Juli 2021 17:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 21 Agustus 2021 14:28 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NUR AZIZAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nasywa namanya. Asli dari Sukabumi Jawa Barat. Orang-orang kini mengenalnya sebagai Mentor SWTD. Sedikit flashback, Dulu, di tahun kedua saya bekerja di Mahkamah Agung, di sebuah siang sambil makan saya berbincang dengan teman satu ruangan tentang segala hal. Tentu saja itu adalah obrolan ringan, agar makan menjadi tambah nikmat. Namanya juga obrolan ringan, jadi tak ada tema khusus, mengalir begitu saja. Hingga kemudian obrolan tersebut mengalir ke masa-masa kuliah. “Eh, kalo lu teman seangkatan lu waktu S1, siapa yang sudah sukses?” tanya teman saya.
ADVERTISEMENT
Karena dia melihat saya lama menjawab, dia lalu menyebut satu nama laki-laki, temannya yang sudah menjadi MC terkenal di mana setiap sabtu minggunya selalu berada di luar kota atau hotel berbintang lima untuk memandu acara, dan bayarannya setiap manggung puluhan juta, “keren!” begitu kata teman saya mengakhiri cerita tentang teman satu angkatanya.
Saya agak lama berfikir, karena saya belum paham makna sukses sesungguhnya itu apa? Lalu tiba-tiba, saya teringat teman saya yang sudah tahunan tidak berjumpa, namun sesekali saling menyapa melalui Whatsapp. “Nasywa,” kata saya.
“Nasywa? Jadi apa dia? Diplomat?” tanya teman saya.
“Bukan. Dia jualan buku, namun dia memiliki madrasah yang semua muridnya gratis belajar di situ. Belum lagi lusinan anak yatim dan fakir miskin yang selalu disantuninya. Bagi gue dia sukses! Bisa bermanfaat buat orang banyak,” begitu kira-kira kata saya pada medio tahun 2010-an itu.
ADVERTISEMENT
Kini, 11 tahun sudah, namun jika ada lagi yang bertanya siapa teman satu angkatan yang sukses. Pasti tidak akan ragu, saya akan menyebut nama itu lagi, Nasywa.
Nasywa Haura nama lengkapnya. Sekarang jarang sekali orang memanggil dengan nama itu. Kini, orang-orang lebih sering memanggilnya teh Mentor. Ya, betul, Nasywa sekarang menjadi mentor bagi ribuan orang yang mengikuti komunitas SWTD (Selawat Waqiah Tahajud Duha) yang didirikannya. Komunitas online ini adalah wujud mimpinya untuk mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk mengenal Allah, mengajak sebanyak-banyak orang kembali kepada Allah.
Nasywa sekarang tidak lagi jualan buku, namun murid yang datang ke madrasahnya yang dinamai Smart Home Qur’an semakin banyak, dan tentu saja masih gratis. Sedekahnya belum juga berhenti, malah semakin luas. Kini, kesehariannya lebih banyak dihabiskan untuk menulis, membuat materi untuk anggota SWTD melalui video dan rekaman suara, serta mengajar ratusan santrinya yang secara berkala diberi makan gratis. Tahun ini, karena pandemi, santri-santrinya Nasywa sedikit berkurang, namun hal itu tidak meredupkan semangat Nasywa untuk tetap memberikan ilmunya kepada anak-anak yang akan memimpin di masa depan tersebut.
kegiatan mengaji sebelum masa pandemi. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain itu, keseharian Nasywa juga difokuskan untuk SWTD. Dalam sehari, puluhan bahkan ratusan orang mengirimkan pesan melalui whatsapp, baik itu menyampaikan terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikannya secara gratis, bercerita tentang aneka keajaiban setelah bergabung dengan SWTD maupun mereka yang curhat minta pendapat atau jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, si penyuka durian ini tidak pernah terlihat lelah. Dulu, sebelum pandemi ketika ada anggota SWTD yang sakit, jika daerah itu masih bisa dijangkau, pasti dia akan jenguk dengan mengendarai mobil sendiri, sorenya sudah kembali lagi ke rumah mengajar santri, malamnya memberi materi ke group-group SWTD. Baginya, jika semua sudah karena Allah dan untuk Allah, tidak ada kata lelah.
Melalui materinya Nasywa selalu mengajak semua anggota untuk selalu “datang” ke Allah dulu sebelum pergi ke mana pun, untuk minta ke Allah dulu atas apapun keinginan, untuk selalu berpositif feeling ke Allah, karena Allah akan sesuai dengan prasangka hambanya.
Dialah Nasywa, teman satu angkatan saya. Teman yang menurut saya sukses dunia, dan insyaallah sukses juga di akhirat. Dialah Nasywa, yang tiga pesannya hingga kini menjadi pedoman hidup saya, yaitu lakukan sesuatu yang bernilai ibadah, bermanfaat, dan membuat orang mengingat Allah.
ADVERTISEMENT
Saya makin salut padanya ketika belakangan ini saya tahu dia sedang mempersiapkan buku dengan judul “Ketika Allah Memperlihatkan Cinta-Nya”. Dia ingin mati dalam keadaan menjadi penulis. Masyaallah. Semoga Nasywa, teman satu angkatan saya itu selalu dilindungi dan semakin dicintai Allah. (azzah zain al hasany)
Nur Azizah, ASN Humas Mahkamah AGung